13.Menjauh dan Menyesal.

616 43 11
                                    

Kini aku sadari,kebahagianmu adalah tanpa hadirku.
.
.
.
.
.

Nyatanya menjauh dari Elin hanya membuat Zico tersiksa.Semua hal tentang Elin selalu berputar diotaknya.Zico tak bisa menghindari itu,semakin ia berusaha melupakan Elin,semakin ia jadi tersiksa.

Dan kenyataan yang lebih pahit lagi,menemui Elin adalah suatu hal yang sangat sulit untuk kali ini.

3hari berlalu,3hari itu juga Zico hanya memandang Elin dari jauh.Ia terus mengirim surat pada Elin.Namun nyatanya Elin tidak membalas suratnya.Jangankan dibalas,dibaca pun tidak.

Seperti sekarang,Zico hanya bisa memantau Elin dari jauh.Banyak perubahan dalam diri Elin.Elin tidak seceria seperti biasanya.Ia menjadi gadis yang murung dan pendiam.

Setelah memastikan Elin masuk kedalam rumah Brylian dengan aman.Zico pun menghampiri Brylian.

Sudah 3hari ini memang selalu seperti itu.Zico akan menunggu didepan rumah Brylian.Ia lalu akan mengikuti Elin saat berangkat sekolah.Sampai Elin pulang sekolah,Zico juga akan mengikuti.Setelah ia memastikan Elin sampai rumah,baru ia akan menghampiri Brylian untuk menitipkan surat.

Andai Elin tauu.

"Lo jadi gak pernah sekolah,Co."Brylian langsung berbicara ketika Zico sudah ada didepannya.

"Santai aja,guru gak ada yang nanyain gue kan?"

Brylian dan Zico memang satu sekolah.Di sekolah khusus atlet.

"Ya gak ada si,tapi mau sampe kapan lo gini terus?"

Zico menghela napas berat.Ia pun tak tau mau sampai kapan seperti ini.

"Mungkin sampe Elin maafin gue."

"Seterah deh.Mana suratnya?"

Zico menyodorkan surat yang telah ia tulis . "Lo harus buat Elin bisa baca surat ini."

"Maksa Elin itu sama aja nyari mati.Gak mau gue."

"Oke,gue ngerti."

Brylian menepuk bahu Zico."Gue masuk dulu.Sorry gak bisa ngajak lo masuk."

"I know that.Thanks,Bry."

Setelah itu,Zico kembali masuk kedalam mobilnya.Seperkian detik,mobil Zico melaju begitu cepat.Zico melampiaskan emosinya.Kesal.Kecewa.Namun inilah adanya.Ia juga menyadari kesalahanya.

"AAAHGGRRRRR!!"

Zico memekik keras.Ia semakin cepat melajukan mobilnya.Pikirannya kacau,hingga Zico tidak memikirkan kondisi jalan.

"AWASSSSSSS!!"

......

Hari demi hari Elin lewati dengan penuh kesedihan.Namun ia sadar,kalau seperti ini terus tidak akan ada gunanya.

Satu minggu setelah kepergian Papanya.Elin terus menjadi pemurung dan pendiam.Suara cemprengnya bahkan sudah tak terdengar lagi.

Elin menghela napas panjang.Ia memandang pantulan cermin dihadapannya.Elin harus kembali.

Bibirnya menyeringai senyum.Ia memastikan wajah cerianya harus terlihat lagi.Terpuruk dalam satu kesedihan bukan hal yang harus Elin lakukan.

All About Us[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang