ELEVEN: PERSAINGAN

334 28 17
                                    

Ketika persaingan untuk menentukan siapa yang mengantar Somi pulang dimulai, kedua kubu yang terlibat tampak sangat serius mengerjakan creamart masing-masing, belum lagi ketika tak sengaja bertatapan, mata mereka memancarkan kilatan kompetitif yang tak luput dari pandangan sepasang manik hazel Somi.

Seolah, mereka melupakan hubungan hyung-dongsaeng yang telah lama melekat dalam tulang dan kepribadian mereka.

Pada awalnya Taehyung sudah menaruh kecurigaan terhadap tingkah dongsaengnya yang tak lazim. Mengganggu pertemuannya dengan gadis yang dikaguminya,mengatakan hal-hal yang tak masuk akal, mengusirnya pulang secara perlahan, entah Jungkook kerasukan setan apa, yang jelas ia sangat tak lazim. Belum lagi, sikap Jungkook yang sepertinya sudah mengenal Somi.

Kini, kecurigaannya semakin meningkat tatkala Jungkook menawarinya untuk bersaing dalam membuat creamart.

Jungkook ingin mengantarkan Somi pulang?

Baik. Mari kita lihat jenis permainan apa yang akan dilakukan oleh Jungkook kali ini. Taehyung tidak suka berbasa-basi, dan perlu diketahui, ia bukan tipe orang yang terlalu ingin tahu urusan orang lain. Oleh karena itu, ia hanya bisa menunggu. Menunggu hingga Jungkook memiliki inisiatif untuk menceritakan semuanya sendiri.

Sementara itu, ketika kedua pria tampan sedang bergelut dalam diam. Somi, pihak yang menjadi 'hadiah', malah tampak acuh tak acuh, duduk  manis kendati menikmati strawberry tiramissu yang nikmatnya mampu membuat Somi linglung.

Manis dan renyah, belum lagi pemandangan langka di depannya. Sumpah, Taehyung dan Jungkook yang parasnya tidak manusiawi, semakin tidak manusiawi ketika sedang serius.

Jungkook dalam balutan turtleneck hitam berlengan panjang tampak seperti aktor papan atas yang terburu-buru meninggalkan lokasi syutingnya hanya untuk menghampiri sebuah coffee shop dengan spanduk 'SETIAP PEMBELIAN DISERTAI BONUS PERMEN JAHE' besar-besaran di depan tokonya.

Sedangkan Taehyung memakai jas biru metalik, membuatnya tampak seperti direktur muda dari sebuah perusahaan terkemuka yang menyempatkan waktu luangnya mengunjungi coffee shop pribadi miliknya untuk sekadar mengecek bijih kopi berkualitas tinggi yang baru diimpor dari Prancis.

Berbeda dengan Taehyung yang tampak tenang dan rasional, Jungkook terlihat gugup sekali. Bukannya ia takut kalah, hanya saja ia takut hasil karyanya mengecewakan Somi.

Ketika iris obsidiannya bertemu dengan sosok Somi yang tampak manis dan patuh, Jungkook merasa napasnya tercekat.

Oh, Shit, Gadis ini imut sekali.

Rambutnya yang tergerai sempurna, mata indahnya yang memancarkan kemilau, jembatan hidungnya yang tinggi, gula-gula halus yang bertaburan di sekitar bibir cherrynya. Adakah hal yang lebih memuaskan di dunia ini selain menonton gadis ini memakan wafflenya?

Entah mengapa segala hal yang dilakukan oleh Somi menjadi tampak manis di mata Jungkook. Somi duduk diam saja sepertinya sudah cukup membuat jantung Jungkook mengeluarkan dentuman dahsyat.

Tak kuasa menahan kekagumannya, sebuah kekehan kecil yang tak terhindarkan pun keluar dari bibir Jungkook. Tentu kekehan tersebut berasal dari pandangannya terhadap sang gadis.

Seketika itu pula Taehyung menatapnya dengan aneh, membuat mood Jungkook berubah drastis,

"Apa lo liat-liat?"

"Ngapain lo senyum-senyum sendiri? Oh, creamart lo jelek amat," Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Taehyung mengintip mahakarya Jungkook sedikit dan seketika mencemooh-nya tanpa ampun.

"Bagus gini? Mata lo minta disundul gawang?" Jungkook tak mau kalah, ia balas mengintip dan mencemooh balik, "Gambar apaan tuh? Monyet?"

Merasa bahwa karyanya dilecehkan alias di monyet-shaming, Taehyung pun merasa jengkel, "Dih, ini tuh abstrak kali, selera seni lo tuh tinggian makanya,"

Our Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang