Part 2_Makin Memburuk

69 8 0
                                    

_Makin Memburuk ....

_Makin Memburuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

Ini pertama kalinya pemuda itu menginjakkan kaki di lantai kantor polisi. Kini ia telah duduk di hadapan polisi yang siap menginterogasi dan merangkum data-datanya. Ia benar-benar merasa ketakutan berhadapan dengan para polisi. Terlebih lagi polisi tak akan segan-segan memperlakukan para tersangka dengan kasar, terutama para pelaku pembunuhan. Namun, ia berusaha untuk tetap mempertahankan wajahnya agar tidak memperlihatkan raut ketakutan.

"Kau terlalu muda untuk melakukan tindak kejahatan. Kau hanya menyia-nyiakan umurmu karena harus menghabiskan sisa umurmu itu dipenjara."

Seketika pemuda itu meneguk salivanya dengan terpaksa. Jantungnya berdegup kencang terus membayangkan hal-hal yang tidak ia inginkan. Ia sangat berharap bisa keluar dari kantor ini dan menghirup udara segar kembali.

"Siapa nama kamu?" tanya polisi yang telah menyiapkan jari-jemarinya di atas keyboard komputer.

"Edward," jawab pemuda itu dengan singkat, pandangannya masih tertuju kepada kedua tangannya yang menyentuh celana abu-abunya.

"Nama panjang?" Polisi pun menatap pemuda itu.

"Edward Samuel Alvaro."

Polisi itu mulai mengetikkan nama pemuda itu dengan jari lincahnya. "Alamat?"

"Jalan Central Park Ave, Robbins."

"Nomor orang tua?"

Edward pun terdiam mendengar pertanyaan itu. Jika ia memberikan nomor orang tuanya, otomatis polisi akan menelepon kedua orang tuanya dan memberitahukan kalau anaknya menjadi tersangka pembunuhan. Edward tidak ingin hal itu terjadi. Spontan ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kau kenapa? Berapa nomornya?"

"A-aku ... aku tidak hafal."

"Tidak mungkin kau tidak hafal. Mana ponselmu?"

Sontak Edward menatap wajah polisi yang ada di hadapannya. "U-untuk apa?"

"Cepat serahkan!" perintah polisi itu dengan tegas.

Edward yang dibentak seperti itu langsung menarik ponsel dari sakunya lalu menyerahkannya kepada polisi itu. Polisi pun mengambil ponsel itu lalu mengotak-atik isinya.

"Mana nomor telepon orang tuamu?"

"Aku tidak menyimpan nomornya."

"Jangan menipuku! Cepat katakan berapa nomornya!" Polisi itu mulai kesal dengan Edward.

"Sudah kubilang aku tidak hafal. Lagipula untuk apa bapak menanyakan nomor orang tuaku, sedangkan bapak sendiri hanya memerlukan dataku, bukan orang tuaku."

Polisi itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah terdiam sejenak sambil menatap Edward, polisi pun menaikkan nada bicaranya. "Jawab dengan jujur! Atas dasar apa kau membunuh korban?!"

The Dark Side of the Doll (Sisi Gelap Boneka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang