Arkan & Rara

31 3 0
                                    

Assalamu'alaikum, balik lagi nih!

Happy reading~

***

Rara terkulai lemas di pangkuan Arkan. Wajah lelaki 30 tahun itu terlihat gelisah. Sedang Rana alias Kevin sedang sudah pergi dari rumah ini. Iya, Arkan mengusirnya.

Flashback on.

"RARA!!!" teriak Arkan setelah melihat istrinya terjatuh pingsan setelah menerima bogeman dari Kevin alias Rana. Arkan segera membopong tubuh Rara menuju sofa lalu ia meninggalkannya dulu, dia harus menyelesaikan urusannya dengan Kevin—adiknya.

"Gue nggak nyangka lo kayak gitu, Vin! Gue kira hijrah lo mampu membuat lo nahan emosi, gue nggak nyangka lo yang slow slow aja bisa kayak gini. Gila lo Vin!" terlihat kilatan emosi di mata kopi Arkan.

Rana Kevin Gumara tersenyum licik. Lalu mengusap pelan bekas bogeman Arkan tadi.

"Dengar ya tuan Rajendra Dandelione Arkanda, gue nggak bakal kayak gini kalau nggak lo pancing. Lo itu yang licik, lo yang gila! Ini ternyata alasan lo nggak pernah ngomong nama lengkapnya istri lo yang ternyata Rara gue itu. Hahaha! Muka aja yang sok alim, nyatanya kelakuannya nggak sama sekali." Kevin tertawa jahat.

"Vin sadar Vin! Gue nggak tau bakalan kayak gini, gue nggak tau kalau Rara lo itu Garbera gue. Banyak yang namanya Rara, Vin! Lo juga nggak mau ngomong nama lengkapnya kan? Lo Cuma bilang Rara Rara Rara, gue mana tau Vin!" dada Arkan naik turun menahan emosinya.

"Bang! Udah nggak usah sok baik deh. Lihat aja nanti, gue bakalan rebut Rara dari lo."

"Pergi lo dari sini!" usir Arkan yang tak mampu menahan emosinya.

Flashback off

"Ngh—" Rara bangun dengan memegangi kepalanya yang pening. Arkan tersentak dari lamunannya.

"Sayang? Apanya yang sakit? Mana?" Rara hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Arkan seraya menggeleng pelan.

"Kak Rana mana?" Arkan melipat dahinya mendengar pertanyaan Rara.

"Udah Mas usir," jawab Arkan ketus dan tatapannya berubah tajam.

Rara tersenyum lagi, ia bangkit lalu mengelus lengan kekar Arkan.

"Bagaimanapun dia adik kamu, Mas. Aku nggak mau gara-gara aku kalian marahan gini. Kalian itu saudara kandung, nggak boleh kayak gini. Ya bukannya aku masih suka sih sama Kak Rana. Cuma aku nggak mau persaudaraan kalian pecah. Kamu tau kan tentang pemutus tali silaturrahmi?" Arkan mengangguk sebagai jawabannya, "Nah itu kamu tau. Dosa lo, Mas mutus tali silaturrahmi." Rara menyenderkan kepalanya di bahu Arkan.

"Kamu sabar ya, Mas? Hatiku untukmu kok,"

"Tapi dia mau rebut kamu dari Mas dik!" peringat Arkan yang tak lagi tahan.

"Mas percaya sama aku kan?" Arkan mengangguk sebagai jawaban. Rara tersenyum lagi.

"Kalau Mas percaya sama aku, kenapa Mas gitu? Mas raguin perasaan aku? Mas tau yakinkan kalau aku bakalan pertahanin rumah tangga ini sekuat tenaga aku? Aku Cuma pengen nikah sekali seumur hidup, Mas. Sudahlah, badai pasti berlalu. Kita saling percaya dan saling menjaga aja. Lalu berserah diri pada-Nya, inshaaAllah nggak akan kenapa-napa." Arkan tersenyum mendengar nasihat Rara. Dia beruntuk memiliki Rara.

+++

Malam menyambut, seperti biasa Arkan dan Rara terduduk di depan televisi seraya mengemili snack.

"Denger-denger, kamu dulu punya cita-cita jadi Ibu Persit ya?" lipatan di dahi Rara muncul ketika mendengar pernyataan Arkan. Selanjutnya dia tertawa.

"Mas tau darimana, hum? Astagfirullah aku ngingetnya lucu ya?" Arkan hanya berdehem untuk menjawab.

"Kalau kamu punya cita-cita itu kenapa kamu nggak nerima David aja?" sifat jahil Rara muncul. Dia menyeringai jahat.

"Keduluan sama, Mas."

"Kalau Mas telat kamu sama David dong?"

"Ya enggak tau, kan nggak terjadi." Jawaban enteng dari Rara menimbulkan kekesalan dari wajah Arkan. Rara tertawa puas karena berhasil membuat Arkan kesal.

"Utututu, Mas cuamik cembulu ya? Utututu tayang-tayang tayang," kekehan Rara kembali terdengar melihat bibir Arkan yang dimonyong-monyongkan.

"Ya enggak lah, Mas. Emang nggak jodohnya aja. Lagi pula dia juga nggak pernah ngomong apa-apa kok. Mungkin dia nganggep aku sister, sama kayak aku nganggep dia brother ku. Kami Cuma berteman, ya kakak-adik ketemu gede lah." Arkan mendelik mendengar penjelasan dari Rara.

Rara yang semula memandang depan kini mengalihkan pandangannya menuju Arkan yang mendelik meminta penjelasan. Rara yang memang tidak tau pun itu mengernyit bingung.

"Kamu nggak tau, Ra?" Rara menggeleng sebagai jawaban. Arkan menepuk dahinya pelan.

"MashaAllah! Ra kamu pernah dideketin cowok?" Rara mengendikkan bahu tak tau,"maksudnya?" tanya Arkan meminta penjelasan.

"Rara tuh nggak pernah tau cara cowok ngedeketin kayak gimana." sekali lagi Arkan menepuk dahinya, "ih Mas kenapa sih nepuk jidat mulu? Entar sakit lo itu! Kan bener, kata Ayah cowok suka ke Rara itu artinya nanti bakalan ngomong pengen jadiin istri. Dan belum ada yang berani ngomong gitu seumur hidup Rara kecuali Mas Dandi. Emang kenapa?" Arkan menggeleng kaku saat pertanyaan Rara itu muncul.

"Untung deh! Alhamdulillah ada untungnya juga sifat ketidakpekaan kamu," hanya itu yang diucapkan Arkan.

"Emang kenapa sih, Mas? Kasih tau dong entar ku masakin yang enak-enak deh!" Rara merapatkan badannya sampai menubruk badan Arkan.

"Kalau aku jujur kamu tetep cinta sama aku kan?" Rara mengangguk sebagai jawaban. Arkan menghela napas berat.

"Kamu tau kalau David suka kamu?"

"WHAT?! KOK BISA?" teriak Rara membuat Arkan menjauhkan telinganya.

"Santai aja sih, Ra!" Arkan mengamati ekspreksi Rara. Eh iya, Rara kan lemot ya? Jadinya sekarang dia masih sibuk mencerna kata-kata Arkan seraya mengerjab-ngerjab. Tadi itu hanya spontanitas aja sih. Cewek kan suka gitu, kaget duluan mikir belakangan.

Arkan yang menyadari loading Rara lama akhirnya kembali ke kegiatan awalnya, memakan kripik yang ada di pangkuannya.

"Mas tau darimana?" baru peka si Rara

"Mas itu cowok, Ra! Tatapan dia itu beda sama kamu. Kevin juga. Mereka itu suka sama kamu."

"Yaiyalah Mas cowok kalau Mas cewek bukan Mas namanya tapi Mbak," Arkan tak tertawa. Oke garing!

"Kalau Melky sama Dion?" tanya Rara lagi.

"Mereka mah nggak berperasaan sama kamu," Rara terkekeh mendengar pernyataan Arkan yang datar. Kemudian hening sejenak.

"Mas boleh tanya?" deheman dari Arkan menjawab semuanya.

"Mas percaya nggak kalau dulu aku sempet suka Kak Rana?"

***

Gimana nih gimana? Sedikit maaf ya? Yang penting update, soalnya aku lagi buntu seperti di yang sebelumnya ku bilang. Miss U! Dah ya, aku update nih.

Maaf untuk typo(s) kesalahan kata, dan semua kesalahannya. See you next chapter!

Wassalamu'alaikum

SayendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang