chapter 7

1K 95 7
                                    


just remake it into NoRen version

Typo is bonus
Happy Reading~~
.

.

.

.

“Kau amat sangat mengingatkanku kepada seseorang.” Kalimat
Lucas itu menggantung di udara, membuat Renjun mengerutkan
keningnya. Apakah maksud Lucas dia mirip seseorang yang dikenal
oleh Lucas?
“Mungkin itu hanya kebetulan.” Renjun menjawab, mencoba
memberikan senyuman profesional meskipun dia gugup setengah
mati.
Lucas mengamati Renjun lagi, lalu mengangkat bahunya,
“Mungkin juga.” Gumamnya. Lalu menganggukkan kepalanya dengan sopan
dan melangkah pergi.
Sementara itu Renjun menatap Lucas sampai menghilang di balik
pintu, dan tersenyum senang. Lami pasti akan histeris kalau tahu
bahwa Lucas menyapanya.

®LoveReads

Dan benar Lami berteriak histeris ketika Renjun menceritakan
sapaan Lucas yang terakhir tadi.
“Dia menyapamu? Dia benar-benar menyapamu?” Lami berucap
dengan nada tinggi, hingga Renjun harus menyenggolnya karena
semua orang di kantin itu menolehkan kepalanya kepada mereka.
“Dia bilang aku amat sangat mengingatkannya kepada seseorang. “
Renjun merenung sambil menopang dagu, “Dan dia menekankan
kepada kata „amat sangat‟, bukan hanya biasa-biasa saja.”
“Mungkin kau mirip dengan mantan pacarnya.” Lami mulai berimajinasi, “Mungkin dia kemudian memutuskan mendekatimu,
dan dalam waktu enam bulan Lucas di sini kau bisa mengambil
hatinya, bayangkan seorang staff biasa bisa merengkuh hati orang
dengan jabatan paling tinggi di perusahaan, itu seperti kisah
cinderella.”
“Dan kisah cinderella semacam itu kebanyakan sangat jarang terjadi.”
Sela Renjun cepat.
“Siapa bilang?” Lami tersenyum penuh arti,
“Sangat jarang belum
tentu tidak terjadi bukan? Apakah kau tahu siapakah Serena Wong,
ibu dari Lucas dan isteri dari Damian Wong? Dia dulu staff biasa
di perusahaan Damian, dan kemudian dia bisa menjadi isteri Damian
Wong.”
“Dari kisah yang aku dengar, Damian Wong sangat mencintai
isterinya, dia yang dulu seorang playboy langsung bertekuk lutut.”
Renjun tersenyum, dia selalu senang membahas kisah percintaan bos
mereka yang ada di kantor pusat, karena menurutnya kisah cinta itu
luar biasa indahnya. Perkawinan mereka terbukti bertahan dengan
kokoh dan menghasilkan dua anak yang luar biasa, Lucas salah
satunya.
“Nah...mungkin saja Lucas akan mengikuti jejak ayahnya, mencintai
perempuan biasa-biasa saja, alih-alih menikahi pacar-pacarnya yang
model dan dari kalangan jetset itu. Mungkin saja kita bisa menjadi
Serena berikutnya.”
“Jangan bermimpi.” Renjun tersenyum, “Lucas Wong luar biasa
tampannya, hingga hampir mendekati malaikat, hanya perempuan luar
biasa yang bisa menjadi pasangannya.” Renjun memutuskan untuk
mengalihkan pembicaraan dari pembahasan mereka tentang Romeo,
karena kalau dibiarkan, Lami yang antusias tidak akan berhenti,
“Aku akan menelepon Mark.”
“Oh ya ampun, jadi belum kau lakukan?”
Renjun menghela napas panjang,
“Belum. Tadi aku sibuk.” Renjun
berkelit, membuat Lami mencibir.
“Lakukan sekarang, sebelum kau berubah pikiran.” Perempuan itu Lalu berdiri,
“Aku akan kembali ke ruangan, pak Jhonny sedang uring- uringan, bisa-bisa aku disemprot kalau tidak kembali ke kantor tepat waktu.”
Renjun mengangguk tetapi setelah Lami berlalupun, dia masih
menekuri ponselnya dan memandanganya ragu.
Renjun merindukan Mark...dan jauh di dasar hatinya ada rasa sakit
karena menyadari bahwa Mark tidak merasa perlu untuk
menghubunginya. Bukankah kalau dia ada di benak Mark, lelaki itu
akan menghubunginya dan memberi kabar?
Haruskah dia menelepon Mark duluan?
Renjun menghela napas panjang, kemudian jemarinya memijit nomor
ponsel Mark, nomor yang amat sangat dihapalnya karena beberapa kali
dia mencoba menelepon tetapi kemudian menahan dirinya.



®LoveReads

“Halo?” Suara Mark diseberang sana menohok kerinduan Renjun,
“Renjun?” lanjut Mark ketika melihat nomor peneleponnya.
Renjun tanpa sadar menganggukkan kepalanya meskipun Mark tidak
bisa melihatnya,
“Ya ini aku. Kau.. kau lama tidak ada kabar, aku mencemaskanmu, bagaimana keadaanmu Mark?”
Hening agak lama, seakan Mark kehabisan kata-kata untuk menjawab.
“Aku baik-baik saja.” Suara Mark tertelan dalam dan tampak sedih,
membuat Renjun cemas.
“Apakah saudaramu baik-baik saja? Bagaimana kondisinya?”
“Saudara?” dari nada suaranya, Renjun menduga Mark sedang
mengernyitkan kening di sana.
“Saudaramu...yang katanya sakit dan sedang kau tengok itu?” tanya
Renjun pelan, mencoba mengingatkan Mark, lelaki itu entah kenapa
nada suaranya terdengar enggan dan tidak fokus, apakah telepon
Renjun mengganggunya?
“Oh itu...” Mark menghela napas panjang, “Saudaraku baik-baik saja.”
“Jadi dia sudah sembuh, syukurlah.” Renjun ikut-ikutan menarik
napas panjang, lega.
“Jadi kapan kamu pulang?” jawaban atas
pertanyaan itu amat sangat diinginkan oleh Renjun, dia ingin Mark
pulang...dia merindukan lelaki itu. Kebersamaan mereka selama
beberapa lama itu telah mengisi kekosongan dalam hidup Renjun dan
dia menginginkannya kembali.
Tetapi sepertinya jawaban Mark tidak sesuai dengan keinginannya
karena lagi-lagi, Mark memilih tidak menjawab dan menciptakan
suasana hening di antara mereka.
“Mark?” Renjun memanggil, memastikan bahwa sambungan telepon
mereka baik-baik saja.
Lagi. Terdengar Mark menghela napas panjang, lalu lelaki itu
menjawab, sebuah jawaban yang menyambar Renjun dengan
menyakitkan, bagaikan sambaran petir yang tiba-tiba menyerangnya,
“Aku tidak akan kembali Renjun, tolong jangan menghubungiku lagi.” Lalu telepon diputuskan. Lama Renjun termenung dengan ponsel di telinganya, menyisakan bunyi tut..tut..tut yang konstan,
yang bahkan tidak di sadarinya.

Aku tidak akan kembali, tolong jangan menghubungiku lagi... Aku
tidak akan kembali tolong jangan menghubungiku lagi... Aku tidak
akan kembali...

Jawaban Mark itu terngiang-ngiang di benaknya, dan ketika akhirnya
Renjun bisa menerima maksudnya, bibir Renjun bergetar dan matanya berkaca-kaca. Apakah ini maksudnya Mark telah
mencampakkannya? Mungkinkah kedekatan mereka selama ini tidak
ada artinya bagi Mark? Mungkinkah Renjun yang terlalu memiliki
mimpi romantis tentang Mark?
Tak dapat ditahankannya, air mata mengalir di pipi Renjun, dia
meletakkan ponsel itu dan menggigit bibirnya.
Mungkin memang kisah cinta romantis bukanlah hal yang akan
dialaminya. Mungkin Renjun akan selalu berakhir sendirian...tanpa
siapapun yang mencintainya.
Renjun menggelengkkan kepalanya dan mengusap airmatanya.
Disingkirkannya seluruh pikiran yang menghancurkan hatinya itu.
Tidak! Renjun tidak boleh menangis. Kalau memang bagi Mark dia
tidak berarti, Renjun tidak akan membuang-buang air matanya untuk
lelaki itu!


®LoveReads


“Kenapa kau lakukan itu?” atasannya bergumam, mengamati Mark
yang menutup pembicaraan dengan kasar. “Kau akan melukai hatinya.”
“Itu lebih baik.” Mark meringis,
“Kurasa strategiku untuk mendekati-
nya salah, aku lebih baik mengawasinya dari kejauhan.” Gumam Mark,
menghela napas panjang lalu duduk merosot di kursinya, di depan
meja kerja atasannya.
Atasannya, yang selama ini selalu menjadi lawan bicaranya di
telepon-telepon misteriusnya mengangkat sebelah alisnya,
“Kau bilang dulu, itu adalah salah satu cara yang efektif....menjadi
orang yang paling dekat dengannya akan membuatmu lebih mudah
dengannya, tentu saja dengan catatan bahwa kau bersikap profesional
dan tidak melibatkan perasaanmu.” Tatapan sang atasan berubah
spekulatif,
“Apakah kau telah melanggar peraturan itu?” Mark meremas rambutnya gusar, “Aku merasa aku mencintainya. Aku
merasa akan ada harapan untuk kami, nanti ketika semua
permasalahan sudah dibereskan....tetapi berkas-berkas yang kau
serahkan ini...” Mark mengernyit kepada berkas-berkas yang
dihamparkan atasannya di mejanya. Atasannya memanggilnya kemari
karena berkas-berkas ini, hasil penyelidikan mereka yang terakhir dan
mengungkap sesuatu yang sama sekali tidak terduga sebelumnya.
“Berkas-berkas ini merubah segalanya?” atasannya melanjutkan,
menatap mark dengan menyesal, “Maafkan aku harus menghamparkan
ini dihadapanmu.”
Mark menghela napas panjang, tampak kesakitan,
“Tak apa...
setidaknya aku bisa mundur sebelum melangkah lebih jauh. Dan
setidaknya, kita tahu arti dari simbol sembilan lilin berwarna biru itu.”
Sambil berusaha melupakan rasa sakit hatinya, Mark memajukan
tubuhnya dan menatap atasannya dengan serius,
“Jadi seluruh rencana
kita harus dirubah, sang pembunuh bagaimanapun juga akan muncul.”
“Ya. Aku yakin dia akan mengambil Renjun pada akhirnya. Dan
Renjun tidak boleh diambil, tidak sampai kita memastikan tentang
dugaan kita. Tugasmu adalah selalu siap sampai saat itu terjadi,
jangan sampai lengah.”
Mark tercenung. Dia tidak akan lengah. Meskipun sekarang hatinya
terasa sakit, sakit luar biasa, bahkan hanya dengan membayangkan
Renjun dia merasa dadanya diremas-remas menyakitkan. Mark
bersumpah akan menyembuhkan hatinya itu dan menjalankan
tugasnya tanpa perasaan lagi.

..

.

.
.

.
.

.

Tbc.

See ya next chap guys😘

Lnjut up klo vote nya nyampe 100 ya..

REMAKE//DATING WITH THE DARK //NOREN VERS.//GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang