"Jemputanmu sudah kau kabari, belum?"
"Sudah, tapi belum ada jawaban." Somi menghela napas pelan, sejujurnya ia dipenuhi ketakutan dan kekhawatiran berada dalam posisi ini. Takut jika ada yang melihat. Takut jika pipinya yang memerah terlihat oleh pria disebelahnya. Takut jika tautan ini akan segera berakhir. Meskipun, cepat atau lambat juga pasti akan berakhir. Lalu.. Somi khawatir perasaan aneh yang lambat laun mulai tumbuh dalam hatinya ini, perlahan menggerogoti dan mengambil alih pikirannya.
"Dingin?"
Jemari Jungkook semakin menelusup ke dalam jemari Somi, memperat tautan yang mereka jalin. Suaranya sedikit serak. Jujur saja, posisi yang sangat dekat membuat Jungkook gugup. Lututnya bersentuhan dengan lutut Somi, bagaimana ia bisa tenang? Rasanya, hatinya ini berdisko dalam diam namun disisi lain juga seperti dilanda topan yang dahsyat.
Somi mengangguk sembari menundukkan kepalanya. Ia terjebak berdua bersama dengan seorang superstar dunia, menunggu jemputan di halte bis dekat kedai ramen yang untungnya sangat sepi saking dinginnya. Jika boleh jujur, dingin yang menusuk kulitnya membuatnya tak nyaman. Salah Somi sendiri juga sih sebenarnya, memakai pakaian tipis saat musim dingin seperti ini.
Tiba-tiba, Jungkook melepaskan tautan jemarinya, membuat Somi kecewa. Hal yang ia takutkan akhirnya terjadi. Memang, Somi ini siapanya? Somi sadar diri jika ia memang bukan siapa-siapa. Anggap saja tautan yang tadi tak pernah terjadi. Somi pasti bisa! Harus bisa!
Tak disangka, Jungkook ternyata malah melepas hoodienya, menyisakan kaus hitam polos yang menempel di badannya. Senyum setipis benang yang sangat jarang dilihat Somi, kini terpampang jelas pada wajah tampan Jeon Jungkook.
"Jungkook? Mau ngapain?"
"Pakai hoodie gue."
Somi berjengit kaget, tak menyangka bahwa Jungkook akan memakai bahasa informal kepadanya. Bukankah, saat di gedung agensinya, pria ini marah-marah dan tidak memperbolehkan Somi menggunakan bahasa informal kepadanya? Tapi sekarang?? Mimpi atau bukan sih kejadian ini? Halusinasi? Fatamorgana? Ilusi? Lalu apa pula ini? Jungkook memberikan hoodienya untuk Somi??
Somi menerima hoodie Jungkook dengan mulut separuh menganga, masih tak terbiasa akan segala hal yang dilakukan Jungkook, tak terbiasa akan segala hal yang mengguncang hatinya hari ini. Kerongkongannya seperti kering, ingin mengucap terima kasih saja rasanya Somi tak sanggup.
"Pakai sekarang atau gue yang pakein?" Tatapan pada mata Jungkook tidak main-main, intonasi suaranya pun tidak bergurau. Somi dibuat salah tingkah karenanya. Cepat-cepat dipakainya hoodie milik Jungkook sebelum hal-hal yang tidak diinginkan kesehatan jantungnya terjadi.
Ketika hoodie milik Jungkook yang kebesaran melekat di badannya, Somi dibuat terkejut lagi akibat jemari Jungkook yang kembali menggenggam erat jemarinya. Jungkook ini, ingin mengganggu ketenangan jantungnya atau bagaimana? Namun tak bisa dielak, bahwa posisi yang sekarang ini membuat Somi merasa nyaman. Berada dalam balutan hoodie yang menguarkan wangi vanilla khas Jungkook, dan berada dalam balutan genggaman Jeon Jungkook, lengkap sudah semuanya.
"Jungkook, harus banget ya kita kaya gini?" Setelah beberapa saat hening melanda, Somi memutuskan untuk membuka topik. Walau topik yang diangkatnya sudah pasti topik yang sensitif bagi kesehatan jantungnya.
"Harus. Calon pacarnya Jungkook nggak boleh kedinginan."
Astaga, pria dingin sekaligus galak ini sekalinya mengeluarkan kata-kata bisa membuat Somi lemah jantung seketika.
"Sama satu lagi, Jungkook nggak mau Somi digondol orang." Jungkook memandangi tepian trotoar, sedikit aneh rasanya saat mengeluarkan kalimat penuh posesif, padahal pacaran saja belum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Fanfiction• Jeon jungkook, 22 tahun, seorang member boygroup naik daun, BTS, yang digemari banyak wanita --baik dari kalangan wanita biasa maupun kalangan idol lainnya-- , sering mendapat love call namun tak pernah dirinya hiraukan, ambisius, motto hidupnya '...