Bab 19

3.3K 468 41
                                    

Bagian yang paling Jennie sesali dalam hidupnya adalah saat ini, terjebak dalam satu kamar bersama bosnya yang begitu sialan. Siapa lagi kalau bukam Oh Sehun?

Pria bertubuh jangkung itu pun tampaknya menyadari bahwa wanita di depannya itu kini menatapnya penuh kekesalan. "Baiklah, hentikan tatapanmu itu, Jen! Kau tampak ingin membunuhku hanya dengan tatapan matamu," ujar pria itu.

Jennie mendelik sinis. "Sajjangnim, kau benar-benar keterlaluan. Sungguh, jika saja perkataanmu benar, aku mungkin sudah memotong tubuhmu menjadi beberapa bagian hanya dengan tatapanku."

"Baiklah, aku tahu ini memang salahku. Tapi ini sudah terlalu larut, kita tidak mungkin mencari hotel baru sekarang. Belum lagi bsok pagi kita ada rapat," ujar Sehun.

"Sehun sajjangnim, lalu aku tidur dimana, eoh???" rengek Jennie. Ia menghentak-hentakkan kakinya ke lantai dengan kesal.

Melihat itu, Sehun justru dibuat gemas. Jika saja posisinya ia tidak merasa bersalah, mungkin dia sudah menarik Jennie dan mencubit pipi wanita itu sangking gemasnya. Namun tentu saja ia tidak melakukannya.

"Kita bisa tidur bersama," ujar Sehun dengan nada tenang.

Kontan saja ucapannya mendapat pelototan dari wanita lawan bicaranya. "Hei, pria mesum! Kau pikir aku mau? Ingat ya, aku memang sekretarismu, tapi bukan babu seksmu!"

"Memangnya siapa juga yang akan memperkosamu di sini? Aku juga masih menjaga martabatmu sebagai wanita, Jen-ah." Sehun menatap Jennie begitu meyakinkan.

Jennie terlihat masih memicingkan matanya curiga. Masih belum yakin sepenuhnya pada pria di depannya itu.

"Kita hanya tidur satu ranjang. Ukuran ranjangnya juga cukup luas untuk berdua. Tenang saja, kita tidak akan ada kontak fisik secara langsung selama di ranjang yang sama. Setuju?" tawar Sehun.

Setelah menimbang cukup lama, pada akhirnya Jennie memilih menganggukkan kepalanya. Ia juga sudah lelah dan butuh istirahat. Mendapat anggukan dari wanita itu, Sehun akhirnya bernafas lega.

"Awas kalau macam-macam!" ancam Jennie ketika mereka naik ke atas ranjang.

Sehun lantas mengulas senyumnya melihat tingkah Jennie yang begitu lucu di matanya.

"Apa senyum-senyum?!" tanya Jennie garang, tepat ketika keduanya sudah berbaring dengan posisi saling berhadapan.

Masih dengan senyumnya Sehun menjawab, "Kau lucu, jadi ingin peluk," ujar Sehun.

Menutupi kegugupannya, Jennie membalikkan tubuhnya membelakangi pria itu. Sungguh, Sehun itu benar-benar bos sialan! Kalau begini ceritanya, bagaimana Jennie bisa move on?

Tiba-tiba ponsel yang Jennie letakkan di atas nakas bergetar diiringi dengan nada panggilan masuk. Jennie meraih benda pipih itu.

Panggilan masuk dari Seokjin.

"Yeoboseyo, oppa?" sapa Jennie begitu ia menerima panggilan masuk itu.

"Kau ada dimana?" tanya Seokjin.

Jennie terdiam sesaat. Darimana pria itu tahu kalau dia tidak ada di Seoul?

"Aku ada di-"

"Taehyung melihatmu di Busan. Apa benar kau di Busan?"

Taehyung?

"Ah-iya. Aku memang di Busan, oppa. Ada bisnis yang harus aku dan Sehun sajjangnim urus. Maaf aku belum permisi," cicit Jennie.

"Aigoo... Kau membuat oppa-mu ini khawatir setengah mati. Baiklah, jaga dirimu baik-baik selama di sana, arra?"

"Ne, oppa. Jangan khawatir."

My Fussy CEO | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang