10.Maaf

625 44 0
                                    

Ayah adalah laki laki terhebat.
.

......

Elin menelusuri koridor rumah sakit.Walapun sudah sangat larut malam.Ia harus tetap melihat kondisi Papanya.Setelah sampai di Bandara Soekarno Elin langsung menuju rumah sakit.Beda dengan Brylian yang memilih pulang terlebih dulu.

Elin melihat kondisi Papanya yang dikelilingi banyak alat rumah sakit lewat kaca dipintu.Sudah tak ada satu pun orang disana.Bahkan perawat dan dokter pun nampaknya sudah berada diruangan mereka masing masing.

Ruangan Papanya harus steril,tidak boleh dimasuki siapapun kecuali dokter dan suster.Jadi Elin hanya bisa melihat kondisi Papanya dari luar.

Matanya terus mengeluarkan airmata.Kondisinya sudah tak karuan.Mata merah,rambut acak acakan.Pipi yang sudah basah karena air mata.

Elin tak peduli itu.Ia hanya khawatir dengan kondisi Papanya.Elin duduk dikursi panjang depan ruangan Papanya.Melihat orang yang ia sayang terbaring lemah membuat hatinya hancur.

"Maafin Elinnnn.Paaa"

"Maafin Elin,Elin gak bisa jadi anak yang baik buat Papa..."

"Elin mohon,jangan tinggalin Elin.Elin sayang Papa.."

Elin terus berucap dengan lirih.Membiarkan air matanya turun dengan deras.Ia memejamkan matanya.Merutuki penyesalannya.

Elin menyesal ikut Zico.
Elin menyesal selalu kabur dari rumah.
Elin menyesal karena tak pernah ada waktu untuk ayahnya.

Tapi Elin tak bisa menyalahkan itu.Elin hanya bisa manerima kenyataan kalau pada akhirnya ia tak pantas menyesal.

"Linnn.."suara lirih memanggil Elin.

Elin membuka matanya.Ternyata itu Brylian.Brylian sudah ada disampingnya.

"Maaf gue bangunin lo.Kata Zico,lo belum makan dari kemarin.Ini gue bawain bubur,lo sarapan dulu ya."

"Sarapan?" Elin menatap Brylian heran. "Emang dah pagi ya?"

"Udah jam 8 pagi,Linn.Dari semalem lo ketiduran disiniii,"

"Masa sihh?"

"Serahh dehh,nih lo makan dulu." Brylian menyodorkan bubur ayam dihadapan Elin.

Elin tak menanggapi Brylian.Ia langsung melihat kondisi Papanya.Masih belum ada perubahan,alat alat rumah sakit masih menempel ditubuh Papanya.Elin pun masih dilarang untuk masuk.

Seperkian menit.Elin melihat ada pergerakan ditangan Papanya.Ia lantas menoleh panik pada Brylian.

"Bryy,liatt,itu Papa tangannya gerakk."Elin menunjuk kearah tangan Papanya.

Brylian yang ikut panik pun segera berlari untuk memanggil dokter.

Tak lama,Anita dokter yang menangani Papa Elin sekaligus kakak ipar dari Papanya Elin pun datang.Ia langsung masuk kedalam untuk mengecek kondisi Dwi.

Elin khawatir bukan main.Ia terus terusan berdoa.Ketakutan dalam dirinya hadir.Bibir bawahnya terus menerus digigitnya.

Brylian yang peka dengan kekhawatiran Elin pun langsung merangkul Elin.Memastikan bahwa semuanya akan baik baik saja.

"Tenang yaa,Linnn.."

"Gue takut..Bryyyyy..."

"Gak ada yang perlu ditakutin.Om Dwi pasti baik baik ajaa.Yang tenang yaa..."

Ntah pakai ilmu apa.Perkataan Brylian selalu membuat siapapun yang mendengarnya jadi tersihir.
Elin terus terisak dalam tangisnya.Sampai ia lupa dengan sesuatu,dimana Mama dan Kakaknya?

All About Us[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang