Bab 9

3.8K 544 11
                                    

Tekan bintang sebelum membaca ya^^

Happy Reading

🌸🌸

Jennie menumpukan wajahnya pada meja kerjanya. Dia baru saja selesai mengatur ulang jadwal Sehun selama sebulan ke depan.

Itu cukup melelahkan dan juga membosankan karena ia harus melihat buku catatan, menatap laptopnya, kemudian mengetik lalu melihat catatan lagi, layar laptop, lalu mengetik lagi—begitu terus berulang-ulang.

Ponselnya tiba-tiba bergetar menandakan ada pesan yang masuk.

Unknown
: Jen, ini aku Lisa. Simpan nomorku ya^^

Jennie tersenyum kecil kemudian menyimpan nomor tersebut dengan nama 'Lisa✨'.

Ponselnya kembali bergetar dan ternyata pesan baru dari Lisa.

Lisa
: Jen, aku mungkin pulang agak sedikit telat karena mengurus buku tamu yang baru. Kupikir kita bisa pulang bersama di lain waktu. Tapi jika kau ingin menunggu, aku tidak keberatan sama sekali, hehe✌

Jennie tertawa pelan, Lisa begitu apa adanya dan sangat nyaman untuk menjadi temannya. Sosok Lisa mengingatkannya pada sahabatnya sejak kecil, Chaeyoung—biasa dipanggil Rose oleh orang banyak.

Jennie jadi rindu wanita itu. Jika akan bertemu, mungkin Jennie akan mengajak Lisa sekalian agar Rose dan Lisa bisa bersahabat juga. Setelah menghela nafas pelan, Jennie akhirnya membalas pesan untuk gadis Thailand itu.

To : Lisa
: Aku akan menunggumu Lisa-ya. Aku juga tidak berniat pulang terlalu cepat, ada beberapa hal yang perlu aku kerjakan juga.

Lalu pesannya segera dibalas oleh Lisa.

Lisa✨
: Kalau begitu aku akan menghubungimu nanti.

Tiba-tiba pintu penghubung ruangannya dan Sehun terbuka dan menampilkan sosok bosnya itu. "Jen, kemari sebentar, aku butuh bantuanmu."

Jennie mengangguk lalu mematikan laptopnya sebelum bangkit berdiri dan berjalan menuju ruangan bosnya itu.

"Anda perlu apa, sajjangnim?" tanya Jennie begitu dirinya masuk ke dalam ruangan itu.

"Aku harus menyusun beberapa laporan untuk meeting penting dengan CY Inc. Apa kau keberatan untuk membantuku dan pulang sedikit telat?" tanya Sehun tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas di depannya.

Jennie menggeleng. "Aku kebetulan juga akan pulang sedikit telat untuk menunggui seseorang. Kupikir selama menunggunya aku bisa membantu, sajjangnim."

Sehun menatapnya lalu menganggukkan kepalanya sekilas. "Duduklah," ujarnya seraya menunjuk sofa di depannya dengan dagunya. Jennie lantas mengangguk dan mendudukkan dirinya di hadapan bosnya itu.

Kemudian Sehun mulai sibuk dengan kertas di depannya—membacanya untuk Jennie yang membantunya mengetikkan di power point.

Menit demi menit berlalu hingga tidak terasa sudah pukul sembilan—tiga jam yang lalu seharusnya sudah jam pulang. Pekerjaan mereka baru saja selesai beberapa menit yang lalu, dan kini keduanya sibuk meregangkan badan yang terasa ngilu duduk dalam posisi yang sama selama berjam-jam.

Sehun menyadari bahwa sekretarisnya itu tampak kelelahan, jadi dia memilih untuk menawarkan diri mengambil minuman. "Aku akan membawa minuman untuk kita berdua. Duduk dan beristirahatlah sejenak sebelum kau pulang. Tubuhmu mungkin sangat kelelahan karena belum terbiasa," ujar Sehun seraya bangkit dari duduknya.

Seperginya pria itu, Jennie memejamkan matanya sejenak. Lelah dan jenuhnya mengerjakan jadwal Sehun bahkan belum hilang dan dia sudah kembali kelelahan. Dia pikir sepulang nanti dia akan segera mandi air hangat lalu membaringkan tubuh lelahnya ini.

Sehun kembali dengan dua paperglass berisikan minuman kesukaan Jennie—Ice Caramel dengan float di atasnya. Namun saat dia baru mendudukkan dirinya, dia sedikit kaget mendapati Jennie yang tampak tertidur.

"Apa aku terlalu lama?" tanyanya pada dirinya sendiri. Kemudian dia meletakkan dua minuman itu di meja yang menjadi penghalang antara sofa yang ia duduki dengan yang Jennie duduki.

Sejenak Sehun hanya diam dan menatap Jennie sambil meminum minumannya. Jennie pasti sangat kelelahan, belum lagi Sehun berkali-kali memerintah wanita itu. Perlahan, Sehun datang mendekat ke arah gadis itu dan menatap wajah pulas wanita itu dengan jarak yang dekat.

Tanpa sadar tangan Sehun bergerak mengelus wajah Jennie dan menyelipkan anak rambut wanita itu ke balik telinganya. "Yeppo" (Cantik) gumamnya dengan seulas senyum.

Tiba-tiba ponsel Jennie yang ada di meja bergetar, membuat Sehun segera menatap layar yang menampilkan panggilan masuk dari  Lisa.  Tak ingin wanita itu terbangun, Sehun lantas segera mengangkat panggilan itu.

"Jen? Apa kau masih menungguku? Aku baru saja selesai. Apa kau sudah selesai dengan tugasmu? Kita jadi pulang bersama kan?" tanya wanita Thailand itu bertubi-tubi.

"Ini aku Sehun," ujar Sehun. Tanpa ia tahu, Lisa membeku di tempatnya begitu mendengarnya.

"Ah-mianhabnida, sajjangnim. Saya pikir-"

"Gwenchana," potong Sehun. Matanya menatap wajah pulas Jennie sebelum akhirnya mengalihkannya pada tembok ruangannya. "Apa kau bisa pulang sendiri?" tanyanya.

"Ne?"

Sehun kembali menatap Jennie cukup lama sebelum berucap, "Aku akan mengantar Jennie pulang, jadi apa kau tidak keberatan untuk pulang sendiri?"

Sehun dapat mendengar keheningan cukup lama sebelum akhirnya Lisa menjawab. "Tidak masalah, sajjangnim. Kalau begitu katakan padanya aku sudah pulang duluan."

Sehun mengangguk meski Lisa tidak dapat melihatnya. "Terima kasih Lisa-ssi," ujarnya.

"Ne, sajjangnim. Aku tutup teleponnya," balas Lisa sebelum akhirnya memutuskan panggilan itu.

Sehun meletakkan kembali ponsel Jennie di atas meja lalu menatap sang pemilik yang tampak masih begitu pulas—Sehun jadi tidak tega membangunkannya.

"Jen?" panggilnya pelan. "Ayo bangun, kau perlu istirahat di rumah dengan nyaman." Jennie tampak menggeliat lalu perlahan membuka matanya. Ternyata cukup mudah untuk membangunkan wanita itu.

Ketika Jennie membuka matanya dan menatap Sehun yang juga tengah menatapnya, seketika dia membaguskan posisi duduknya. "Ah-mianhaeyo, sajjangnim. Aku tidak menyangka sama sekali akan tertid-" ucapannya terhenti ketika jari telunjuk Sehun mendarat di permukaan bibirnya.

"Tidak usah banyak bicara, aku bisa memakluminya," ujar Sehun seraya menurunkan tangannya. Ia sama sekali tidak tahu gerakan kecilnya tadi berpengaruh sangat besar pada kinerja jantung Jennie.

"Ah-Lisa! Aku-" Sehun menahan tangan Jennie yang baru saja hendak menggapai ponselnya yang berada di meja.

"Dia sudah pulang duluan. Aku yang menyuruhnya," ujar Sehun yang membuat Jennie membulatkan matanya sempurna.

"Lalu aku pulang dengan-"

"Aku akan mengantarmu. Sekarang minum ini dulu, aku sudah sempat membelikannya," potong Sehun lagi seraya menyodorkan pada Jennie minuman tadi.

"Ini-"

"Minuman kesukaanmu. Aku mengingatnya," ujar Sehun dengan seulas senyum. "Minumlah, lalu setelahnya aku akan mengantarkanmu pulang."

Sehun mengusap pelan puncak kepala Jennie sebelum akhirnya bangkit berdiri dan meninggalkan Jennie yang membatu seketika karena perlakukannya.







--tbc

Hehehe pak CEO bisa ajahh👀

Jangan lupa tekan bintangnya ya↙️💕

My Fussy CEO | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang