Aluna membuka pintu rumah nya yang lumayan megah ini, namun terlihat kosong, kemana mama nya?.
"kak mana mama?"
Aluna mengelihat sekeliling, menuju kamar mama nya, dapur, dan semua penjuru rumah, namun tak juga ada."kak mama dimana!" aluna melipat tangan nya ke dada, ia kesal karena kakaknya tak menjawab pertanyaan aluna, ia malah sibuk dengan hp nya.
Aluna buru buru merebut hp kakaknya. Kakaknya tidak memberontak atau pun memaksa mengambil kembali ho nya, ia hanya diam seolah olah aluna boleh melihat nya.
"apa!" aluna membulatkan matanya, matanya memanas dan tes, butiran bening jatuh di pipinya.
"kenapa lo gak kasih tau dari tadi hiks hiks" aluna memukul mukul dada bidang alfaro.
"udah jangan nangis, mama pasti baik baik aja" ucap alfaro seraya mengelus puncak kepala aluna.
"sekarang ganti baju, terus kita ke rumah sakit, cepet gak pake lama!" ucap alfaro.
Kedua nya berlari ke kamar masing masing, berganti pakaian dan berangkat ke RS.
Alfaro sengaja membawa mobil, karena hujan sangat deras. Bahkan hujan di pipi aluna juga sangat deras.
"jangan nangis terus" kata alfaro yang masih fokus dengan jalan.
Aluna tak menggubris, ia tetap menangis, ia mengeluarkan buku diary miliknya yang sempat ia bawa tadi.
Ia melihat di kaca mobil, hujan nampak sehati dengan aluna. Aluna mulai menuliskan sesuatu tentang perasaannya saat ini.
"selamat datang hujan, jika kau berhasil membasahinya, tolong bilang padanya, itu bukan airmu itu rinduku"
I miss you dad
Aluna kembali menangis mengingat ayahnya. Lalu ia menulis lagi di samping puisinya itu.
"hujan, kau turun saat air mata ini turun. Mengapa semua orang yang aku sayang selalu saja seolah menjauh dariku. Hujan sampaikan lah pada infus rumah sakit, tolong kuat kan mama ku. Ia adalah jantung ku, bila ia tak ada maka aku pun tak ada"
Aluna kembali menangis tersedu sedu. Alfaro memahaminya, ia tau apa yang di rasakan adik nya, karna yang di rasakan aluna juga dirasakan alfaro.
"ayo cepat, dokter tadi bilang kita suruh cepat" ucap alfaro keluar membawa payung, dan segera membukakan pintu mobil untuk aluna.
Bukan nya aluna manja, kan masih hujan?.
Alfaro dan aluna berjalan dengan cepat menyusuri koridor rumah sakit.
RUANG ANGGREK NO 2
alfaro yang melihat tulisan itu buru buru masuk keruangan itu bersama aluna tentunya.
Namun mama nya tak sendirian, ia bersama sosok lelaki. Jika itu adalah kekasih baru mamah nya, aluna akan membenci lelaki itu selamanya. Ingat SELAMANYA.
Alfaro tersenyum kepada pria itu, tak lupa alfaro menyalimi nya. Aluna juga menyaliminya tapi tidak tersenyum.
"faro, jaga mamah kamu baik baik, om mau pulang udah ditungguin al katanya" ucap pria itu.
Alfaro mengangguk paham.
"oh ya, obat mamah mu tadi di atas meja. Ini adik kamu ya?" kata pria itu sambil tersenyum kearah aluna.
Aluna membalas senyum nya itu namun aluna tersenyum kikuk. Ia tak enak karna sudah menuduh nya kekasih baru mamah nya, walau menuduhnya cuma dalam hati.
"iya om ini aluna" ucap alfaro.
"wah cantik. Yaudah om pamit ya. Assalamualaikum" pamit pria itu.
"waalaikumsalam" jawab alfaro dan aluna.
"siapa dia?" tanya aluna kikuk.
"bos nya mamah" aluna hanya mengangguk paham.
Kini mereka berdua menunggu mamah nya bangun dari koma nya.
•••
"gak bisa gitu dong pah!" alfa menggebrak meja makan, mengejutkan kedua orang tua nya.
"alfaaa" mama alfa tersenyum dan menggangguk pelan.
"alfa gak mau" jawab alfa dingin lalu melenggang pergi ke kamar nya.
"kalo kamu gak mau, papah akan pergi dari sini" ucap papanya tak kalah dingin.
"masss" mama alfa terkejut atas perkataan suaminya itu.
"tenang aja" ucap papa alfa sambil mengedip kan sebelah mata nya seolah 'ini cuma bercanda'.
Alfa sempat berhenti namun ia kembali melenggang pergi, menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Alfa menutup pintu dengan kuat sehingga menghasilkan suara yang sangat kencang.
Alfa mengusap wajahnya dengan gusar, mengacak rambut nya emosi dan melempar hp nya ke kasur.
"argggh" erang alfa.
"kenal orang nya enggak, main jodoh jodohin aja. Kuno!" emosi alfa sangat memuncak saat ini.
•••
Mentari pagi mulai menyinari bumi, burung bernyanyi menambah indahnya pagi. Aluna membuat sarapan pagi karena mamahnya yang masih koma di rumah sakit. Ia mulai membangunkan alfaro, membangkun kan alfaro itu mudah, dengan menggoyangkan badan nya ia langsung bangun tak seperti Aluna.
Mereka bergegas mandi dan menyiapkan semua peralatan sekolah. Mereka pun sarapan dan berangkat sekolah lebih awal, karna ingin menjenguk mama nya.
Sesampainya dirumah sakit, mama nya masih koma, masih belum juga siuman. Aluna memeluk mama nya, bulir putih nya pun jatuh.
"mama gak cape apa tidur terus? Mama apa gak kangen sama kita?" aluna masih terisak dalam pelukan mama nya.
"disituasi kaya gini bahkan papa gak ada kasihan nya sama sekali!" alfaro menghentakkan kaki nya dan memicingkan matanya sinis.
"maksud lo?" aluna bingung, memang sih papa nya sudah lama tak memberi kabar pada aluna karna nomer papa nya yang tak pernah aktif.
"gue WA papa cuma di read" kata alfaro sambil menunjukan layar hp nya.
"lo dapet no nya dari mana? Tau gak, no papa yg dulu kan gak aktif. Gue kangen banget sampe berbulan bulan gini lo gak ngasih tau. Padahal gue pengen banget telponan sama papa". Aluna menumpahkan kekecewaannya pada alfaro.
"bahkan gue gak pernah yang nama nya di bales chat nya sama papa. Entahlah mungkin dia udah gak sayang sama kita" alfaro tersenyum sinis.
"gue telpon aja gak pernah namanya di angkat haha" alfaro hanya tertawa dibuat buat.
"aku benci papa, aku kecewa banget sama papa!" aluna mengusap pipi nya yang basah.
"gue lebih benci sama ASLAN YUDISTIRA" aslan adalah ayah kandung alfaro dan aluna.
•••
Sesampai nya di sekolah aluna hanya melamun memikirkan mama dan papa nya. Masalah demi masalah harus ia hadapi dengan lapang dada. Mengingat tentang masalah aluna teringat orang yang meneror nya, sejak kecelakaan itu aluna tak pernah mendapat ancaman ancaman bahkan pesan sekalipun oleh si peneror.
Aluna merasa lega satu masalah sudah hilang, dan tinggal sedikit masalah yang belum terselesaikan.
Perutnya merasa lapar namun ia tak berselera untuk makan, bahkan beranjak pergi dari tempat duduk nya saja aluna malas.
Tadi fisya sudah mengajak nya kekantin namun aluna menolak. Tiba tiba seorang lelaki menghampiri aluna sambil membawa sekantung makanan dan minuman.
"buat gue?" wajah aluna penuh tanya.
"iya dong tisya" jawab lelaki ini.
"plis berhenti panggil gue tisya, nama gue A.L.U.N.A!"
Siapakan gerangannn?
Hm siapa ya siapa ya?🤔
Kok panggil aluna jadi tisya?😌
Vote ditunggu ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna
Teen FictionTakdir tak kan tertampik oleh raga. Aku tak tahu bagaimana alur takdirku akan berakhir. Apakah aku bahagia? Atau bahkan aku harus menghabiskan banyak keringat serta air mata?. Begitu lelah menghadapi hidup yang membuat bilur dihati. Memikirkannya ha...