Jangan mencari-cari bahan sindiran dengan alasan karena tidak punya tempat untuk bersandar.
Azmir Ar Rafif Abdul Hamid
Ini sudah ketiga kalinya ketika aku bangun disepertiga malam, kulihat istriku tertidur dalam posisi duduk. Tubuhnya bertumpu pada sebuah meja kecil yang di atasnya berada sebuah laptop di mana dia sedang menyelesaikan skripsinya.
Aku tahu, sejak menikah, memang Zee lebih fokus menjalankan kuliahnya. Bahkan dia mempercepat kuliahnya dengan memborong banyak matakuliah agar bisa langsung mengerjakan skripsi sesuai target.
Dan lihatlah sekarang. Setelah hampir 2 tahun kami menikah, dia kini sedang berjuang menyelesaikan skripsi. Apalagi target yang Zee buat untuk dia wisuda adalah akhir tahun ini. Sedangkan sidang gelombang pertama akan dilaksanakan pada bulan agustus nanti.
Kurang lebih ada waktu satu bulan dia menyelesaikan skripsi sebelum masuk masa sidang.
Namun yang menjadi pertanyaan, apakah dia mampu? Karena jika aku boleh mengintip skripsi yang dia buat, sejujurnya masih sangat jauh dari hasil akhir.
Memiliki jurusan yang sama dengannya, membuatku tahu tahapan-tahapan yang harus Zee lakukan. Apalagi sebagai mahasiswa ekonomi, sebelum melaksanakan skripsi, mahasiswa ekonomi harus paham betul mengenai metodologi penelitian. Bahkan seharusnya mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi harus terjun langsung ke dalam perusahaan.
Akan tetapi lihatlah Zee kini, dia benar-benar menganggap semuanya mudah. Memangnya dia bisa membuat skripsi dengan sejumlah data yang hanya muncul dari langit?
Ya, dia memang bisa membuat skripsi dengan cara seperti itu. Namun aku tidak yakin dia akan lolos dari pertanyaan-pertanyaan dosen penguji ketika sidang nanti. Karena bisa dipastikan dia akan kesulitan menjawab atau memberikan contoh konkritnya. Sedangkan dia saja memiliki data yang datangnya dari menghitung kancing.
Sebelumnya aku pernah menegurnya. Aku bahkan meminta dia untuk membuat skripsi dari perusahaan ayah. Tapi yang ada sebuah senyuman dia berikan sebagai jawaban. Katanya aku tidak perlu khawatir atas apa yang dia lakukan. Karena yang paling tahu kondisinya hanya dia sendiri. Walaupun kini aku suaminya, seakan dia memang lebih hebat dari aku. Dan untuk masalah skripsi ini dia benar-benar tidak mau menerima bantuanku. Namun melihat kondisinya kini, terlihat sekali dia memang membutuhkan bantuan.
Karena aku tidak punya pilihan lain, akhirnya aku membopongnya. Membawanya ke atas ranjang, kemudian menyelimutinya agar dia tetap hangat disuhu pendingin ruangan dibawah 20 derajat.
Sejenak kuperhatikan dia yang sedikit bergerak, mencari posisi nyaman setelah kubaringkan, lalu wajahnya kembali tenang seperti dia mulai terlelap dalam alam mimpinya.
Cantik. Ya, istriku ini memang benar-benar sangat cantik. Walau selama hampir dua tahun kami menikah, dan semua itu bukanlah hal yang mudah, namun harus aku akui dia memang sangat menyebalkan ketika dirinya mulai banyak bicara. Aku rasanya ingin segera menyumpal mulutnya dengan makanan, atau dengan sesuatu hal yang bisa meredam kebawelan yang dia miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZE
General FictionBEBERAPA PART DI UNPUBLISH KARENA SUDAH TAMAT Harapan itu akan berwujud nyata saat kata sabar berubah jadi doa yang selalu diaminkan. 15 Tahun bukan waktu yang mudah. Tapi dalam 15 tahun itu kita belajar bila apa yang diinginkan tidak selamanya lan...