A'10

45 9 3
                                    

"Entah mengapa hari-hari ini akan cepat berlalu,dan senjapun mulai memberi kabar bahwa dia akan hadir"

-vera

🌫️

Seperti yang sudah terjadi kemarin, suasana disepanjang koridor sangatlah ramai. Gadis ini berjalan menuju kelas dengan wajah ceria tetapi banyak pasang muka yang mencibir dan memaki si biang onar, tapi sayang dirinya sudah tidak dicap sebagai mengganggu namun sebagai manusia yang pada saatnya akan menuai pujian.

Peduli apa mereka tentang dirinya, toh ia sudah tidak akan pernah mengganggu lagi jadi untuk apa mereka mengeluarkan kata-kata buruk seperti itu, dipuji nggak di hina malah iya.

Sekarang, tepat pukul 05.45 Vera mendapat gelar sebagai sahabat Atha. Tapi dirinya tidak mengganggap hal itu menjadi bahan untuk disombongkan, hanya saja mereka yang tidak tau keterobsesian dirinya terhadap Atha hanya beranggapan bahwa ia hanya mencari sensasi.

Sedangkan betapa sulit dirinya untuk mendekatkan diri untuk sekedar berinteraksi dengan Atha, yang Vera suka dari Atha itu bukan tentang materi tapi tentang hati. Gadis itu bisa menunjukkan kewibawaannya secara terinci, dan gadis itu tidak mengenal lelah dan yang sangat-sangat di idolakan semua murid adalah dirinya yang cerdas serta rupanya manis.

Gadis itu terlihat sempurna tapi Vera tau, bahwa sebenarnya Atha bukan makhluk sempurna. Tapi ia berusaha untuk menutupi kekurangannya itu, ini juga yang membuat Vera terdorong untuk berteman dengan Atha, gadis itu tegar.

Saat Vera tiba di depan kelasnya, tiba-tiba saja ada seseorang yang menyenggol bahunya dengan keras. Dan nyatanya itu salah satu temannya dulu ketika mereka masih satu kumpulan geng. Siska namanya, tanpa basa-basi ia membicarakan hal yang sebenarnya sudah diketahui jawabannya.

"Eh murah! Lo kenapa kemaren pake mohon-mohon sama si Anas sama Atha,hah!udah nggak punya harga diri Lo!" Tanya Siska kesal pada Vera.

"Iya!!! kenapa emangnya kalo gw murah,toh gw mohon-mohon karena pengen punya temen yang lebih baik, bukan cuma sekedar memanfaatkan hal yang bukan miliknya!" Jawab Vera.

"Hahaha, sekarang Lo tambah tengil ya... Lo lupa dulu Lo dalang dari semua ini! Lo lupa Lo hampir pernah bunuh anak orang!!!"

Pucat, itu kondisi wajah Vera saat ini. Kata-kata laknat itu kenapa harus keluar lagi dari mulut orang lain. Kenapa disaat dirinya harus mengikhlaskan kepergian dia dan kenapa harus ada yang mengoreknya lagi serta menimbulkan luka parah berkelanjutan untuk dirinya.

Gemetar sudah tubuh Vera, ingin rasanya ia menangis kencang. Yang ia butuhkan saat ini adalah seseorang yang bisa di percayanya untuk menceritakan semua masa lalunya.

Karena dirinya sudah tidak mampu menopang tubuhnya, akhirnya Vera jatuh kelantai. Sontak itu menjadi kebahagiaan untuk Siska karena berhasil mengerjai Vera yang sudah berani berkhianat pada teman-temannya.

Dari kejauhan Anas yang melihat ada keributan di depan kelasnya langsung bergegas menghampiri, dan ia dikejutkan dengan adanya Vera yang gemetar dan wajah yang pucat. Anas bingung dengan apa yang terjadi, karena jika diperhatikan lagi tidak ada luka apapun di tubuh Vera. Dan untuk Siska dia sudah pergi dari tempat itu dengan senyum kemenangannya.

Karena tidak ingin bingung dengan kejadian ini, Anas berinisiatif untuk bertanya pada Vera, namun kelihatannya tidak ada tanda-tanda kalau dirinya akan mendapat respon.
Anas mencoba untuk memapah tubuh Vera untuk masuk kedalam kelas dan beberapa siswi mengikut dari arah belakang.

Saat tiba di bangku, Anas membantu Vera untuk minum. Ketika Anas ingin menanyakan hal yang membuat Vera menangis dengan wajah pucat tiba-tiba saja gadis itu langsung memeluknya dan berseru.

"Nasss,gw takut...Lo jangan tinggalin gw ya" tukasnya dengan suara gemetaran.

"I iya, tapi Lo kenapa sih, gw bingung nih kalo Lo nggak cerita.... lo mau ga cerita sama gw?"tanya Anas

"Iya gw bakal cerita tapi nanti bareng sama atha, gw t ta takut nas."jawabnya dengan segukan.

"Iya iya, yaudah sekarang lo tenang dulu. Jangan cerita pas keadaan lo masih kayak gini, ok".

Vera yang mendengar sautan dari Anas hanya bisa mengangguk, karena yang ada di pikirannya hanya bagaimana menceritakan kejadian waktu itu pada Anas.

🌫️

suasana kelas yang masih begitu ramai, membuat Vera merasa tidak begitu kalut lagi dengan pikiran-pikiran buruknya. Setelah vera menenangkan diri, Anas ingin tetap mencoba untuk bertanya. Namun, sayangnya dia tidak tega melihat keadaannya yang seperti ini. ego yang dirinya miliki ia tahan karena, ia tidak ingin membuat Vera sakit hati.

Ketika Anas mencoba untuk membalikan badan untuk bangkit tiba- tiba Atha lari dari lorong sampai kelasnya, dengan nafas yang terengah-engah Anas menghampiri kedua dengan dengan wajah yang bisa dibilang tidak tertebak. Atha tidak memperdulikan bagaimana orang lain merespon dirinya yang baru saja lari dari lorong menuju kelas Vera dan Anas. Yang sekarang dirinya khawatirkan adalah bagaimana kondisi Vera yang ia dengar dari teman sekelasnya bahwa ia baru saja mengalami musibah, Atha berfikir musibah tersebut musibah biasa. Namun ketika dirinya menghampiri kedua orang tersebut seperti kejadian yang baru saja dialami oleh Vera merupakan kejadian yang membuat dirinya terganggu.






🌫️
.
.
.
















.

Halloooo cimeun semuanyaaaa,maaf banget ya aku baru upload, dan ini bener-bener slow update....karena sibuk sama hari baru ku di SMA jadi agak jarang buka handphone....dan sekalo lagi maaf karna ceritanya terlalu singkat

Semoga masih suka ya sama ceritanya,

Jangan lupa vote dan comment ya cimeun tercuayang😍😍😍

AGAVAN (H I A T U S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang