Chapter 5

160 17 1
                                    

Suasana benar-benar berubah. Rasa tegang dan takut menyelimuti kami semua. Tidak ada yang berani mengambil resiko untuk menyerang makhluk hitam yang disebut iblis itu.

Matanya yang merah menyala menatap sekitar, seakan tengah mencari seseorang. Bola matanya terhenti pada satu titik. Ia menatapku tajam seraya tersenyum sinis.

"Kita bertemu lagi, Tuan."

Mataku melirik sekitar, mencari orang mana yang tengah berbicara dengan makhluk hitam itu.

"Aku bicara padamu, Tuan." Ia menatapku tajam.

Anak-anak yang mengerumuni diriku mulai menjauh satu persatu. Mereka menatapku ngeri, seakan aku dapat memusnahkan mereka saat itu juga.

"Kemarilah! Aku ingin melihat wajahmu lebih dekat."

Iblis itu mulai mengangkat sebelah tangannya. Tubuhku seketika terangkat ke udara, seakan ada sesuatu yang mencekik leherku. Dengan bersusah payah aku mencoba untuk melepaskan cekikan tersebut, namun yang kudapat hanyalah udara kosong.

Semua orang yang ada di sana bergidik ketakutan melihat apa yang bisa dilakukan iblis tersebut terhadapku.

Sebuah bola api melesat ke arah makhluk itu. Ia berusaha menghindar, yang membuatnya tak sanggup lagi untuk tetap mengangkat tangannya ke atas.

Cekikan tak kasat mata itu akhirnya lenyap. Tubuhku jatuh menghentak tanah, pada akhirnya terkulai lemah di sana. Aku memegangi leherku yang terasa sakit seraya berusaha menghirup udara untuk mengisi paru-paruku yang terasa kosong.

"Jangan sakiti temanku!" Johan keluar dari gerombolan para murid, diikuti Miya dan Tasya di belakangnya.

Seketika aku terkejut melihat tindakan mereka.

Mereka berani mengambil resiko hanya untuk menolongku? Ini, kah, arti sebenarnya dari sebuah pertemanan?

"Jumlah kita jauh lebih banyak darinya. Jadi, untuk apa takut? Ayo serang!" Johan membangkitkan semangat anak-anak yang lainnya.

Mereka semua menganggukkan kepala, bersama-sama mengeluarkan kekuatan mereka masing-masing, berusaha melumpuhkan makhluk mengerikan tersebut.

"Tidak! Jangan anak-anak!" Salah satu Magister berteriak, namun tidak ada yang mendengarkan apa yang ia katakan.

Semua sibuk mengeluarkan kekuatan mereka. Iblis tersebut tidak tinggal diam. Ia balas menyerang, melumpuhkan mereka satu persatu. Beberapa detik, kekacauan masih saja terjadi. Debu mengepul di mana-mana, memperpendek jarak pandang. 

"Membosankan!"

Iblis itu mengangkat kedua tangannya ke udara, lalu dengan cepat menghembuskannya kembali ke bawah. Seketika, debu yang mengepul mulai menghilang tertiup hembusan angin yang begitu kuat. Semua orang yang berada di sekitarnya saat itu juga terpental jauh, menghentak permukaan tanah dengan keras, membuat mereka terkulai lemah.

Aku benar-benar tidak percaya. Iblis itu benar-benar kuat.

"Kalian semua bukan tandingan para iblis! Kau dengar itu?" Ia berkata geram seraya mengangkat sebelah tangannya, membuat ketiga temanku-Johan, Miya, dan Tasya, yang menjadi provokator--terangkat naik ke udara.

DuorbisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang