Chapter 17

69 9 7
                                    

Langkahku terhenti. Iblis Modil! Aku sudah menduga hal itu. Mataku menyapu bersih seisi ruangan. Yang benar saja, para iblis berkumpul di ruangan ini. Kekhawatiran ku benar-benar telah terjadi.

"Aku sudah menduga kau akan datang hanya untuk menyelamatkan bocah ini." Iblis Modil berjalan mendekati Miya. "Kau terlalu baik untuk menjadi bagian dari kami."

"Lepaskan Miya!" Aku berteriak marah.

"Lepaskan?" Ia tertawa kecut. "Tak mungkin aku melakukannya. Kecuali, jika kau mau ikut bersama kami." Ia mengayunkan tangannya, menyuruhku untuk mendekat.

Apakah ini saatnya? Jauh lebih baik jika aku menyerahkan diriku sekarang juga.

Aku melangkahkan kakiku dengan ragu, namun Mellius dengan cepat menghalau. "Tidak, Al. Kita bisa menghadapinya bersama." Mellius menyakinkan dengan senyum terpaksa di wajahnya.

"Teman-temanmu itu benar-benar merepotkan." Modul lagi-lagi tertawa. "Para peri seperti kalian tidak akan pernah bisa mengalahkan kami, para Iblis."

"Kau memang jahat!" Mellius berteriak marah. "Kau telah merebut dunia kami. Kau telah menghancurkan dunia kami. Kami tidak akan tinggal diam!"

"Tentu saja kami dapat merebut dunia ini dengan mudah. Apalagi dengan bantuan dari seseorang yang kalian kenal."

"Apa maksudmu?" Aku bertanya bingung.

"Kalian pasti tidak akan mengira akan hal ini." Suara itu datang entah darimana, suara yang terdengar sangat familiar di telingaku. "Akulah orang yang dimaksud Yang Mulia Iblis."

Seseorang datang menghampiri kami, sesosok iblis dengan tubuh yang ditutupi aura kehitaman. Aura yang mengelilingi tubuhnya perlahan-lahan menghilang, membuat sosoknya mulai terlihat.

Mataku membelalak tak percaya ketika melihat wujud aslinya, begitupun dengan yang lainnya. Yureka? Jadi, ia dalang di balik semua ini? Bagaimana bisa? Ini tidak mungkin!

"Yureka? Kau, kah, itu?" Aku menatap wajahnya tak percaya.

"Siapa lagi? Kau tahu, sebenarnya selama ini aku di sini hanya untuk memata-matai kalian. Aku juga yang memberi tahu Yang Mulia tentang kompetisi itu. Aku juga yang memberi tahu tempat yang dimaksud dari petunjuk yang benar-benar mudah itu. Akulah dalang penyebab semua ini." Ia tertawa jahat, seakan bangga pada dirinya sendiri.

Yureka? Itu tidak mungkin! Bukankan para iblis memiliki bola mata yang berwarna merah darah? Tapi, bola matanya masih terlihat kecokelatan.

Bola mata Yureka mulai mengeluarkan asap hitam. Seketika itu juga bola matanya berubah menjadi merah darah, menjawab pertanyaan di kepalaku.

Jadi, ia benar-benar iblis?

"Mengapa kau lakukan ini? Bukankah kita ... teman?"

"Teman? Al, aku tak pantas menjadi temanmu. Posisimu jauh di atasku."

"Apa maksudmu?" tanyaku terisak tangis, masih tidak mengerti dengan apa yang ia katakan. "Kukira kita adalah teman yang tidak dapat terpisahkan. Bahkan aku telah menganggapmu sebagai seorang sahabat. Tapi, mengapa kau mengkhianati kami? Mengapa Yureka?" Air mataku mulai menetes.

"Sederhana, karena aku iblis." Tubuhnya kembali diselimuti aura hitam hanya untuk membuktikan ucapannya. "Kau juga sama, Al. Kau sama seperti kami. Karena itu, kami selalu berusaha untuk mendapatkan kau kembali."

"Omong kosong" Johan tampak sudah tak tahan dengan kelakuannya. "Dasar iblis licik!"

"Haha, terima kasih atas pujiannya."

Tanpa aba-aba, Johan melemparkan bola api dari tangannya. Bola api melesat cepat, bergerak menuju Yureka. Namun, ia hanya diam di tempatnya, tak melakukan apa-apa. Beberapa meter dari tubuhnya, bola api justru padam tanpa sebab.

DuorbisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang