Summer Rain

Ep 47

Gua udah sampe di rumah kesayangaku ini. Jaemin langsung pergi selesai dari rumah gua.

Dari rumah yang kosong ini, gua pergi ke indumart depan komplek. Iya kosong, bang Guanlin belom pulang.

Gua beli sepuluh es krim dan langsung otw kerumahnya Jaemin siapa tau, es krim bisa jadi charge mood nya.

"Hai?" Sapa Taerin yang bukain pintu buat gua.

"Hualoo."
"Mau gak?" Gua kasih dia satu bungkus es krim yang baru aja gua beli.

"Kata mama, gak boleh terima apa-apa dari orang yang gak dikenal."

Yaampun, gua gak dikenal. Makasih lho. Haha.

"Masuk aja."
"Jaemin putus ya?"
"Kayak orang sakit jiwa di dalem."

"Nggak kok."
"Langsung masuk aja nih?"

"Iyalah."
"Terus mau ikut aku? Mau ke depan."

"Iya, Oke, Langsung masuk."

Gua udah pusing sama Taerin. Ada aja tingkahnya. Gua langsung masuk aja sesuai saran dia. Ada Jaemin yang lagi main game di handphone, di atas sofa ruang tamu.

Dia udah tau kok ada gua. Cuma gak liatin aja. Positif aja, dia lagi taruhan menang kalah sama Jeno.

Gua duduk aja disebelahnya tanpa disuruh. Dan nyodorin satu bungkus es krim kedepan matanya. Jaemin matiin handphonenya dan nyenderin kepalanya di pundak gua. Sambil ngehela nafasnya kasar.

"Aku cape."
"Males banget." Kata Jaemin yang lagi banyak pikiran.

Gua yang gak tau mesti jawab apa, akhirnya diem aja. Dan bukain dua bungkus eskrim langsung karna udah mulai meleleh.

Jaemin makan dua es krim, gua juga. Bedanya, pose nya Jaemin sekarang tuh patut diabadikan tapi, suasananya gak memungkinkan gini.

"Jae."
"Gak deh, nanti malah ribut."

"Nggak papa. Udah ngomong aja."

Jaemin tarik tangan gua yang ada di belakang badannya keatas. Dan sekarang posisinya gua setengah ngerangkul punggung dia, tangan gua mendarat di kepalanya.

"Jae, kamu sendiri kan yang bilang kalo aku gak boleh jahat sama Ningning?"

"Tapi kan itu aku yang salah, aku gak tau ceritanya gimana, aku emang udah temenan lama sama dia, tapi mungkin aku gak tau gimana sifatnya."

"Iya, aku paham."
"Aku juga coba tempatin aku sendiri di posisi kamu. Satu sisi, aku gak mau kalo temen aku sendiri disakitin, tapi satu sisi, kamu juga harus pikirin. Mungkin waktu itu, dia lagi kacau. Dia emang pernah suka sama kamu."
"Tapi, itu cuma masa lalu Jae. Kasian, gak tega aku. Hampir tiap ketemu, dia mau nangis."

"Iya, iya."

"Janji ya."

Jaemin tegakkin kepalanya dan sekarang, tangannya ada di bahu gua. Udahlah, intinya ini posisi rangkul merangkul.

"Mau es krim."

Oh iya! Mampus! Gua lupa, masih ada enam bungkus es krim yang pasti udah cair. Gua cek es krimnya dan kali ini, ekspektasi gua sesuai realita.

"Udah cair." Keluh gua.

"Gak papa, sini."

Jaemin mulai ngerebut es krim yang udah cair ini. Ya, gua gerak-gerakin tangan gua biar es krim nya gak keambil.

"Jangan ih, kulkas aja dulu ya." Kata gua sambil beranjak pergi dari sofa.

"Gak mau, sini."

Jaemin tarik paksa tangan kanan gua. Tangan kanan yang ditarik dan dia duduk disebelah kiri gua. Jadinya, dia minum es krim yang udah berasa sirup itu sambil peluk gua.

Baper tidak ya, baper tidak ya.

"Keluar ayo, makan." Ternyata, ini alasan seorang Jaemin minta es krim yang udah cair.

"Jae, aku gak-"
"Iya, ayo."

Udahlah, ngikutin aja apa maunya. Daripada ngambek lagi, ngerepotin. Gak deng.

Drt...
ABANG KULKAS INCOMING CALL...

Sa bodo amat, bodo amatlah.

Drt...
ABANG KULKAS INCOMING CALL...

"Halo bang?"
"Apaan sih."
"Gua umpetin sempak lu kalo lu jayus lagi."

"Di rumah ada cewek abang nih."
"Cepetan balik." Jawab suara yang ada di balik handphone gua.

"Nyante dong bang, gak teriak juga."
"Yaudah sih bang, lain kali aja."
"Gua ada meeting penting."
"Ajak jalan-jalan kemana kek, biar betah."
"Nanti abang ditinggalin loh. Haha."

Gua matiin telfon dari Bang Guanlin dan ngajak Jaemin pergi. Dan ternyata, Jaemin ikutan ketawa gara-gara telinga gua itu mencet tombol loud speaker. Makannya suaranya tambah kenceng.

"Makan dimana."

"Terserah."

"Yah..."

"Semerdeka kamu aja."
"Makan dimana aja."

"Pizza? Spagheti? Fettuccine? Cola?"

"Iya Jae, tau gua mah." Kalo menunya begitu, ya gua tau tujuannya adalah Pija Hat.

Gua sama Jaemin naik motor yang abis kena masalah ini.

"JAE."
"GUA GAK MAU MATI."
"GUA GAK CARI MATI."
"GUA TERBANG NIH LAMA-LAMA."

Jaemin melanin motor yang tadinya berasa naik jet. Gak ada takut-takutnya emang, baru kemaren jatoh, sekarang berasa motor jipi.

***

"Liat sih, kayak bang Guanlin."

Pandangan gua terarah kearah tangan Jaemin yang lagi nunjuk orang pacaran di depan gua, tapi agak jauhan.

"Iya, tiang listrik."
"Eh? Bukannya itu Ningning ya?"
"Itu Renjun kali Jae."
"Tambah tinggi kayaknya dia, minum susu."

Si cewe yang kita gibahin itu berdiri sambil nungguin cowok yang gua pikir antara Renjun atau bang Guanlin yang lagi ngiket sepatu.

Beneran kan kata gua. Si cewe gak sengaja nengok kearah belakang dan ternyata sadar keberadaan kita disitu.

TBC...