Kenyataanya

43.6K 1.7K 14
                                    

Sama seperti sebelum-sebelumnya Salsa akan malas kemana-mana saat mendengar hasil pemeriksaaanya kemarin.

Salsa merasakan kasurnya melesak. Saat menoleh dia melihat suaminya yang kini tengah memakai baju kameja menatapnya dalam.

Salsa tersenyum manis membelai pipi tegas itu pelan.

"Kenapa?" Tanya Salsa pelan. Raky hanya menatap ke pintu lalu menatap Salsa lagi.

"Mas berangkat kerja aja yaa nanti aku makan kok." Pria itu menggelengkan kepala tak setuju. Salsa kembali tersenyum lalu merentangan tangannya. Dengan tangan satu pria itu menggendongnya cepat.

"Kakak mau periksa ke restoran yang mana hari ini?" Suaminya itu diam sejenak.

"Bandung." Salsa menganggukan kepala karena itu.

"Aku ke rumah Mama aja ya Nanti." Lagi-lagi hanya dibalas dengan anggukan kepala. Salsa sontak mencium pipi suaminya ini gemas.

"Sesekali balas pake kata iya dong sayang," ucap Salsa gemas. Suaminya itu hanya tersenyum manis.

Banyak yang bertanya apakah susah memiliki suami kelewat pendiam begini? Jawabannya tentu saja iya. Tapi cinta pria itu yang begitu besar mengalahkan segalanya.

~~•••~~

"Ngapain ke sini?" Tanya Alika saat melihat Salsa sudah didepannya.

"Ngapa?! Gak suka lo?" Adiknya itu mencebikan mulutnya mengejek.

"Ish jelek banget lho Dek. Cepat-cepat nikah deh nnati jadi cantik kaya Gua."

"Gak ada hubungannya Bu," balas Alika gemas.

"Ada lah nanti dapat cream yang paling bagus di dunia."

"Hah gak guna. Cream gua cream mahal nomor satu juga tetap gini kok." Salsa tersenyum manis.

"Bagisan cream gue lah. Dari tubuh manusia seganteng suami gua." Alika menyernyitkan keningnya heran hah. Saat sadar dia segera melempar bantal ke arah kakak yang hanya berjaran dua tahun darinya itu..

"Anj...!! Pergi gak lho! Mentang-mentang udah nikah." Salsa tertawa saja melihat kekesalan adiknya itu. Dia berjalan ke arah Andira yang juga pendiam malah terkesan dingin.

"Dek lho gak ke Rumah Sakit?" Andira menggelengkan kepala saja.

"Lah ngapa?" Adiknya itu diam saja tak mau menjawab lalu menatap kakaknya dengan mata turun.
  Ah artinya dia lelah.

Salsa tersenyum menatap Andira yang sama pendiamnya dengan suaminya.

"Lho tuh sama kaya kakak ipar lho tau gak. Untung yang nikah sama Mas Raky aku kalo lo pasti rumah angker banget." Tawa Salsa dan Alike menggema di ruangan.

"Dia udah mau nikah sama Pasha kak," celetuk Alika sambil tertawa.

"Lah seriusan?! Saudaraan sama Nalu dong." Andira pergi dari ruang keluarga ke kamarnya.

"Seriusan deh! Mama makan apa pas ngandung kalian. Kok sifatnya bertolak belakang gitu." Alika tertawa keras mendengar itu.

" Btw Suami lho mana?"

"Ke bandung dia." Salsa duduk di dekat adiknya lalu menempatkan kepala dipangkuan adiknya lembut.

Dengan segera Alika mengelus kepala kakaknya. Lalu menciumnya sekilas.

"Negatif lagi?" Tanya adiknya itu lembut. Salsa diam saja membenarkan.

"Gak papa kak. Santai aja sih nikmatin aja dulu. Kalo udah punya anak nanti susah tau dapat cream yang lho bilang tadi." Salsa terkekeh pelan.

"Kadang kakak pengen bayi tabung lho Dek."

"Lah terus? Kenapa enggak? Gak punya duit?" Salsa memukul paha adiknya pelan.

"Enggak lah. Kakak ipar lho gak mau."

"Lah dia masih mau nikmatin masa-masa hidup berdua sama lho tuh. Udahlah nikmatin aja dulu gak usah dipikirin." Salsa hanya menganggukan kepala pelan lalu memjamkan matanya hendak tidur.

Andira yang turun dari kamarnya hendak mengambil air minum menatap kakaknya sedih. Perlahan dia mengusap air matanya yang jatuh lalu pergi dari sana cepat.

Kenyataannya Salsa memang tidak akan hamil karena Andira selalu menyuntikan obat pencegah kehamilan pada kakaknya itu setiap tiga bulan sekali.

Rahim salsa mengalami kerusakan karena kecelakaannya waktu dia remaja. Karena itu akan sangat beresiko kalau kakaknya itu sampai hamil.

Hanya Andira dan Raky yang tahu masalah ini. Mereka menyimpan luka itu sendirian dan terus membohongi kakaknya selama dua tahun ini.

~~••~~

Demi Bayiku (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang