Matanya memandangi kedua tangannya sendiri. Karena merasa tidak tahan, Seungmin segera mencuci tangannya sampai bersih, padahal tidak terlihat noda apapun di tangannya. Namun pemuda itu terus mencucinya dengan sabun sampai tidak sadar jika ia membuat salah satu jarinya lecet.
Saat ini, Sungmin sadar kalau semua perbuatan kotor yang ia lakukan dengan kedua tangannya tidak akan bisa lagi dibersihkan, sekeras apapun ia berusaha.
-----
Sudah dua hari Yena mendekam di kamarnya. Sungmin yang mengatakan ke wali kelas Yena bahwa mereka harus pergi ke rumah saudara jauh karena ada urusan, jadi adiknya tidak bisa ke sekolah untuk beberapa hari. Lagipula ujian sudah selesai, tinggal menyisakan hari-hari terakhir menunggu libur tahun baru.
Yena melihat tanggalan, saat ini tanggal 1 Desember. Masih ada satu minggu lagi sebelum ibunya pulang untuk merayakan natal bersama mereka. Gadis itu jadi berpikir, apa yang akan kakaknya lakukan saat ibunya tiba nanti?
Hubungan Yena dan Sungmin sudah tidak bisa lagi kembali seperti dulu, gadis itu sendiri tahu. Rasanya seperti ada dinding yang berlubang di hati Yena kalau mengingat hal tersebut. Di satu sisi Yena ingin kembali menjadi 'adik menggemaskan'-nya Sungmin, namun di sisi lain, ia takut.
Ia mendengar suara orang menaiki anak tangga, Yena langsung tahu kalau itu kakaknya yang sedang membawakan makanan. Sungmin lalu menyodorkan makanan dalam piring tersebut dari bawah pintu Yena, dan meminta adiknya untuk makan.
"Kakak nggak capek kayak gini terus?" Tanya Yena sembari menarik piring berisi nasi goreng kimchi tersebut.
Sungmin tidak menjawab apa-apa, lalu berjalan menuju lantai bawah---masih tetap diam membisu. Mungkin ini pertama kalinya Sungmin dan Yena tidak ngobrol sama sekali selama lebih dari satu hari.
Matanya sudah sangat sembab. Ingin menangis, tapi Yena sudah lelah karena menangis dua hari berturut-turut. Bahkan ia merasa jika menangis pun tidak akan mengubah apapun.
Gadis itu menyenderkan kepalanya ke dinding, sambil memandangi nasi goreng yang sekarang tinggal setengah porsi itu. Ia ingat, dulu kakaknya bilang kalau Sungmin selalu masak dengan cinta, makanya rasanya selalu enak dan bikin Yena makan dengan lahap.
Tanpa sadar air mata menetes dari matanya, namun Yena masih terlalu capek untuk terisak.
"Kak, kenapa nasi gorengnya masih enak...?" Ucapnya lirih, "bukannya kakak membenciku?"
Yena mengusap air matanya, kali ini ia meletakkan kepalanya ke meja belajar, sesekali melirik figura yang berisikan foto dirinya, sang kakak, dan kedua orang tua mereka.