Bab 4

5.8K 713 16
                                    

Tekan bintangnya dulu oke? 💓

--

Jennie berdiri kaku di sebelah Sehun. Dia merasa cukup canggung mengingat ini kali pertama dia berada di posisi menjadi sekretaris seseorang.

"Sekretaris baru lagi?" tanya Do Kyungsoo memandang ke arah Jennie sesaat sebelum menatap Sehun.

Sehun tetap fokus pada beberapa kertas di tangannya. "Hm, kau bisa melihatnya sendiri, hyung."

Kyungsoo mendengus lalu memandang Jennie cukup lama. "Duduk saja, nona. Tidak ada yang melarangmu," ujarnya lembut.

"Tidak perlu isanim... Aku-"

"Sudah, duduk saja. Tidak usah menjaga image, tadi kau bahkan memakiku di depan wajahku," potong Sehun kelewat santai.

Jennie menatap Sehun kesal. Jika saja tidak ada direktur Do di depannya, ingin rasanya Jennie memukul kepala pria itu dengan keras.

"Kau melakukannya? Hebat sekali!" ujar Kyungsoo tertawa pelan. "Tidak usah malu atau ragu, aku tidak akan mengkritikmu," ujar Kyungsoo lagi. Dengan ragu Jennie pun akhirnya mendudukkan dirinya di sebelah Sehun.

"Bagaimana kalau kita makan dulu? Aku sedikit lapar," ujar Kyungsoo. Sehun mengangguk lalu menyusun kertas-kertas di depannya agar meja mereka kembali kosong.

Sehun lantas memanggil pelayan dan menyebutkan pesanannya serta pesanan Kyungsoo. "Kau ingin makan apa Jennie-ah?" tanya Sehun kini menatapnya.

"Ah-aku-"

"Maaf aku terlambat," ujar seseorang membuat perhatian ketiganya teralih.

"Siapa yang mengundangmu?" tanya Sehun.

Kyungsoo tertawa. "Aku yang mengundangnya. Kasihan sekali pria kesepian sepertinya harus menikmati makan siang sendiri," ujarnya.

Jongin mendengus mendengar penuturan temannya itu. Kemudian netranya menangkap keberadaan Jennie. Untuk sesaat dia terdiam dan menatap Jennie kagum. "Ini siapa?" tanyanya tanpa mengalihkan padangannya.

"Namanya Jennie, sekretarisku yang baru," jawab Sehun.

Jongin menatap Sehun sebentar sebelum kembali menatap Jennie. "Ah~" ujarnya seraya menganggukkan kepalanya. "Namaku Jongin, Kim Jongin. Aku temannya mereka berdua," ujarnya seraya mengulurkan tangannya.

Jennie balas mengulurkan tangannya. "Jennie, Jennie Kim," ujarnya singkat dengan senyum di bibirnya.

🌸🌸

"Kau benar-benar pandai memilih sekretaris," ujar Jongin menepuk bahu Sehun. Mereka berdua kini tengah berada di kamar mandi.

Sehun menatap pantulan bayangannya dan Jongin di cermin lalu mendengus melihat betapa Jongin begitu bersemangat setiap Sehun memiliki sekretaris baru. "Menyukainya, eoh?" tanya Sehun.

Jongin tertawa pelan. "Jantungku berdegub kencang pertama kali melihatnya. Luar biasa, apa boleh aku mendekatinya?" tanya Jongin.

Sehun lantas mendengus. "Dasar mata keranjang!" ujarnya kemudian meninggalkan pria itu di kamar mandi.

"Ya Sehun! Aku serius!" teriaknya yang tentu saja tidak didengar oleh Sehun. Lalu pria itu memandang dirinya yang ada di cermin. "Kau tampan, pasti bisa menaklukkannya," gumamnya lalu tersenyum sebelum meninggalkan tempat itu.

🌸🌸

"Apa kau membawa payung?" tanya Sehun pada Jennie. Jalanan basah yang ada di depan sana membuat Sehun seketika frustasi. "Aku membenci hujan," ujarnya pelan.

"Kurasa aku menyimpan satu di tasku. Tenang saja, kau tidak akan kehujanan, sajjangnim," jawab Jennie atas pertanyaannya. "Apa kau ingin kita segera pergi?" tanya Jennie.

Sehun menggeleng. "Tidak usah, kita sebaiknya menunggu di dalam saja," ujarnya seraya menarik Jennie kembali memasuki restoran.

Kyungsoo dan Jongin sudah pulang sebaik urusan mereka selesai. Mereka perlu mengurus beberapa hal untuk proyek kerjasama yang mereka rancangkan.

Sehun memandang hujan di luar sana dengan gelisah melalui jendela kaca di sebelah tempat duduknya dan Jennie. Jantungnya kerap kali bertalu-talu ketika dirinya harus melihat ke arah turunnya rintikan air dari langit itu.

"Apa kau baik-baik saja, sajjangnim?" tanya Jennie merasakan adanya keanehan dari bosnya itu.

Tiba-tiba tangannya digenggam erat oleh Sehun. "Tolong katakan semua akan baik-baik saja," pinta Sehun lirih.

Jenni sempat diam tak merespon sebelum akhirnya mengusap punggung tangan Sehun yang menggenggam tangan kanannya menggunakan tangan kirinya. "Semua akan baik-baik saja, sajjangnim..." ujarnya lembut. Perlahan Jennie merasakan genggaman di tangannya melonggar tanda Sehun semakin tenang.

"Kau tampak pucat. Apa kau takut hujan?" tanya Jennie menyuarakan rasa penasarannya.

"Kekasihku dulu meninggal karena kecelakaan saat hujan turun dengan deras, dan itu karena dia ingin menemuiku." Untuk beberapa saat Jennie tercekat mendengar penuturan bosnya itu. "Dia baru pulang dari luar kota dan mengatakan bahwa dia ingin menemuiku. Tapi saat perjalanan menuju kantorku, mobilnya tergelincir karena jalanan yang licin. Dia-"

"Jangan diteruskan jika itu membuatmu semakin mengingat kenangan pahit itu, sajjangnim," potong Jennie membuat Sehun menatapnya. "Itu bukan kesalahan siapapun dan juga bukan kesalahan hujan. Kau jangan menyalahkan keduanya karena itu sudah takdir Tuhan dia kecelakaan pada hari itu."

Sehun menatap Jennie kemudian menundukkan kepalanya. "Kau benar," ujarnya pelan. "Tapi tetap saja aku membenci hujan, karena hujan itu menghambat segalanya."

Alis Jennie mengerut bingung. "Kau menyimpulkan dengan sesukamu," ujarnya dengan senyum tipis. Jennie kemudia menumpukan wajahnya pada tangannya. "Coba pikirkan lagi, jika kau terlambat, bukankah artinya kau diberi waktu untuk bernafas lega? Menikmati rintikan hujan yang jatuh bisa membuatmu tenang."

Sehun memandang Jennie yang senantiasa tersenyum ke arahnya.

"Mau mencobanya?" tawar Jennie. Sehun hanya diam dan memandangnya dengan ragu membuat Jennie berdecak. "Kau pasti suka, aku sering melakukannya. Ayo!" Jennie segera bangkit berdiri dan mengajaknya untuk segera pergi.

"Kita akan kemana?" tanya Sehun.

Jennie tersenyum tipis lalu berbisik, "Rahasia."









--tbc

Hayo mau kemana tuhhh (͡° ͜ʖ ͡°)

Btw, sajjangnim itu direktur utama atau bisa dibilang big boss, sedangkan isanim itu direktur ( mungkin semacam kepala divisi di perusahaan—aku juga ga ngerti, aku masih anak SMA :"3 )

My Fussy CEO | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang