2. Awal dari segalanya

27 1 0
                                    

Aku bosan dengan rutinitasku kali ini, entah kenapa saat aku melihat rumah ini, kenangan buruk selalu menghantuiku ku, tentang dimana ketidakadilan berlaku dan dimana saat awal kehancuran dimulai.

Mungkin ini terdengar sangat berlebihan, tapi ternyata itulah kenyataannya, ketidakadilan yang pernah aku terima mengantarkanku kedalam lembah kebencian ini, aku terlalu takut untuk keluar dari zona nyaman yang telah aku bangun selama ini.

Memang aku egois, aku selalu ingin menjadi penyebab kehancuran orang yang aku benci. Terdengar jahat bukan ? Tapi buatku ini semua adalah keadilan, karena mereka lah yang menghantarkanku ke dalam lembah kegelapan ini.

Setelah sepeninggal ku dari tempat makan tadi aku langsung beranjak ke kamarku, aku hanya ingin mengistirahat otak dan hatiku yang sudah campur aduk. Aku mulai membaringkan diriku ke kasur yang empuk tapi bagaikan duri dipunggung ku karena setiap aku tidur disini semua ketidak adilan itu selalu menyeruak kedalam pikiranku.

"Tuhan apakah nasibku selalu buruk ? Mengapa ketidakadilan terus menghantuiku" kataku

Aku memejamkan mata berharap ini semua adalah mimpi dan berharap aku berada di masa itu dan diperlakukan dengan adil.

Dan sekarang aku memutuskan bahwa aku akan pindah ke apartemen yang aku sewa dan meninggalkan rumah dengan sejuta kenangan buruk yang pernah aku lalui.

*****

Author POV

Di meja makan itu suasana berubah menjadi sedikit canggung, tidak ada yang menyangka jika putri mereka yang dulunnya sangat penurut itu menjadi seorang yang sangat berbeda.

"Dia benar benar tidak tau diri, baru pulang aja udah buat kacau" kata Anne

"Benar apa katamu, papa kan sudah bilang, dia itu tidak pantas berada disini, salahkan mamamu, kenapa dia menjemputnya dari sana" Kata Robert ayah dari saudari kembar itu

"Bagaimanapun juga dia tetap darah daging kita, bagaimana aku bisa tega membiarkan dia menderita selama ini hanya karena dia berbeda dengan Annne" Kata Laura

"Dia itu parasit untuk kita, Anne adalah segalannya untukku, dia hanyalah sampah yang layak untuk dibuang, dan kamu tak pantas untuk membelannya" kata Robert

"Ya benar hanya aku putri satu satunya di keluarga ini, tak dia tak pantas bersanding denganku" Kata Anne

"Tapi....." Balas Laura

"Tak ada Tapi Laura!!!, Cukup kita lanjutkan makan ini tanpa dia, toh kita biasa makan tanpa dia, mengapa kau harus mempermasalahkannya ?"
Lanjut Robert

Akhirnya mereka makan dengan perasaan yang berbeda, ada yang Sedih, marah, iri, dan dengki. Mereka hanya makan dalam diam tanpa tau apa yang terjadi selanjutnya.

****

Alexandra POV

Aku mulai membuka mataku, tak terasa malam sudah menemani tidurku, rembulan sudak tak malu malu untuk keluar dari tempat persembunyiannya, cuaca kali ini juga tak baik, mendung dengan sedikit rintik hujan yang menemaninnya.

Hari ini dan malam ini seolah mengerti bagaimana suasana hatiku, gelap dan dingin, mereka seolah olah tau bahwa hatiku kali ini tak baik baik saja.

"Hari yang sama seperti kemarin, bolehkah aku berharap hari ini akan lebih baik sari sebelumnya?" Kataku

Aku mulai bangun dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari buruk ini, mungkin ini memang takdirku, Hidup dengan ketidakadilan.

Setelah semua selesai aku turun hanya sekedar untuk formalitas belaka, setidaknya aku masih ditampung dirumah ini.

Belum sampai di tangga terbawah aku mendengar ada suara tawa yang menggema, tanpa sadar aku mencengkeram tanganku. Aku memejamkan mata untuk menghilangkan rasa sakit yang riba tiba menyerang hatiku.

Dengan menguatkan tekadku bahwa aku disini dan selama ini aku selalu sendirian, aku mulai melangkah untuk melihat bagaimana ketidakadilan itu berpihak kepadaku.

Dan benar disana mereka tertawa tanpa beban, dan menganggap ku seolah olah aku hanya sebuah sampah yang tak dihiraukan.

Aku menguatkan hati bahwa aku sudah biaaa dengan ini semua, aku sadar bahwa aku tak pantas berada di antara mereka, karena mereka terlalu sakit sakit aku dekati, semakin aku mendekat semakin hancur hatiku melihat mereka.

Namun, kali ini ada yang berbeda, ada seorang asing yang berada di antara kebahagiaan mereka. Pemuda tampan yang saat ini memfokuskan tatapannya kepadaku.

"Anna...." Katannya

Aku hanya diam, dan aku menatap nya dalam, tanpa memperkenalkan diripun aku tau dia siapa. Satu satunnya orang yang tau bahwa aku layak dihargai dan aku layak di perlakukan dengan adil.

Dia mulai menghampiri ku, dan tanpa aba aba dia memelukku. Rasannya tentram dan hangat, seperti aku menemukan rumah untukku berlindung.

Tuhann.... Bolehkah aku meminta, hentikan waktu sebentar saja agar aku bisa merasakan pelukannya lebih lama lagi ???

Tuhan, bolehkah aku egois dengan ini semua, aku ingin dia selalu ada karena dialah satu satunya seseorang yang masih peecaya bahwa aku layak diperlakukan adil.

Tubuhku hanya bergeming, aku tak membalas pelukannya, wajahku yak mengeluarkan ekspresi apapun, aku terlalu terkejut untuk mengetahui bahwa masih ada seseorang yang bisa membuatku nyaman, masih ada seseorang yang bisa memebuatku percaya bahwa tak semua orang itu sama.

Dia terus memelukku dengan erat seolah olah takut aku akan hilang dari hadapannya, aku ingin menangis tapi aku tahan sekuat tenaga, karena aku yang sekarang tak pantas menangis untuk siapapun juga.

"Anna aku kangen, maaf dulu aku terlalu lemah memperjuangkan hakmu" katannya

Aku hanya diam, dan perlahan dia melepaskan pelukannya terhadap ku. Dia menatapku dalam seolah aku adalah barang yang lama dia cari.

Aku sempat melihat kearah seorang yang melihatku dari jauh, dia menatapku dengan tatapan iri dan dengki, aku tau bahwa dia tak terima aku diperlakukan seperti ini. Disisi lain aku aku juga melihat sebuah tatapan yang seolah olah menghakimiku ya dia salah satu orang yang aku benci, dia adalah ayahku.

Aku tau tatapan itu, karena saat aku kembali semua kekacauan akan terjadi. Seseorang yang ada di depan ku ini akan menentangnya habis habisan, dan seorang yang setia menjadi pendamping nya akan mulai memberontak kepadannya.

Aku tau itu, dan karena itu pula aku membencinnya, membenci semua tatapannya, membenci semua perilakunya, dan membenci semua tindakannya.

Tapi karena dialah, aku juga membenci seseotang yang tak pantas aku benci, bukankah aku bodoh ? Membenci seseorang karena kesalahan 1 orang dikehidupanku.

"Hei kau dengar aku ?, Anna..." Katanya

"Maaf nama saya Alexandra bulan Anna" kataku

"Kamu.... masih mengingat aku ?" Lanjutnya

"Terimakasih anda masih mengingat saya, saya masih mengingat anda" kataku

"Syukurlah, aku sangat senang mendengarnya, maukah...." Lanjutnya

"Bolehkan saya jujur ?" Potongku

"Jujur untuk apa ?" Tanyanya

"Jujur saya ingin melupakan anda dan semua yang ada disini" kataku

"Kenapa ? Apakah waktu itu aku memperlakukan kamu dengan buruk ?" Katannya

"Tidak anda sangat baik terhadap saya" Lanjutku

"Terus apa yang ingin membuatmu melupakan ku juga ?" Kata dia

"Karena anda adalah salah satu dari kepingan masa lalu itu" Kataku

Setelah itu selesai, tanpa menoleh aku lantas melangkah kan kakiku pergi dan meninggalkan rumah ini. Untuk saat ini aku hanya ingin bebas walaupun hanya sementara.

******

Vote and comment ya....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fake WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang