Dating with the dark

5K 230 6
                                    

[DISCLAIMER]

The story belongs to it's real author. I just remake it into NoRen version.


Happy reading




Prolog ..

Ketika malam itu bergayut, Renjun duduk termenung di atas ranjang,
entah kenapa malam ini tidak seperti biasanya. Renjun merasa ngeri,
rasa ngeri ini hampir sama dengan kengerian yang selalu
menyerangnya di malam-malam dulu. Burung di pepohonan depan
yang rimbut berbunyi-bunyi dengan suara menakutkan, mencicit
seolah memberi pertanda.
Tetapi pertanda apa?
Renjun bolak-balik memeriksa alarm pintunya, dan menghela napas
panjang. Alarm sudah terpasang dengan sempurna, pintu sudah
tertutup rapat dengan kunci dan gerendel terpasang. Kenapa dia tetap
merasa takut?
Renjun masuk lagi ke kamar, mengunci pintu kamarnya dan
berbaring, menarik selimutnya sampai ke punggung. Seharusnya dia
sudah merasa bebas, seharusnya dia tidak didera ketakutan lagi.
Tetapi kenapa perasaan ini sama? Rasanya sama seperti dulu...jauh di
masa lalu, dimana kenangan buruk menyeruak, kenangan yang sangat
ingin dilupakannya.
Tiba-tiba terdengar suara keras di pintu belakang rumahnya. Renjun
begitu terperanjat sampai terlompat dari tempat tidurnya. Jantungnya
berdebar dengan keras, dia menatap ke arah pintunya dan meringis....

Apakah dia tadi sudah mengunci pintu kamarnya?...Apakah ada
seseorang yang menerobos pintu belakangnya? Bagaimana kalau
orang itu masuk ke kamarnya?
Pertanyaan-pertanyaan itu mendorong Renjun melompat panik, dan
kemudian memeriksa kunci pintu kamarnya.
Terkunci....tentu saja...
Renjun menghela napas panjang, dan menyandarkan tubuhnya di
pintu. Lama dia menunggu, mungkin akan ada suara-suara lagi diluar
sambil menahankan debaran jantungnya yang membuatnya makin
sesak napas.
Tetapi suasana sungguh hening, tidak ada suara apapun. Renjun
bahkan merasa bahwa dia hampir mendengar debaran jantungnya
sendiri yang berpacu dengan begitu kuatnya.
Apakah suara di pintu belakangnya tadi hanyalah halusinasinya?
Setelah menghela napas panjang, Renjun membuka kunci pintunya.
Dia tahu bahwa dia telah melakukan tindakan bodoh seperti di film-
film horor yang sering dilihatnya, mendengar suara aneh... bukannya
lari dan bersembunyi tetapi malahan mendatangi bagaikan ngengat
yang tertarik mendatangi api yang akan membunuhnya.
Rumah Renjun kecil sehingga kamarnya langsung mengarah ke ruang
tamu yang merangkap sebagai ruang keluarga dengan TV besar
mendominasi bagian tengahnya, lalu ada lorong kecil ke area dapur....
dapur tempat suara itu berasal.

Renjun menyalakan lampu ruang tengah dan menghela napas panjang
ketika menyadari bahwa tidak ada siapapun di sana. Jantungnya
makin berdebar ketika menunggu melangkah ke arah dapur.... di sana
gelap dan pekat. Dengan hati-hati Renjun menyalakan saklar lampu
tetapi langsung mengerutkan kening ketakutan ketika saklar itu putus.
Lampu dapur tidak menyala dan Renjun mengernyit menyadari
kegelapan di depannya. Tangannya meraba-raba mencari ponsel yang
tadi sempat dimasukkannya ke dalam saku piyama.
Dengan pencahayaan ponsel yang seadanya, Renjun melangkah maju
memasuki area dapur itu. Cahayanya gelap dan remang-remang,
membuat Renjun merasakan bulu kuduknya berdiri. Tampaknya di
dapur tidak ada siapapun. Tetapi kemudian mata Renjun terpaku pada
sesuatu di dapur. Sesuatu yang membuat jantungnya berpacu cepat
dan wajahnya pucat pasi. Sesuatu yang memancarkan cahaya lembut
berwarna kuning redup terselubungi lilin yang berwarna biru.
Masa tenang kehidupannya sudah berakhir...impian untuk menjalani
hari-harinya seperti orang biasa musnah sudah.
Renjun berpegangan ke dinding untuk menopang kakinya yang
gemetaran, matanya menatap ke arah benda itu. Sebuah tanda...tanda
yang samar-samar menyeruak ke dalam alam bawah sadarnya,
menarik ingatan Renjun yang telah lama hilang dan mengingatkan-
nya.
Seketika pengetahuan mendalam muncul di benak Renjun, membuat-
nya merasakan ngeri yang luar biasa. Lilin berwarna biru yang
menyala itu adalah tanda, tanda yang ditinggalkan oleh sang
pembunuh paling kejam yang dia tahu entah kenapa.
Pembunuh itu sudah menemukannya....
Selesailah sudah. Nyawa Renjun mungkin tinggal beberapa saat lagi.
Matanya melirik ketakutan ke arah tanda di meja dapurnya.
Lilin berwarna biru itu....jumlahnya ada sembilan buah ...diletakkan
dengan rapi dan diatur indah setengah lingkaran di atas meja
dapurnya, cahaya redupnya tampak kontras dengan ruangan dapur
yang gelap gulita....
Lalu seperti muncul begitu saja dari bayangan gelap di belakangnya,
jemari yang kuat tiba-tiba menyentuh lehernya dari belakang, lembut
dan tenang. Renjun tercekat, tetapi tidak bisa memberontak, pada
akhirnya yang bisa dilakukannya hanyalah memejamkan matanya.

---

Tanpa perlawanan yang berarti tubuh Renjun lunglai dalam
pelukannya, ada rasa sakit dan terkejut luar biasa di sana. Mata
Renjun yang membelalak mengatakan demikian. hingga beberapa
detik kemudian, mata Renjun kehilangan cahayanya, menutup dengan
lemah, meninggalkan bercak gelap yang merintih tak bersuara disana.
Sang Pembunuh alih-alih melarikan diri terburu-buru, malahan
dengan tenang mengangkat tubuh Renjun yang pingsan dengan kedua tangannya, ke sudut ruangan, ke bagian ruang tengah rumah berlantai
kayu yang dipernis mulus itu. Dia duduk disana dan memangku tubuh
Renjun yang lunglai tanpa daya, dibelainya rambut hitam panjang
Renjun, diciuminya aroma leher korbannya. Sungguh diperlakukan-
nya Renjun bagai kekasih tertidur yang akan ditinggal pergi diam-
diam. Sorot mata Sang Pembunuh adalah sorot mata kekasih, penuh
cinta dan harapan yang meluap-luap.
Bukan sekali dua kali ini ia membereskan seseorang yang lemah
seperti Renjun, ia sering menyebutnya „order kecil ‟. Cepat, mudah
dan tak jarang korbannya cantik luar biasa, seperti apa yang dilihatnya
sekarang. Anehnya Sang Pembunuh selalu saja menetapkan harga
yang amat sangat tinggi untuk order kecil seperti ini.
Tanpa alasan jelas, ia selalu bilang begitu kepada kliennya, karena tak
mungkin mereka mengetahui bahwa Sang Pembunuh adalah pemuja
wanita, butuh pengorbanan besar dari nurani untuk membunuh
seseorang, tetapi bahkan ia akan mengorbankan lebih besar lagi untuk
membunuh Renjun, satu-satunya wanita yang telah menyentuh
hatinya.
Bibir sang pembunuh menyentuh bibir Renjun, melumatnya lembut
penuh cinta. Sebelum akhirnya gelap dan pekatnya malam yang
semakin dalam, menelan mereka berdua.
..


.

.

Tbc..

Yeayyy...

Ini dia Remake barunya..
Kapan lanjutnya? Ntar ya klo a romantic story about Renjun udah end aku lanjut ke bab 1 nya..

Skrang cukup segini aja..

Hope you like and enjoy this story..

REMAKE//DATING WITH THE DARK //NOREN VERS.//GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang