Ep 70 • special pt.3

156 19 2
                                    

Hari ini tepat empat tahun dimana orang yang sangat Renjun sayangi itu bertahan di balik ruang isolasi.

Renjun menatap mata Mama nya, kemudian terlintas ingatan buruk tentang masa lalu. Ingatan tersebut berganti ketika Ia mendapat sebuah pelukan hangat dari Mamanya.

Dengan sebuah gandengan yang mengunci tangannya, Ia menjadi kuat. Ia melepaskannya dan membalas pelukan orang yang sangat Ia sayangi.

"Udah lama ya?" Sapa Mamanya.

Renjun mengingat dengan baik suara ini, pertama kalinya Ia sebahagia ini.

"Ah, Renjun udah tinggi aja." Lanjut Mamanya sambil mengusap kepala anaknya itu. Renjun hanya tersenyum, tersenyum dan tersenyum.

"Oh? Ini bentar, bentar. Ningsih ya?" Tanyanya sambil menyipitkan mata.

"Ningning tante, hehehe." Jawab Ningning.

"Ah gitu, maaf ya, haha."

"Ma, Renjun minta maaf ya, kalo selama ini Renjun gak sesuai sama yang Mama mau." Sela Renjun sambil menggaruk lehernya yang tak gatal.

"Enggak lah, Renjun udah nunggu selama ini, kamu susah kan pasti? Harusnya Mama yang temenin kamu." Jawab Mamanya sambil merangkul anaknya itu.

Memang, sulit untuk mengeluarkan kata maaf. Tapi, kamu pasti akan merasa lebih baik untuk mengeluarkannya. Tapi, kata maaf hanya boleh diucapkan jika keduanya merasa lebih baik setelahnya.

Mereka bertiga, berjalan beriringan untuk keluar dari tempat itu.

Keinginannya sudah tercapai, Ia mendapat kasih sayang dari Mamanya, dan satu lagi, Ia mendapatkan hati si dia.

***

Pagi ini, dengan dresscode berwarna biru muda dan jeans, Yuna dan Jaemin berjalan bersama. Langkah kakinya pun beriringan. Kanan, kanan. Kiri, kiri. Sudah seperti peserta gerak jalan saja.

Entah kenapa mereka memilih untuk berjalan kaki. Padahal Jaemin memiliki motor. Apakah mereka takut akan menyebabkan pencemaran udara?

"Jaem, gua mau ngomong tapi gak pernah kesampean."

"Apa?" Jawab Jaemin dengan nada datarnya, setengah penasaran, tetapi kepo juga tidak.

"Emm, gak jadi deh." Yuna ingin menarik kembali kata-katanya tetapi,

"Gak bisa, buruan ngomong, udah klimaks nih, kalo aku emosi gimana?" Jaemin sudah kepo sedari tadi. Hanya saja, Ia merespon Yuna dengan berpura-pura tak ingin tahu.

"Janji ya, kalo punya masalah harus bilang pokoknya, gak boleh ditunda." Jawab Yuna terburu-buru.

"Emang kenapa?" Tanya Jaemin lebih santai, sambil tertawa kecil.

"Yaa, pokoknya gak boleh. Gak boleh, ya gak boleh, nanti aku juga cerita." Lagi-lagi Yuna menjawab dengan terburu-buru.

Jaemin tak menjawab barang sepatah kata pun. Ia menarik tangan kanan Yuna, mengaitkan jari kelingking mereka kemudian menempelkan kedua ibu jari mereka.

Langkah kaki mereka terhenti ketika  mereka sampai di depan sebuah pintu yang bertuliskan open itu. Pintu dari suatu kafe yang mereka tuju. Dimana kafe tersebut sudah terisi dengan squad mereka, yang mungkin sudah kalian hafal.

Summer RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang