Bab 3

6.4K 769 19
                                    

Jangan lupa tekan bintang dulu :)

--

Besoknya...

"Jennie, dimana file yang aku letakkan di sini?"

"Jennie, ingatkan aku untuk bertemu Direktur Do pukul 12."

"Jennie, antarkan ini ke ruangan staf pemasaran!"

"Jennie, berikan file ini pada sekretaris divisi keuangan, ruangannya ada di sebelah kiri sebaik kau keluar dari pintu lift di lantai 5."

"Jennie, apa kau melihat flashdisk yang kuletakkan di meja?"

"Jennie, cepat duduk di meja kerjamu dan periksa file yang aku kirim ke surel-mu."

"Ya, Jennie Kim! Kenapa kau hanya duduk di sana dan memandangi laptop terus? Cepat bantu aku merapikan berapa berkas di sini!"

Jennie menghela nafasnya kasar di balik laptopnya. Ini baru pukul 10.30 dan emosinya sudah benar-benar memuncak mendengar Sehun yang terus menerus meneriakinya, memberi berbagai macam pekerjaan, menyuruhnya ini dan itu padahal pekerjaannya sebelumnya bahkan belum selesai.

Entah sudah berapa kali kakinya bolak-balik menginjak lantai yang sama dalam beberapa jam ini, keluar masuk ruangan Sehun seolah tanpa henti melaporkan bahwa pekerjaannya sudah selesai, dan mendapat tugas baru.

Dengan dongkol tangannya membuka pintu berwarna hitam itu. Netranya menatap kesal pada Sehun yang tampak sibuk dengan file yang begitu banyak di depannya.

"Pekerjaanku yang sebelumnya bahkan belum selesai, sajjangnim. Apa kau pikir aku kuli?!" ujarnya kesal bukan main. Serius, dia kehabisan kesabarannya bahkan hanya dalam waktu kurang dari 24 jam menjadi sekretaris Sehun. Sangking kesalnya, ia bahkan tidak menggunakan saya-anda lagi kepada bosnya itu.

Untuk sesaat Sehun tampak tercengang lalu tersenyum kecil. "Kemari!" perintahnya dengan nada biasa seolah tidak mengindahkan kekesalan Jennie.

Dengan mendengus pelan, Jennie melangkah mendekat di depan meja bosnya itu. "Surelnya belum kuperiksa keseluruhan dan sekarang sudah diberi pekerjaan baru. Ya! Apa kau pikir aku ini punya tangan sebanyak 15?! Kau benar-benar bos sialan!" ujarnya sangat tidak sopan. Masa bodoh jika dia kehilangan pekerjaannya setelah ini.

Sehun menatapnya cukup lama sebelum memilih meletakkan kertas yang sedari tadi ia amati. Kini tangannya ia satukan lalu maniknya menatap Jennie lekat. "Mulutmu kurang ajar sekali berani sekali mengatakannya secara langsung. Gwenchana, kau kumaafkan," ujarnya ringan tanpa sakit hati.

Mata Jennie membulat total lantaran kaget. "Ne?"

Sehun tersenyum tipis. "Surel bisa kau periksa kapan saja. Itu hanya daftar kegiatanku selama beberapa minggu ini. Tapi ini-" Tangannya menunjuk tumpukan kertas di atas meja. "-Harus segera disusun karena pertemuanku dengan direktur Do jam 12 nanti membutuhkan semua ini."

"Dia tidak menjelaskan ucapannya sebelumnya," gumam Jennie seraya mengulum bibirnya. Meski masih sedikit kesal, ia perlahan membantu bosnya itu menyusun file di depan mereka.

"Pisahkan jika kau menemukan print-an excell," ujar Sehun yang diangguki paham oleh Jennie. Sehun tersenyum kecil melihat Jennie dengan wajah dongkolnya senantiasa menatap serius kertas-kertas itu. "Tersenyumlah sedikit, kasihan pada tekanan darahmu yang pasti naik jika kau emosi seperti itu," ujarnya sebelum kembali fokus pada kertas di tangannya.

Ucapannya lantas mengundang tatapan Jennie tertuju padanya. "Irokhe?" (Seperti ini?) tanyanya seraya menampilkan senyum palsu lebar ke arah Sehun. "Aku senang sekali mendapat pekerjaan super banyak dari bosku!" ujarnya sarkas. Sebelum Sehun berkomentar dia segera memasang tampang datar kemudian mendengus. "Menyebalkan," gerutunya pelan.

Sehun tidak tahan untuk tidak tertawa. "Ya! Bisa kau tunjukkan lagi wajah konyolmu itu?" ujarnya geli.

"Tidak ada yang lucu! Berhentilah tertawa!" ujar Jennie menatapnya kesal lalu membuang pandangannya kembali pada kertas-kertas.

Sehun pun perlahan menghentikan tawanya meski matanya tetap memandang Jennie. "Kau sekretaris pertama yang berani memakiku di depan wajahku langsung," ujarnya jujur.

Ucapannya membuat Jennie kembali menatapnya.

"Sekretarisku yang sebelumnya akan tetap bersikap seperti profesional dan tersenyum kepadaku. Namun dibelakangku dia menceritaiku dan mengataiku dengan sesukanya. Saat tidak tahan, dia akan menyebarkan berita palsu tentangku bahkan sampai membeberkan rahasiaku pada musuh perusahaan."

Jennie tidak mengerti kenapa ada orang-orang setega itu pada Sehun. Memang pantas untuk diakui bahwa Sehun menyebalkan dan cerewet, tapi bukan seperti itu caranya meluapkan kekesalan. "Sekretarismu sebelum-sebelumnya benar-benar pengkhianat," komentar Jennie.

Sehun menatapnya lalu terkekeh pelan. "Itulah alasannya kenapa aku tidak memiliki sekretaris yang bertahan lama." Ucapannya terdengar santai, namun Jennie bisa merasakan ada sedikit kekecewaan dibalik sorot matanya.

"Aku tidak akan melakukannya. Santai saja," ujar Jennie membuat manik Sehun menatapnya intens. "Meskipun kau mengesalkan, kupikir dengan mengataimu tepat di depan wajahmu lebih memuaskan kekesalan dibanding menghancurkanmu dengan menjadi pengkhianat."

"Ya, apa kau pikir kau akan tetap di sini jika berlaku tidak sopan padaku terus-terusan seperti ini?" tanya Sehun.

Jennie mengangkat bahunya. "Tidak tahu. Kalaupun kau mengusirku, setidaknya aku sudah sempat menyampaikan kekesalanku secara langsung bukan?"

"Kau tampak nyaman tanpa ucapan saya-anda seperti sebelumnya," komentar Sehun yang baru menyadari hal itu. "Apa kau masih kesal padaku?"

"Ah-itu..."

"Gwenchana, lagipula aku tidak suka kau terlalu formal," potong Sehun dengan senyum tipis. "Aku minta maaf jika aku mengesalkan dan cerewet. Kini kau mengetahuinya, kuharap kau bisa membiasakan diri. Tapi jika ingin menyerah, aku tidak akan menghalangimu," ujarnya lagi.

Untuk beberapa saat Jennie hanya mampu memandangnya tanpa mengeluarkan suara.

Sehun menghela nafasnya laku tersenyum. "Ayo segera selesaikan ini agar kita tidak terlambat untuk pertemuan dengan direktur Do."

"Kita?" ulang Jennie.

Sehun menatapnya lalu mengangguk. "Iya, kita. Kau dan aku, berdua."







---tbc

Masih setia nunggu apdetan aku? Hehe, tekan bintang kuy sebelum out↙️

My Fussy CEO | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang