Chapter 12

79 8 1
                                    

Setelah perdebatan itu, pada akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan istirahat yang telah tertunda sebelumnya. Setelah duduk beberapa saat untuk menghilangkan penat, kami kembali menyiapkan semuanya dari awal. Mulai api unggun hingga alas untuk kami tidur.

"Akhirnya ...." Bax menjatuhkan tubuhnya di atas dedaunan yang menjadi alas tidur.

Beberapa detik setelah ia mengatakan hal itu, suara berdebum terdengar nyaring, diikuti oleh suara teriakan seseorang. Para burung beterbangan menjauhi sumber suara.

Apa yang terjadi di sana? Mendengar jeritan itu saja telah berhasil membuatku khawatir. Sepertinya ada seseorang yang membutuhkan bantuan. Aku harus ke sana secepatnya.

Aku melangkahkan kaki saat Mellius menghentikanku. "Kau mau ke mana?" tanyanya bingung.

"Kurasa ada yang membutuhkan pertolongan. Aku harus secepatnya ke sana," ucapku sedikit tergesa-gesa.

"Tapi, ini waktu untuk istirahat," keluh Bax dengan wajah memelas.

"Itu benar." Melllius membenarkan perkataan Bax.

"Tak ada waktu." Aku berlari menjauh tanpa memedulikan mereka.

Suara berdebum terus saja terdengar. Asap mulai mengepul, memenuhi langit malam. Petir mulai bergemuruh. Awan hujan membasahi permukaan bumi. Angin mulai bertiup kencang.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Aku masih berusaha berlari mendekat, namun entah bagaimana air bah datang begitu saja, membanjiri sekitar, kemudian menghilang terisap tanah beberapa detik kemudian. Suara hewan buas samar-samar terdengar, saling sahut menyahut. Bahkan pepohonan di sekitarku bergerak secara tidak lazim. Yang lebih membingungkan, tanah di sekitar entah kenapa bergetar hebat, seakan gempa besar tengah terjadi.

Jarak semakin dekat. Aku meneguk salivaku ketika melihat apa yang terjadi di hadapan mataku. Beberapa orang tampak bertarung. Jumlahnya kira-kira sepuluh orang, atau lebih tepatnya dua kelompok. Ya, dua kelompok tengah bertarung.

Aku sampai melongo melihat pertarungan lima lawan lima yang terjadi di hadapanku ini. Petir yang bergemuruh menembak satu-persatu kelompok lawan. Namun, serangan petir itu dapat dihindari dengan mudah.

Ada juga yang mengeluarkan bola api besar dari tangannya untuk menyerang, mengeluarkan berliter-liter air, menghembuskan angin kuat, menggetarkan tanah, mengendalikan pepohonan, bahkan ada yang memanggil para hewan buas untuk ikut bertarung.

Pertarungan yang sangat hebat. Aku tidak pernah melihat pertarungan seperti ini. Aku membenamkan niatku untuk menolong. Apa yang bisa diberikan oleh orang lemah sepertiku? Jika aku melakukannya pun, aku akan menolong siapa? Kelompok yang ini? Atau kelompok yang satunya?

Berpuluh-puluh menit berlalu, pertarungan masih saja berlangsung.

Apa mereka tidak lelah?

"Pertarungan mereka luar biasa." Seseorang di sebelahku mengatakan hal itu, berhasil membuatku terkejut.

Aku memalingkan wajah ke sumber suara. Melllius? Dan juga teman-teman yang lainnya? Mereka bersamaku? Sejak kapan?

"Mengapa kalian bisa ada di sini?" tanyaku bingung.

"Kami tidak bisa tidur karena suara ribut yang ditimbulkan dari pertarungan mereka." Melllius menjawab.

"Apakah mereka tidak apa-apa jika dibiarkan seperti itu?" Aku bertanya karena penasaran sekaligus khawatir dengan kondisi mereka.

"Tentu saja tidak." Marc yang menjawab.

"Ya, memang benar." Melllius membenarkan. "Tubuh mereka tak akan kuat untuk menyesuaikan diri dari setiap sifat dan karakteristik dari kelima element yang berbeda. Seperti batu yang melapuk akibat terkena panas dan dingin secara bergantian dan terus menerus. Bisa saja mereka mati karena hal itu."

DuorbisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang