Chapter 20

66 7 6
                                    

Sudah hampir satu Minggu semenjak aku tinggal di dunia iblis. Ayahku selalu ada di sampingku, namun hal itu tidak membuatku merasa senang. Setiap hari, aku selalu memikirkan tentang teman-temanku, juga dunia peri. Aku tidak bisa tenang hingga tahu keadaan mereka, walaupun Iblis Modil telah berjanji untuk membebaskan dunia peri.

Sejak kejadian itu aku jadi tahu, kalau aku bukanlah iblis biasa, melainkan keturunan murni dari Raja Iblis yang sebenarnya. Ada satu hal yang membuatku yakin, tanduk ini. Hanya Raja Iblis dan keturunannya yang memiliki tanduk iblis ini. Setidaknya aku jadi tahu, mengapa para Iblis begitu mengejarku.

"Ayah! Apakah benar, jika aku ini bukan anak Ayah?" Aku mencoba untuk bertanya, saat kami hanya berdua di dalam kamarku.

"Kau akan tahu pada waktunya."

Itulah jawaban yang selalu ia ucapkan. Entah sudah berapa kali aku bertanya, kalimat itu pasti selalu menjadi jawabannya. Perkataannya itu justru membuatku semakin penasaran. Aku sadar, ternyata masih banyak hal yang tidak ku ketahui tentang diriku. Ternyata selama ini aku hidup dalam kebohongan. Aku benar-benar tidak menyangka, kehidupanku ternyata serumit ini.

"Al, maaf, Ayah harus pergi." Ia berdiri, kemudian berjalan keluar dari kamarku.

Melihat hal itu, aku hanya dapat menundukkan kepala dengan perasaan sedih. Ia benar-benar telah berubah. Aku kecewa padanya. Aku menghembuskan napas berat, berusaha untuk membuang jauh-jauh semua pikiran buruk itu. Aku membangunkan tubuh, kemudian berjalan membuka gagang pintu.

Pintu terbuka. Aku justru dikejutkan dengan sosok seseorang yang berdiri tepat di depan pintu kamarku.

"Oh, hai Al!"

Aku mengelus dada. Ternyata Yureka. Ia mengejutkanku saja.

"Ada apa?" Aku bertanya tanpa ekspresi. Karena bagaimanapun juga, aku masih kecewa pada Ayahku.

"Aku hanya ingin memeriksa keadaanmu." Ia menjawab.

"Tidak perlu," ucapku seraya melangkahkan kaki, meninggalkannya begitu saja.

Aku memutuskan berjalan-jalan untuk menghilangkan beban di kepalaku. Memang tidak ada pemandangan indah di sini. Tapi setidaknya lebih baik daripada hanya berdiam diri di kamar.

Kakiku terus melangkah melewati lorong-lorong. Langkahku akhirnya terhenti ketika tidak sengaja mendengar percakapan seseorang.

"Tidak sia-sia kita menghancurkan desa dan menyiksa teman- temannya. Penderitaannya selama ini membuahkan hasil. Lihatlah, anak itu telah berkembang! Sisi iblisnya telah muncul. Walaupun anehnya, sayapnya belum muncul hingga saat ini." Iblis Modil berucap dengan bangganya.

"Ya, kurasa juga begitu." Ayahku yang menjadi lawan bicaranya menjawab dengan wajah murung.

"Kurasa, kau harus membuatnya lebih tersiksa lagi agar sayapnya dapat muncul. Atau, kita bisa kembali menyiksa teman-temannya?"

Bukan hanya kekuatan hebat yang kudapat. Semenjak sisi iblisku muncul, entah mengapa aku juga jadi tidak bisa mengendalikan emosiku. Seperti sekarang ini. Mendengar ucapan mereka saja berhasil membuatku mengepalkan tangan.

Selama ini ternyata mereka menipuku, termasuk Ayahku sendiri. Mereka sengaja membuatku tersiksa seperti ini. Karena mereka, teman- temanku tidak mempercayaiku lagi. Mengapa mereka melakukan hal itu? Aku tidak terima dengan perlakuan mereka. Apalagi mereka kembali berniat menyiksa teman-temanku. Aku tidak akan tinggal diam.

Aura-aura kehitaman mulai muncul dari tubuhku, bahkan lebih banyak dari sebelumnya hingga hampir menutupi seluruh bagian tubuhku. Emosi membara dari dalam hatiku. Namun aku melakukannya dengan kesadaran penuh kali ini.

DuorbisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang