chapter 1

3K 165 4
                                    

[DISCLAIMER]

The story belongs to it's real author. I just remake it into NoRen version

Typo is bonus
Happy Reading~~

-Enam bulan sebelumnya-
Renjun baru saja pulang dari bekerja, dia hempaskan badannya ke
sofa coklat di tengah ruangan apartemennya. Sulur-sulur yang
merambat di depan jendela menghalangi cahaya matahari jingga yang
terpekur sebelum terbenam. Dipejamkannya kedua mata, lalu
menghela napas panjang, berusaha untuk santai. Biarpun
memejamkan mata, Andrea masih tersenyum, teringat Mark dan
obrolan ringan mereka.
Kata Lami, Mark sebenarnya sudah mengincarnya sejak lama untuk
didekati. Renjun termenung dalam senyuman yang tak kunjung hilang
di bibirnya. Sejak pertama dia dikenalkan dengan Mark, salah satu
karyawan baru di divisinya, dia langsung jatuh cinta pada pandangan
pertama. Tetapi tidak disangkanya Mark mungkin menyimpan
perasaan yang sama, hingga Lami mengatakan kepadanya.
Siang tadi, Mark tiba-tiba mendekatinya ketika Renjun sedang
menuang air panas dari dispenser ke cangkir yang berisi kopi instan.
Aroma kopi langsung menguar, memenuhi ruangan, menciptakan
keharuman yang menyenangkan. Mark menyapanya biasa-biasa saja,
dan Renjun sudah salah tingkah menghadapinya. Tetapi kemudian
lelaki itu bertanya apakah Renjun ada kegiatan di akhir pekan ini -
yang langsung dijawab Renjun bahwa dia tidak kemana-mana - dankemudian ajakan kencan itu datang. Mark mengajaknya ke sebuah
acara pameran komputer di sudut kota. Bukan kencan dalam arti
sebenarnya memang, tetapi bukankah ketika lelaki dan perempuan
memutuskan untuk keluar bersama di akhir pekan....bisa disebut
sebagai kencan?
Kencan...Renjun membuka matanya dan menatap ke sekeliling
ruangan rumahnya. Dia bahkan tidak pernah memikirkannya sampai
akhir-akhir ini. Sejak kecelakaan yang menyebabkan ayahnya
meninggal, Renjun menyibukkan diri untuk mengurus harta
peninggalan ayahnya. Andrea menjual semuanya, dengan alasannya
sendiri.
Sambil menghela napas panjang, Renjun berdiri. Dia lalu melangkah
ke dapur, menuangkan kopi dari mesin pembuat kopi ke cangkirnya,
kopi itu sudah tidak panas lagi karena sisa dari kopi yang dibuatnya di
pagi hari sebelum berangkat kerja. Tetapi Renjun masih bisa
merasakan rasa asam khas kopi yang nikmat di sana. Dahinya
mengernyit dan dia menghela napas, dia hampir-hampir bisa disebut
kecanduan kopi. Pagi, siang, dan malam...dia tidak bisa hidup tanpa
menuang secangkir kopi untuk mengisi lambungnya yang kadang-
kadang menolak dan berunjuk rasa dengan rasa perih yang menggigit
di sana.
Tetapi Renjun butuh membuka matanya. Sejak kematian ayahnya,
Renjun hampir terlalu takut untuk tidur. Benaknya dipenuhi
ketakutan, ketakutan yang dia tidak tahu karena apa...ketakutan ituseperti menyimpan rahasia gelap yang mengerikan. Membuat Renjun
dipenuhi kewaspadaan setiap malam, takut kalau-kalau kegelapan itu
menyergapnya ketika dia memejamkan mata. Renjun sudah
menghubungi psikiater yang merawatnya sejak kejadian kecelakaan
itu. Kata psikiater-nya, rasa takut tanpa alasan yang dirasakan Renjun
hanyalah efek manifestasi trauma atas kecelakaan yang menyebabkan
dia terluka parah, dan menewaskan ayahnya. Psikiater itu merawatnya
dengan baik, session demi session, sampai kemudian Renjun merasa
dirinya sudah sembuh, bebas, dan bahagia tanpa ketakutan yang
menghantui.
Sekarang semuanya sudah baik-baik saja. Renjun mendesah dalam
keheningan. Dia sudah bebas. Sekarang dia bisa memulai hidup yang
baru, bisa mencoba membuka hati dan jatuh cinta lagi.
Rasa takut itu sudah ditinggalkannya jauh-jauh. Dia bebas sekarang,
tidak akan ada lagi kegelapan yang mengintai dan berusaha
menyakitinya. Mungkin memang cahaya terang sudah memasuki
kehidupannya. Renjun tersenyum, membayangkan jalan indah yang
mungkin akan dilaluinya bersama Mark nanti

-NOREN-

Renjun duduk siang itu menghadap pot bunga yang tersusun rapi di
teras cafe yang cukup ramai dengan pengunjung. Diliriknya jam
tangan di pergelangan tangan kirinya, masih 15 menit lagi sebelumorang itu datang. Dia siapkan kembali beberapa surat perjanjian
kontrak, mengecek kembali beberapa helai materai yang akan
diperlukan nanti.
It's all set, Renjun membatin.
Ini aneh, karena sang klien meminta penandatanganan kontrak di
sebuah cafe eksklusif yang sangat privat, biasanya para klien memilih
menandatangani kontrak di ruang rapat kantor pusat mereka yang
sudah disediakan. Tetapi bagaimanapun juga, bosnya mengatakan
bahwa ini adalah klien penting, dan apapun permintaannya sesulit
apapun itu, harus dituruti.
Suara berisik di pintu membuatnya menoleh. Beberapa lelaki
berpakaian hitam-hitam tampak memasuki ruangan, ekspresi mereka
semua sama, datar dan kosong, membuat Renjun merinding. Dia
memandang ke sekeliling dan terkejut, cafe itu beberapa saat tadi
tampak cukup ramai. Tetapi sekarang, tidak ada satu orangpun di
sana, suasana cukup lengang dan tidak ada aktivitas apapun, selain
beberapa orang berpakaian hitam-hitam yang terus menerus masuk,
dan berdiri dengan kaku. Hampir membentuk barisan, seolah-olah
mereka memberi jalan untuk seseorang.
Satu...dua...tiga...Renjun menghitung jumlah orang-orang itu,
seluruhnya ada dua puluh orang. Siapakah gerangan yang membawa
dua puluh orang pegawai, memberi mereka pakaian yang sama, dan
membuat mereka memasang ekspresi sama?
Rupanya Renjun tidak perlu menunggu lama, di pintu, masuklah
seorang lelaki tua, berpakaian putih-putih, sangat kontras dengan
penampilan para pegawainya, dan langsung melangkah menuju
Renjun.
Inikah klien penting mereka? Tiba-tiba Renjun gemetar karena
meskipun sudah tua, lelaki itu masih menebarkan aura mendominasi
yang sedikit menyesakkan dada.
Lelaki itu berdiri, mengamati Renjun lalu mengangkat alisnya. "Nona Renjun?"
Tiba-tiba Renjun tersadar bahwa dia tidak sopan karena tetap duduk
sementara sang klien penting masih berdiri di depannya. Dia langsung
berdiri dan mengulurkan tangannya dengan sopan.
"Betul. Saya
Renjun. Anda Tuan Jaehyun?"

REMAKE//DATING WITH THE DARK //NOREN VERS.//GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang