Chapter 6

128 16 6
                                    

Acara sarapan tengah berlangsung. Hening, hanya kata itulah yang dapat menggambarkan suasana di antara aku dan Zerkay. Kami seakan-akan dua orang yang tidak saling kenal. Entah mengapa, aku merasa canggung setelah membaca kalimat dalam bukunya itu.

Iris mata berwarna merah darah dengan pupil memanjang. Itu adalah mataku. Apa mungkin Zerkay mengira aku ini iblis? Tapi, kenapa ia tak mengusirku?

Acara sarapan selesai beberapa menit kemudian. Aku beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Para penduduk desa menatapku dengan penuh kebencian di sepanjang perjalanan. Dulunya aku tidak peduli, namun sekarang perlakuan itu benar-benar membuatku tidak nyaman. Aku seakan-akan menjadi satu-satunya orang yang berbeda dengan mereka.

Apa benar aku ini iblis? Tapi, bagaimana dengan telinga periku ini? Apa ini palsu? Aku seakan kehilangan jati diriku. Apa aku ini sebenarnya?

Aku hanya menundukkan kepala di sepanjang perjalanan dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkelebat di kepalaku. Di academy, anak-anak juga memperlakukanku dengan cara yang sama. Kejadian selang beberapa waktu lalu saat aku menghancurkan setengah kota mengubah pandangan mereka tentangku. Mereka sekarang seakan menganggapku sebagai ... monster.

"Hai Al!" Yureka datang seraya menepuk bahuku. "Kau kelihatan murung sekali. Ada apa?"

"Tidak ada," jawabku tanpa mengalihkan pandangan.

"Aku tahu, para penduduk desa sekarang membencimu. Kau tak perlu sedih! Kau hanya harus mengubah pandangan mereka tentangmu. Buat mereka agar dapat menerimamu kembali. Lagipula, kekuatanmu itu benar-benar hebat. Kau bisa mengguna-"

"Itu benar." Aku memotong perkataannya. "

"Terima kasih, Yureka." Aku lantas berlari menuju kelas dengan semangat.

━─━────༺༻────━─━

Tak terasa, beberapa bulan telah berlalu dan selama itu juga aku menunggu kedatangan Ayahku. Kekuatanku telah berkembang, bahkan sekarang aku berada di tingkat pengendali. Namun, hal itu tidak membuatku senang. Aku jauh lebih khawatir dengan Ayahku. Ke mana ia pergi hingga meninggalkanku selama itu?

Kelas telah berakhir beberapa menit yang lalu. Kakiku melangkah pelan menyusuri lorong-lorong dengan pikiran yang berkecamuk di kepalaku. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan sekarang? Beberapa bulan telah berlalu, namun tidak ada tanda-tanda Ayahku akan kembali menemuiku. Aku benar-benar bingung.

Pikiranku terusik ketika tanpa sengaja tubuhku menabrak seseorang di hadapanku. Seorang anak laki-laki dengan tubuh besar telah berdiri di hadapanku. Ia adalah orang yang sama yang terus menggangguku. Iris matanya yang hitam pekat menatapku dengan sinis.

"Aku minta maaf," ucapku seraya kembali melangkahkan kaki untuk melanjutkan perjalanan. Aku hanya tidak mau berurusan dengannya.

"Mau pergi ke mana kau? Monster sepertimu tidak pantas berada di sini." Ia bergerak menghalangi jalanku.

"Hentikan!" Johan tiba-tiba saja datang, diikuti Miya dan juga Tasya.

"Kenapa? Ia mendorongku lebih dulu." bentaknya membela dirinya sendiri.

"Hei, kau tidak dengar? Ia sudah minta maaf!" Johan balik membentak.

DuorbisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang