SEVEN: JEON SOMI

318 53 3
                                    


Suara penggorengan yang sedang digunakan dan harum kimchi yang menggugah selera menyambut Jungkook begitu dirinya keluar dari kamar. Ia berjalan ke arah dapur dan melihat bahu lebar Seokjin yang memunggunginya serta tangannya yang lincah memotong-motong bawang. Sesekali Seokjin membalik penggorengan dan memastikan apinya tetap menyala pada suhu yang seharusnya. Tumben sekali hyungnya ini memasak. Biasanya, mereka cukup memakai jasa-antar makanan, lebih spesifiknya makanan cepat saji, untuk menghemat waktu dan tenaga. Apalagi, pada minggu-minggu padat untuk persiapan comeback seperti ini, rasanya lebih praktis untuk memesan makanan daripada harus memasak.

"Jungkook? Udah bangun?"

"Kalau nggak bangun, ya nggak bakal disini, Hyung."

"Kirain hantu,"

"Nggak lucu."

"Siapa juga yang ngelucu?!"

Jungkook nyengir perlahan melihat Jin yang memegang spatula di tangan kanannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi seolah ia siap menggetok dongsaengnya kapan saja.

Harum masakan yang dimasak oleh Seokjin benar benar membuat perutnya semakin meronta kelaparan. Seokjin memintanya untuk ikut membantu, tetapi Jungkook menolak, bisa-bisa seluruh masakan habis dicicip duluan olehnya jika ia ikut membantu.

Ditatapnya sekeliling, dapur yang luas serta seperangkat kitchen set yang mewah, membuat siapa saja yang melihatnya betah berlama-lama di dalamnya, termasuk Jungkook sendiri. Tolong jangan bilang siapa-siapa. Sejujurnya, Jungkook suka menyelinap tengah malam dan membuka satu persatu lemari penyimpanan makanan, lalu memakannya di tempat. Kebiasaan sedari kecil yang susah dihilangkan memang. Dan keesokan harinya, member bangtan akan berdebat, saling menyalahkan satu sama lain seperti anak kecil yang kehilangan makanan. Untungnya, tak ada yang sampai membesar-besarkan permasalahan ini. Bagi bangtan, tinggal beli kembali dan semua beres.

Jungkook membuka lemari kitchen set bagian bawah dan mengeluarkan se-kardus camilan ringan, memilah-milah camilan mana yang sekiranya nikmat dimakan pagi-pagi, dan pilihannya melayang pada potato chips madu dengan bungkus berwarna kuning.

Namjoon yang sedang membaca di ruang santai meliriknya sesaat  sebelum kembali memfokuskan pandangannya pada buku tentang filosofi hidup yang berada di pangkuannya. Jungkook pernah mencoba membaca sekali, inginnya sih biar dipandang pintar, tapi apa daya, baru membaca sepenggal kalimat saja sudah membuat kepalanya pusing bukan main. Filosofi hidup, rumit dan Jungkook tidak suka segala hal yang rumit. Mulai saat itu, kekaguman Jungkook kepada hyungnya, Namjoon, semakin bertambah. Bagaimana bisa Namjoon tahan membaca seluruh isi buku tersebut dan bahkan membeli edisi-edisi yang lain? Jika disuruh memilih, lebih baik Jungkook main game, atau berolahraga, atau menjahili hyung-hyungnya, daripada membaca buku yang membuatnya pusing.

Ruang santai dan ruang makan memang berdekatan sehingga mereka dapat saling melihat satu sama lain. Tak ada sekat yang menghalangi pandangan, oleh karena itu Jungkook bisa saja duduk di ruang makan sambil menonton hyungnya yang sedang membaca. Namun, Jungkook lebih memilih mengeluarkan nintendo miliknya dan memakan potato chips yang diambilnya tadi.

Jungkook dapat merasakan seseorang menggeret kursi dan duduk di sebelahnya. Ketika tangan mungil orang tersebut mencuri camilannya, Jungkook pura-pura tak melihat karena game yang dimainkannya sedang berada dalam kondisi yang membutuhkan konsentrasi penuh.

"Main apa, sih? Oh.. Pokemon Sun and Moon," Jimin ini aneh sekali, tanya-tanya sendiri lalu dijawab-jawab sendiri. Untung Jungkook sudah kebal akan keanehan hyungnya yang satu ini.

"Diem dulu, Jim. Lagi seru nih."

"Males diem. Kemaren lo jadi beli chip League of Legend ke Yugyeom 'kan?"

Our Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang