Bab 18

3.3K 459 18
                                    

Play Mulmed
[Always - Seulgi]

...

"Porsi makanmu banyak sekali, kau busung lapar ya?" tanya Jennie menatap Sehun yang tampak begitu kekenyangan setelah makan. Tentu saja hal itu terjadi karena pria itu meminta makanan dalam jumlah cukup banyak hanya untuk dirinya sendiri.

Sehun sendiri hanya menatap wanita itu dengan tatapan sinisnya, terlampau kenyang dan malas untuk menyahut.

Ponsel Sehun yang berada di atas meja tiba-tiba bergetar dan menunjukkan panggilan masuk dari Sejeong. Jennie yang menatao layar ponsel Sehun itu lantas segera membuang pandangannya ke arah lain, sementara Sehun mengangkat panggilan itu.

"Yeoboseyo?" ujar Sehun.

"Kenapa tidak bilang-bilang akan perjalanan bisnis hari ini?" dari suara Sejeong, sangat terlihat jelas bahwa dia sedikit kesal.

"Kupikir kau sibuk, jadi aku berniat mengabarimu malam nanti," jelas Sehun.

"Benar begitu? Bukan karena kau ingin berlibur berdua dengan sekretaris barumu itu tanpa sepengetahuanku?"

"Ya Sejeong-ah, jangan berpikir macam-macam begitu!" ucap Sehun menatap Jennie yang terlihat sibuk memperhatikan sekitar. "Aku hanya berhubungan dengan Jennie soal pekerjaan, jangan berpikir seperti itu. Mengerti?"

Ketika mendengar itu, Jennie berusaha menahan gejolak perasaannya yang mendadak terasa begitu sakit. "Sehun-ssi, aku harus ke toilet, perutku mendadak sakit. Jika aku tidak kembali dalam lima menit, kau duluan saja ke kamar, aku akan mendatangimu dan meminta kunci kamarku nanti," ujar Jennie.

Sehun menatapnya cukup lama. "Kalau sakit perut, kita bisa minta ob-"

"Aku permisi dulu," potong Jennie dan langsung pergi meninggalkan Sehun di sana.

Sehun menghela nafasnya. "Sejeong-ah, dia mungkin mendengarmu menuduhnya. Aku jadi tidak enak," ujar Sehun pelan.

"Memangnya kenapa? Biar saja dia tahu," sahut Sejeong. "Atau jangan-jangan kau ingin menutupi bahwa kau sudah punya kekasih, iya?"

"Ya, jaga ucapanmu!" Tanpa dimaui, suara Sehun tiba-tiba sedikit meninggi. "Sejeong, aku lelah dan ingin istirahat. Aku tidak ingin berdebat mengenai hal sepele begini, jadi lupakan saja."

"Aku tidak suka kau terlalu dekat dengannya Sehun..." suara Sejeong mendadak melemah. Sehun terdiam cukup lama hingga Sejeong kembali melanjutkan, "Aku tahu bahwa hatimu belum sepenuhnya untukku. Melihatmu dengan mudahnya bisa nyaman pada wanita baru di hidupmu, apa kau pikir aku tidak khawatir?"

"Sejeong-ah," panggil Sehun lembut. "Jika kau tahu bahwa hatiku belum sepenuhnya milikmu, kenapa kau masih mempertahankan hubungan ini?"

🌸🌸

Jennie duduk termenung di atas kloset kamar mandi. Entahlah, dirinya merasa kecewa untuk keadaan dimana ia masih belum mampu menghentikan perasaannya untuk Sehun yang notabene adalah kekasih orang lain. Ditambah, Sehun adalah bosnya sendiri, hal itu membuatnya merasa terlihat menyedihkan dan tidak tahu diri.

Jennie menghela nafasnya berat, kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku celana yang dia gunakan.

Jong In
: Berhati-hatilah dengan
perasaanmu ketika kalian
hanya berdua begitu ㅋㅋㅋ

Jennie mendengus menatap pesan yang Jong In kirimkan itu.

Jennie
Dasar menyebalkan! :

Setelah membalas pesan dari Jongin, Jennie memutuskan untuk keluar dari toilet.

"Sudah selesai?"

Jennie berjengit kaget ketika Sehun tiba-tiba sudah berdiri di pintu masuk toilet. "Kau mengejutkanku," ujar Jennie. "Lagipula kenapa kau repot-repot menungguku?" tanya Jennie heran.

"Itu terserahku. Kenapa kau sewot sekali?" balas Sehun. Mendengar itu Jennie lantas mendengus dan melirik Sehun dengan ekor matanya, tampak begitu sinis. "Apa? Kau menantangku?" tanya Sehun tak senang.

Malas untuk berdebat, Jennie memilih mengacuhkan pria itu dan berjalan lebih dulu.

"Dasar sekretaris kurang ajar! Sudah ditunggu malah meninggalkanku! Ya Jennie Kim, tunggu aku!" seru Sehun segera menyusul Jennie.

"Aku kan tidak memintamu menungguku," sahut Jennie santai.

"Kau benar-benar sekretaris kurang ajar yang ada di dunia," gumam Sehun yang dibuat terlalu dilebih-lebihkan, membuat Jennie lantas tertawa.

"Aku hanya begitu padamu, Oh Sehun sajjangnim," ujar Jennie sambil menampilkan senyum manisnya."Kau juga menyebalkan, itu yang membuatku melakukannya," sambungnya berusaha meyakinkan bahwa ia punya alasan dibalik sikapnya.

Sehun mendecih sinis. "Kalau aku bos yang jahat, sudah kupecat kau." Jennie terkikik geli mendengar ucapannya.

Sesampainya di depan kamarnya, Jennie menjulurkan tangannya di hadapan Sehun. "Apa?" tanya pria itu bingung.

"Kunci kamarku," jawab Jennie.

"Kunci kamarmu?" ulang Sehun yang dibalas anggukan oleh Jennie. "Kata siapa kau punya kamar?"

Jennie lantas membulatkan matanya. "Jadi kau tidak memesan kamar untukku?" tanyanya. Dia menatap Sehun tidak percaya dengan mulut menganga. "Woah, jinjja!" serunya tak habis pikir terhadap bosnya itu.

"Memangnya aku ada bilang kau punya kamar?" tanya Sehun. Baiklah, Jennie rasa bosnya ini benar-benar minta dihajar.

"Lalu aku tidur dimana? Kau yang membawaku, harusnya kau yang mengurus keperluanku juga selama kita di sini. Menyebalkan! Dasar bos tidak becus!" kesal Jennie.

Jennie meraih kasar kunci yang ada di tangan Sehun dan membuka pintu kamar itu. Dengan segera ia menuju sudut ruangan dan mengambil kopernya. Ia berjalan dengan langkah lebar dan terburu-buru keluar dari sana.

"Ya, kau mau kemana?" tanya Sehun ketika gadis itu melewatinya.

Jennie meliriknya sinis. "Apa aku ada bilang kalau kemanapun aku ingin pergi harus lapor padamu?" balasnya sewot sesaat sebelum ia meninggalkan Sehun begitu saja.

"Jen-ah, kau mau kemana, eoh?" teriak Sehun. Pria itu dengan segera menyusul Jennie yang melangkah begitu cepat.

"Jangan mendekat atau aku akan meneriakimu hendak memperkosaku!" ancam Jennie pada pria itu. Tanpa mempedulikan ancaman itu, Sehun menahan lengan wanita itu hingga membuat Jennie tidak bisa pergi. "Ya! Lepaskan aku!" teriak Jennie. "Tolong! Pria ini berusaha-"

"Hei jangan berteriak!" ujar Sehun. Ia lantas melepaskan tangannya dan menatap Jennie serius. "Baiklah, aku tidak akan menahanmu. Tapi serius, kau harus memberitahuku kau ingin kemana. Karena selama di sini, kau itu tanggung jawabku."

Jennie memutar bola matanya ketika mendengar kalimat Sehun. "Dengar ya, Oh Sehun sajjangnim, jika aku memang tanggung jawabmu selama di sini, maka seharusnya kamarku pun adalah tanggung jawabmu. Dasar bos payah!"

Seolah diberi tamparan keras, Sehun mendadak terdiam. "Baiklah-baiklah, ayo kita pesan kamar lain untukmu," ujarnya pada akhirnya. Ia memutuskan untuk melangkahkan kaki lebih dulu menuju lift. Jennie mendesis sinis sebelum akhirnya menyusul pria itu dengan langkah malas.

"Kami ingin pesan satu kamar lagi," ujar Sehun pada resepsionis yang menjaga di lobi.

"Sebentar saya cek kamar yang kosong, tuan," ujar resepsionis itu seraya mengetikkan sesuatu di komputer. Resepsionis tadi menatap Sehun dan Jennie dengan raut tidak enak.

Baiklah, tampaknya Jennie bisa menebak nasib sial yang akan menimpanya sebentar lagi.

"Maaf tuan, kamar kosong kami sudah habis."

Sial! Double sial!


--tbc

My Fussy CEO | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang