Komentar mertuaku

34.5K 1.4K 10
                                    

"Sama seperti beberapa tahun yang lalu Kak. Kak salsa masih harus suntik KB. Dia belum bisa hamil untuk saat ini. Rahimnya masih rusak." Raky terdiam mendengar itu jantungnya sakit seketika.

"Kapan?" Tanya Raky singkat ke adik iparnya itu pelan.

"Dira juga lagi usahain yang terbaik Kak. Tapi Dira juga gak bisa janji dalam waktu dekat ini." Raky hanya menganggukan kepala pelan lalu keluar dari ruangan itu dengan lesuh.

Raky kembali ke rumah. Saat di rumah dia melihat istrinya itu sedang memasak makanan dengan senyum indahnya.

"Nyonya, Tuan...," Salsa menoleh ke suaminya dengan senyum manisnya lalu berjalan pelan ke suaminya. Memeluknya erat. Raky membalas pelukan itu tak kalah erat.

"Kok pulang cepat?" Raky kembali memeluk Salsa erat lalu membenamkan wajahnya ke leher Salsa.

"Ohh kangen banget yaa." Raky menganggukan kepala pelan.

"Yuk kita ke kamar." Pria itu terkekeh pelan lalu dengan cepat menggendong istrinya ke arah kamar.

"Nah jadi ... Raky mau apa?" Salsa bertanya sambil melepas bajunya perlahan.

"Jawab sayang ..., Raky mau apa?" Dengan cepat Raky menindih tubuh istrinya cepat menciumnya dengan brigas.

"Mas kok bisa sekuat ini sih!" Ucap Salsa lemah setelah hampir tiga jam dia berteriak keras karena suaminya ini.

"Cinta kamu." Salsa seketika tertawa keras mendengar itu.

"Kaknya Mas susah banget buat ngomong ya?" Suaminya itu menganggukan kepala. Salsa kembali tertawa renyah lalu dengan pelan dia kembali memeluk suaminya erat.

"Nanti kalo udah punya baby gak boleh gitu dong. Nanti anak kita ngiranya Mas gak sayang sama dia lho." Seketika Raky terdiam. Dia makin memeluk istrinya erat.

Membiarkan Salsa Hamil sama saja dengan membiarkan salsa pergi dari hidupnya dan Raky tak akan pernah rela itu terjadi. Dia lebih memilih hidup bersama istrinya ini selamanya tanpa seorang anak daripada harus kehilangan istrinya ini.

"Gak papa kalo kita gak punya anak," bisik Raky pelan. Salsa tersenyum mendengar itu lalu memeluk suaminya itu erat. Sejak dulu Salsa selalu berpikir kalau itu kata-kata kosong untuk menenangkannya.

"Kita pasti punya anak kok Mas. Salsa yakin." Raky menggelengkan kepalanya pelan lalu perlahan membenamkan kepalanya di lekuk leher istrinya.

~~••~~

"Coba minum jamu yang beda merk." Salsa menganggukan kepala asal mendengar saran Ibu Raky yang terkesan jutek ini.

"Alah gak ngaruh, Ma. Kak Salsa minum jamu ratusan bungkus juga tetap gak bisa hamil," ujar adik Raky. Salsa terdiam dengan kepala tertunduk mendengar itu.

"Lagian kok bisa sih kamu lama banget hamilnya. Udah 2 tahun lho. Temen mama udah punya cucu semua. Mama kadang malu kalo mereka mulai bahas cucu pasti Mama yang terkucil." Salsa makin menundukan kepalanya dalam, ini makin melukai hatinya saja.

"Mandul kali," celetuk adik Raky membuat air mata Salsa jatuh seketika.

"Eng ... Enggak kok, Ma, Dek. Kakak sehat."

"Ya kalo sehat buktiin dong. Masa iya anakku yang mandul. Gak mungkin!" Salsa menundukan kepalanya lemah. Mungkin benar ini ada masalah di dia.

Saat mama mertua dan adik iparnya itu pulang Salsa dengan cepat mengendarai mobilnya ke klinik adiknya.

"Donter Andira...?"

"Beliau masih ada pasien yang harus di operasi Bu, silahkan menunggu dahulu. Apa ibu sudah membuat janji?" Salsa menggelengkan kepalanya.

"Saya Kakaknya." Perawat itu menganggukan kepala lalu pergi.
Setelah sejam menunggu Salsa bisa melihat adiknya itu datang.

"Kakak?" Salsa tersenyum manis lalu menarik adiknya masuk dengan cepat.

"Kenapa?"

"Kakak mau periksa sekali lagi?" Andira terdiam mendengar itu. Badannya seketika bergetar.

"Ehm! Ke ... Kenapa?"

"Kakak pengen benar-benar mastiin, Dek. Kali ini kakak mau diperiksa keseluruhan. Gak sama kamu deh kamu saranin aja Rumah Sakit yang ahli banget dimasalah ini." Andira menggengam tangannya yang terasa dingin.

"Kak ... Kakak itu sehat da...,"

"Enggak dek! Kakak gak sehat! Mana ada wanita sehat gak hamil-hamil gini!" Andira memejamkan matanya sebentar lalu menggengam tangan kakaknya itu menguatkan.

"Emang belum waktunya kak. Jangan gitu. Dira yakin suatu saat nanti Dira akan jadi dokter untuk persalinan kakak." Mata Andira berkaca-kaca menatap kakak tertuanya ini. Salsa menangis keras di ruangan adiknya ini.

"Mama mertua kakak...,"

"Jangan dengerin! Mereka cuman bisa komentar." Salsa menggelengkan kepalanya kuat.

"Kamu gak tau Dek. Kakak beneran merasa sebagai wanita yang gak berguna di Dunia ini. Kakak merasa kaya sampah." Andira menggelengkan kepalanya kuat lalu memeluk kakaknya erat.

"Andira janji. Andira akan lakukan yang terbaik untuk kehamilan kakak. Andira janji sama Kakak. Kakak percaya sama Andira kan?" Salsa menganggukan kepalanya pelan dengan napas tersengal.

~~•••~~

Salsa kembali ke rumah dengan tubuh lemas. Ini benar-benar menekan jiwanya.

"Nyonya Baik-baik saja?" Andira hanya mengangguk pelan menanggapi hal itu. Dengan cepat Andira pergi ke kamarnya dan bergelung di bawah selimut kembali menangis.

Hanya wanita yang pernah merasakannya yang mengerti perasaannya kini. Hanya berapa persen wanita yang tidak bisaa menjadi Ibu di Dunia ini. Dan Salsa, dia tidak mau masuk ke dalam jumlah yang sedikit itu.

Demi Bayiku (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang