Chapter 14

79 9 4
                                    

Aku terbangun ketika merasakan udara dingin yang seakan menusuk kulitku. Aku membuka kelopak mata. Kegelapan menyambut indera penglihatanku. Cahaya rembulan tampak tertutupi oleh lebatnya pepohonan.

Hari masih malam?

Aku mencoba membangun tubuh. Beberapa kali aku mengedipkan mataku untuk memperjelas pandangan sebelum menengadahkan kepala ke semua penjuru arah.

"Al, kau siuman?" Mellius dengan cepat menghampiriku seketika itu juga.

"Huh, kami menunggumu sejak tadi, sedangkan kau dengan enaknya tertidur." Marc berkata kesal.

Apa? Tertidur katanya?

"Perjalanan kami tertunda karena kau." Marc melanjutkan kalimatnya.

Aku menghembuskan napas dengan perasaan kesal walaupun aku sendiri tahu jika ia tidak mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Kejadian sebelumnya membuatku tahu, jika Marc tidak benar-benar membenciku.

"Tunggu, bagaimana dengan kelompok yang menyerang kita sebelumnya?" Aku seletika bertanya ketika hal itu terlintas begitu saja di benakku.

"Ketua mereka telah didiskualifikasi dari kompetisi. Dan anggota lainnya tidak berniat untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka," jawab Mellius.

"Berarti hanya kelompok kita yang tersisa?" tanyaku dengan antusias.

"Tentu saja." Bax yang menjawab. "Sudah pasti kita akan memenangkan kompetisi ini." Ia tertawa kegirangan, tampak tak sabar untuk menerima kemenangannya.

Kami melanjutkan perjalanan setelah menghabiskan perbekalan kami. Hanya butuh beberapa menit untuk kami sampai ke tujuan. Tentu saja. Hutan Duri Belantara yang menjadi tujuan kami hanya berjarak beberapa puluh meter dari tempat peristirahatan kami sebelumnya.

Hutan yang dipenuhi duri telah berada di hadapan kami. Kami terpaku di tempat hingga beberapa detik ke depan. Sorot mata kami tertuju pada hutan yang membentang luas di depan.

"Apa kita harus memasuki hutan ini?" tanya Rack ragu. "Kudengar, hutan ini berbahaya. Lagipula, akan sulit bagi kita untuk melewati setiap celah, apalagi dengan duri-duri tajam di sekitarnya. Salah sedikit saja, tubuh kita bisa terluka."

"Harus, kita harus memenangkan kompetisi ini. Perjalanan kita sudah sejauh ini. Selangkah lagi untuk kita menuju kemenangan," ucap Mellius dengan semangat yang berkobar.

Ia mulai berjalan mendekati hutan yang dipenuhi batang berduri itu. Ia memperhatikan setiap detail, beralih dari satu bagian ke bagian yang lainnya.

"Kita bisa melewatinya, asal berhati-hati."

Ia akhirnya melangkahkan kaki, berjalan masuk di antara celah- celah sempit yang ia temukan. Kami mengikuti apa yang ia lakukan.

Aku mulai memasuki celah kecil itu. Di sini sangat sempit. Sesekali kami harus berjalan jongkok atau bahkan tiarap agar tidak mengenai duri di atas kepala kami.

Hampir setengah jam kami menyusuri hutan berduri yang seakan tiada ujung. Selama itu juga kami tidak mendapatkan hasil apapun, selain tubuh dan pakaian yang telah kotor oleh tanah, juga luka lecet yang membekas di beberapa bagian tubuh kami.

Aku ragu kami bisa mencari tempat yang dimaksud di hutan mati yang dipenuhi oleh duri ini. Bahkan kami tidak menemukan ujung dari hutan mati ini setelah setengah jam menyusurinya—menandakan seberapa luas hutan yang sedang kami jelajahi ini.

"Menurut kalian, apa hadiah yang akan kita dapat?" Bax memulai pembicaraan. "Makanan mewah dan lezat atau mungkin ... stok makanan istana selama setahun?" Air liur Bax menetes demi membayangkan hal itu.

DuorbisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang