chapter 6

1K 93 6
                                    

The story belongs to it's real author. I just remake it into NoRen version

Typo is bonus
Happy Reading~~
.

.

.

.









Ketika Renjun sampai ke rumah, hujan telah turun dengan derasnya
menghujam bumi dengan suara keras dan hempasan air yang bertalian
dengan angin. Taxi itu berhenti di depan rumahnya, dan setelah
membayar, Renjun berlari-lari kecil menembus hujan menuju teras
rumahnya. Seluruh kepalanya basah kuyup, tetapi tubuhnya
terlindung oleh mantel tebal penolong misteriusnya tadi sehingga bisa
tetap kering...
meskipun mantel itu sekarang basah kuyup dan menetes-neteskan air ke lantai terasnya.
Renjun mengibaskan rambutnya yang basah dan berusaha mencari
kunci rumahnya, dia ingin cepat masuk dan mengeringkan diri,
mungkin sambil membuat secangkir susu cokelat hangat untuk
diminum. Sebenarnya Renjun lebih memilih secangkir kopi, tetapi
kopi membuatnya tidak bisa tidur, sementara Renjun harus tidur
cukup malam ini.
Dia membuka pintu dan melangkah masuk, kemudian mengunci pintu
di belakangnya. Dilepaskannya mantel yang sekarang berat dan basah
karena hujan itu dan dipeluknya, aroma kayu-kayuan dan musk masih
melingkupinya, membuatnya merasa nyaman. Renjun berjalan ke
arah dapur dan meletakkan mantel itu ke cucian. Dan kemudian dia menyadari bahwa dia tidak tahu apapun tentang penolong misteriusnya itu, bahkan namanya saja dia tidak tahu. Lalu bagaimana
dia akan mengembalikan mantel ini? Mantel ini kelihatannya sangat
mahal dan dijahit khusus. Renjun memang kurang mengerti merek
pakaian laki-laki, tetapi dari sentuhan bahannya dan jahitannya,
kelihatan sekali kalau mantel ini sangat mahal. Dan sekarang Renjun
tidak bisa mengembalikan mantel itu. Renjun merenung, lalu mulai
begidik kedinginan hingga dia memutuskan untuk melupakan dulu
masalah mantel itu, akan dia pikirkan nanti. Diambilnya handuk yang
tersampir di sana, dan digosokkannya ke rambutnya yang basah.
Mandi pancuran air hangat terasa sangat menggoda.
Renjun melepaskan semua pakaiannya, membiarkan semuanya jatuh
ke lantai, dan melangkah telanjang ke arah kamar mandinya dengan
pancuran air hangatnya. Pertama kali air hangat itu terasa menyengat
di tubuhnya yang menggigil kedinginan, tetapi kemudian setiap
kucurannya seperti memijat tubuhnya, membuat otot-ototnya terasa
lemas. Tak lupa Renjun mencuci pergelangan tangannya yang
dicengkeram oleh pemimpin gerombolan tadi. Dia mengamati
lengannya dan menemukan bekas merah di sana, sedikit perih, tetapi
semoga saja tidak menjadi memar. Kalau sampai terjadi memar,
Renjun harus menyiapkan baju lengan panjang untuk bekerja besok
supaya memar itu tidak terlihat oleh orang lain.
Selesai mandi, renjun mengenakan gaun tidurnya yang tersampir di
lemari baju di luar kamar mandi. Gaun tidur itu bukan gaun tidur yang seksi, terbuat dari bahan katun yang nyaman berwarna hijau muda,
dengan gambar bunga-bunga kecil di sakunya yang ada di bagian
depan baju. Gaun tidur Renjun tidak ada yang seksi, toh memang
tidak ada perlunya berpenampilan seksi sebelum tidur karena Renjun
memang selalu tidur sendirian.
Renjun menguap menahan kantuk, tetapi tetap memutuskan untuk
membuat secangkir susu cokelat hangat supaya perutnya tenang. Dia
tidak sempat makan malam lagi, dan ini sudah terlalu larut untuk
makan apapun. Secangkir susu cokelat hangat pastilah cukup. Ketika
cangkir berisi susu hangat itu sudah jadi, Renjun duduk di meja dapur
dan meneguknya, dia merasa sangat mengantuk dan lelah. Renjun menguap lagi, dan merebahkan kepalanya di atas
meja dapur. Lalu dia tertidur.



®LoveReads

Jeno memutuskan untuk menarik kursi dan duduk diam
mengawasi. Dia sekarang berada di dapur di dalam rumah Renjun
yang bisa dia masuki dengan mudahnya.
Tadi dia mengira Renjun sedang tidur pulas di kamarnya, tak
disangkanya perempuan itu malahan tertidur dengan posisi tidak
nyaman di meja makan dapurnya dengan kepala tertelungkup di sana.
Jeno mengamati sejenak dan cukup yakin kalau Renjun tidak akan terbangun karena tampaknya tidurnya sangat lelap.
Dia kemudian duduk dan mengamati Renjun, dalam cahaya lampu
dapur yang remang-remang. Tidak bisa menahan dirinya, jemarinya
menyentuh untaian rambut Renjun yang halus, dan kemudian
menundukkan kepalanya untuk menghirup aromanya, aroma shampoo
strawberry di rambut yang masih setengah basah itu.
Jeno tadi mengikuti taxi Renjun pulang, menyuruh supirnya menunggu di sudut jalan ke rumah mungil Renjun sementara dia duduk diam di jok belakang dan menanti. Ketika dia yakin bahwa
Renjun sudah tidur, Jeno menyelinap masuk, sebenarnya ingin
meninggalkan pesan yang sama untuk Renjun di meja dapurnya....
sembilan buah lilin berwarna biru dengan cahaya remang-remang
yang menyiratkan pesan penuh arti, dan dia lalu akan mengambil Renjun, dengan tenang dan cepat seperti biasanya ketika dia melakukannya kepada yang lain.
Tetapi dia kemudian mengurungkan niatnya demi menatap Renjun
yang terpejam dalam damai.
Bukan sekarang waktunya. Jeno menyimpulkan dalam hati.
Gadis ini mungkin pantas menikmati hidupnya lebih lama...hidup
yang diciptakan untuknya dalam drama penuh kebahagiaan dan
mimpi bagi seorang perempuan.
Jeno berdiri, lalu mengangkat tubuh Renjun, yang lunglai karena
pulasnya tidurnya, dan membawanya ke kamar. Dibaringkannya
tubuh Renjun dengan lembut ke atas ranjang, layaknya seorang
pangeran dalam adegan-adegan romantis puteri raja. Setelah itu diselimutinya tubuh Renjun, perempuan itu menggeliat sedikit, lalu setelah menemukan posisi yang nyaman, dia berbaring dengan
tenang. Semakin terlelap dalam tidurnya. Jeno berdiri di sana
dan mengamati. Dorongan untuk mengambil Renjun terasa begitu
kuat dan menyiksanya. Menyisakan kepahitan kental yang mendera
jiwanya. Tetapi dia menahan diri. Demi Renjun, agar perempuan itu
bisa menikmati hidupnya sedikit lebih lama lagi, sebelum Jeno
memecahkannya menjadi hancur dan berkeping-keping.

REMAKE//DATING WITH THE DARK //NOREN VERS.//GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang