19.Zico Yang Dulu

642 49 4
                                    

"Linnn.."panggil Zico.
Elin menoleh dan tersenyum,meski tangannya sedang dibalut perban.

"Kenapaa,Coo?"tanyanya dengan nada  yang sangat tenang.

Zico menatap Elin dalam. "Guee udah inget semuanyaa.Gue ingett siapa lo,gue ingett,Linn.."

Mata Elin berbinar seketika.Ia mengurai senyum beriringan dengan air yang jatuh dari matanya."Syukurr kalo gitu,Coo.Della hebat,dia bisa bikin ingatan lo kembali."

Zico melempar senyum lirih,sebenarnya elo orang yang udah buat ingatan gue pulih.

Mata Zico menangkap 2mobil ambulance dibelakang.

"Linn,2mobil ambulance dibelakang itu bawa siapaa?lo kenal sama mereka?lo ngorbanin diri lo sendiri buat mereka?atau gimana?"tanya Zico,ia bahkan tidak tau apa yang terjadi.

"Iya,gue kenall.Mereka kakak sama mama gue."jawab Elin,ia menghela napas berat,lalu melanjutkan kalimatnya, "Gue liat mobil kakak gue tadi nabrak pohon besar dipinggir jalan.Gue terpaksa pecahin kaca mobilnya,sialnya,tangan gue kena serpihan kaca itu."

Zico hanya mengangguk paham.Sesekali ia meringis ketika melihat tangan kecil milik Elin yang dilumuri darah.Bahkan saat sudah diperban,darah masih mengalir.

"Ada luka yang harus dijahit.Kamu siap?"suster yang sejak tadi membalut perban itu bertanya pada Elin.

Elin meneguk ludahnya sendiri.Pada jarum suntikan saja ia takut setengah mati.Apalagi jarum untuk menjahit luka?

"Sus,emang gak bisa gitu kalo saya aja yang dijahit?"Zico kembali pada sifat tengilnya.

"Ya kalo emamg kamu mau.Kamu lukain dulu tangan kamu.Nanti biar bisa dijahit."

Elin terkekeh geli.Untuk pertama kalinya,Zico diam karena ulah tengilnya sendiri.

Akhirnya,tengil dia keluar juga.Gue seneng ingatan lo udah kembali.Meski gue yakin semua itu karena Della.

Elin menatap Zico lekat.Ia tak henti hentinya mengurai senyum.

"Kenapa lo liat liat?naksirr?"tanya Zico.

Dongkol.Elin merasa kesal.Kalau gini lebih baik ingatan Zico tak pernah kembali.Meski begitu,Elin tetap tak mampu menatap Zico.Ia teringat dengan kejadian beberapa hari lalu.

"Gue cuma mau minta maaf.."lirih Elin,ia menundukkan kepalanya. "Maaf karena kata-kata kasar gue sama lo waktu itu.Maaf,Coo.Lo juga harus kehilangan ingatan lo karna gue."

Zico menghela napas,niat ingin songongnya diurungkan untuk sementara. "Linn.."

Tangan Zico beralih pada wajah Elin.Disentuhnya lembut,kedua pipi Elin. "Lo denger yaa,itu semua bukan kesalahan lo.Gue hilang ingatan juga bukan salah lo.Udah yaa,yang penting sekarang ingatan gue udah kembalii."

"Tapii,Coo.." Elin berhenti sejenak.Ia membiarkan air matanya lolos begitu saja. "Gue masih ngerasa bersalahh.."

"Udah,gak usah ngerasa bersalah.Semuanya udah kembali seperti semula.Ingatan gue juga udah kembalii.And next,lo bakal terus bareng sama gue."

Elin tersenyum lirih.Kini,ia harus menelan kesedihan lagi.Air matanya semakin menjadi.Ia memikirkan nasib Mama dan Kakaknnya. Meski Mama dan Kakaknya tak pernah menganggap Elin.

Zico yang tanggap dengan kondisi Elin pun langsung menepuk pundak Elin.Di usapnya air mata Elin yang sudah membanjiri pipinya. "Lo tenang aja yaa,semua pasti baik baik ajaa.."

Setelah beberapa menit,akhirnya mereka sampai dirumah sakit.Elin,Mama dan Kakanya langsung mendapat pertolongan pertama.

Beda dengan Mama dan Kakaknya yang langsung dibawa keruang UGD.Elin justru dibawa keruang operasi.Ternyata ada serpihan kaca yang menancap dikulit dalamnya.Hingga dokter harus berusaha keras mengeluarkan serpihan kaca itu.

All About Us[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang