"Ikut ke Restoran, Yuk." Ajak suaminya itu berbisik
ditelinganya lembut. Suaminya ini sudah seperti limbad saja."Malas Mas," jawab Salsa pelan sambil membenarkan letak selimutnya.
"Harus ikut." Salsa menggelengkan kepala mendengar itu.
"Kalo gitu jangan tanya tadi." Suaminya itu hanya nyengir tak berdosa.
Saat sudah bersiap cukup lama, Salsa sekarang duduk di kursi samping kemudi suaminya. Hening, yaa tak akan ada yang mencairkan suasana kalau dia diam. Karenya suaminya ini terlalu malas membuka mulut.
Salsa menoleh saat Raky menggenggam tangannya kuat. Salsa tersenyum manis melihat itu.
"Mas tau gak sih kalo kemarin Mama dateng ke rumah?" Raky menatap Salsa tak suka mendengar itu.
"Gak ... Mereka gak jahat kok," ujar mawar melintasi pikiran suaminya.
"Mas gak boleh jahat hitu sama Mama yaa. Bagaimanapun dia Mamanya Mas. Susah dia buat dapatin Mas tuh." Raky mencibir mendengar itu.
"Gak susah sekali coblos jadi." Salsa ingin tertawa mendengar itu. Yaa Raky memang anak haram di keluarga mereka, karena itulah dia selalu diabaikan dan tak pernah dianggap. Ditelantarkan saat SMA hingga pria ini menjadi seorang brandalan dan menjadi preman.
Baru saat mereka bertemu perlahan Raky berubah dan saat Raky menjadi pria sesukses sekarang barulah Raky menjadi anak rumah itu lagi. Betapa tidak adilnya kehidupan ini.
Salsa tersentak dari lamunannya saat Raky sudah menarik tangannya lagi. Dan saat Salsa menoleh ke arah suaminya dia sadar kalau mereka sudah sampai.
Saat Salsa memasuki Restoran dia bisa melihat Andira disana sepertinya tengah menunggu seseorang. Salsa sontak mebgerutkan kening heran. Tak biasanya.
"Dira?" Andira menoleh dengan cepat lalu tersenyum gugup ke arah kakaknya dia segera memasukan map berlogo rumah sakit ke tasnya.
"Kok kamu kesini?" Andira menatap Salsa dengan mata gugup yang dia sembunyikan dengan keras.
"Itu ... Dira janjian ketemu sama pasien di sini." Salsa makin mengerutkan kening mendengar itu.
"Kok?"
"Pasiennya trauma sama rumah sakit Kak." Salsa menganggukan kepala mencoba mengerti walau otaknya merasa ini janggal.
"Oh iya Senin ini jangan lupa datang ke klinik Dira kak." Salsa menganggukan kepala.
"Ok Dira pergi dulu. Kayaknya pasien Dira batalin janji." Salsa makin mengerutkan kening melihat kelakuan adiknya ini.
"Aneh ya kan Mas?" Raky mengangguk asal. Yaa tidak aneh bagi Raky karena adiknya itu memang akan kesini menemuinya untuk melaporkan kesehatan kakaknya.
"Pak mau saya bawakan sesuatu?" Raky menggelengkan kepala menjawab pelayan itu lalu segera menarik tangan Salsa ke ruangannya.
"Nah mau apa ini kesini?" Raky tersenyum saja lalu menarik Salsa agar duduk di pangkuannya sedangkan dia duduk di kursi kerjanya.
"Yakin sanggup kerja kalo gini?" Goda Salsa dengan suara pelan. Raky kembali tersenyum lalu mencium bibir istrinya sekilas sebelum dia melanjutkan kerjanya.
Salsa meringkuk dipangkuan suaminya itu. Tangannya Ia lingkarkan ke pinggang suaminya erat.
"Salsa bahagia banget punya Mas," ujar Salsa tiba-tiba membuat Raky menghentikan kegiata mengechek laporannya.
"Aku juga bahagia," ujar Raky berbisik pelan hingga hampir tak terdengar. Salsa tersenyum lalu makin mengeratkan pelukannya.
Yaa dia bahagia memiliki suami seperti Raky yang tidak menyalahkannya karena lama tak punya anak. Ada banyak kasus orang akan menceraikan istrinya ditahun kedua karena tidak memiliki anak.
"Semoga hadiah di ulang tahun pernikahan kita nanti baby yaa Mas." Raky menghentikan kegiatannya memeluk Salsa erat lalu membawa istrinya itu ke kamar yang ada disana.
"Jangan sedih." Salsa tersenyum manis mendengar itu.
"Kakak kapan sih mau ngomong banyak." Raky menggelengkan kepala membuat Salsa tertawa lagi.
"Sekarang coba kakak bilang, Jangan sedih yaa kita pasti punya anak tepat di ulangtahun pernikahan." Raky menggelangkan kepala membamuat Salsa tertawa sambil mencium pipi suaminya itu gemas.
Raky membalas ciuman Salsa bukan di pipi melainkan dibibir. Diciumnya bibir itu ganas membuat Salsa tersenyum disela ciuman mereka.
~••~
Saat siangnya Salsa turun dari ruangan dengan Raky untuk sarapan lagi-lagi dia menemukan Mama dan Adik tiri Raky sedang makan siang disana. Dengan menghela napas Salsa dan Raky berjalan ke arah mereka.
"Wah pantes kata pelayan kamu lagi gak bisa diganggu." Raky diam saja sedangkan Salsa tersenyum tak enak apalagi saat mata Ibu mertuanya itu memperhatikan lehernya intens. Memang banyak sekali tanda dileher itu.
"Kamu mau makan apa, Mas?" Tanya Salsa saat pelayan itu datang ke pada mereka. Raky menggelengkan kepala membuat Salsa menganggukan kepala mengerti. Lalu Salsa memesan makanan acak.
Sambil menunggu makanan itu datang Salsa kembali diam tak mengerti mau berbuat apa atau apa yang harus dia bicarakan pada ibu dan adik suaminya ini.
Suasana jadi canggung apalagi Raky tak ada inisiatif mau bicara."Udah beli jamu baru?" Salsa memejamkan mata saat topik ini lagi-lagi di angkat ke permukaan.
"Belum, Ma," jawab Salsa pelan.
"Kok belum sih. Buru beli kemarin kan mama udah saranin tempatnya. Kamu ini niat sembuh apa enggak." Omel Ibu mertuanya khas.
"Kenapa Mama peduli?!" Salsa dan yang lain tersentak saat suara dingin tajam menusuk itu keluar dari mulut suaminya.
"Memangnya kenapa kalau Istri Raky belum hamil?! Raky gak masalah sedikitpun. Malah Raky suka jadi gak ada yang ganggu kalo Raky mau mesra-mesraan sama dia." Salsa tertegun menatap suaminya tak percaya. Hebat! Suaminya berbicara hampir satu paragraf.
"Kamu buka mulut sesekali udah durhaka ya!" Bentak Mamanya membuat orang-orang menatap mereka.
"Udah Mas...," Bisik Salsa menenangkan.
"Jelas dong Mama peduli! Kamu itu anak Mama kalau dia gak ada anak siapa yang mau ngelanjutin garis keturunan kamu. Kecuali kamu mau nikah lagi!"
Dugh!
Salsa terpekik kaget saat meja kayu yang ada di depannya sudah terbelah menjadi dua, piring dan gelas yang ada di meja otomatis menyentuh lantai menyebabkan bunyi rusuh.Dalam keterkejutannya Salsa menatap Raky yang kini matanya sudah memerah dengan tangan bergetar. Mata itu menatap Ibu dan Kakaknya seakan ingin membunuh mereka cepat.
"Ma ... Mas," panggil Salsa dengan suara bergetar membuat Raky menoleh ke arahnya dan kemarahannya perlahan mereda. Dengan mata menyala marah Raky menarik Salsa pergi dari sana.
Salsa masih bergetar saat Raky menariknya ke ruangannya lagi.
"Maaf," bisik Raky lalu memeluk istrinya itu erat. Salsa perlahan merasa tenang saat merasakan kenyamanan dalam pelukan suaminya ini.
"Ja ... Jangan gitu lagi Mas. Salsa takut." Raky menganggukan kepala pelan.
"Kam ... Kamu jangan takut yaa. Aku ... Aku gak akan nikah lagi." Bisik Raky pelan membuat Salsa tersenyum manis.
"Salsa percaya kalo Mas gak akan nikah lagi," ujar Salsa dengan senyum manis.
Yaa dia percaya itu tanpa keraguan karena jangankan menikah lagi melirik wanita lain saja Raky hampir tak pernah. Apalagi kalau berbicara. Mana ada pernikahan kalau berbicara saja dia malas. Dan alasan kenapa mereka bisa menikah juga sangat luar biasa tak terduga.
~~•••~~
Makasih buat yang udah baca💜😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Bayiku (Lengkap)
Romance"Ibu belum Hamil," kata-kata itu mampir ditelinga Salsa yang sudah menikah hampir dua tahunan. Tak bisa punya anak adalah suatu kegagalan untuk wanita begitupun yang dirasakan oleh Salsa. Belum lagi tekanan keluarga dan masyarakat makin membuatn...