Keberangkatan

32 4 0
                                    

"Masa tipe kak Rana serendah gue, Ya? Gue bantet gini," kata Rara lagi,

"Kalau udah cinta ya lupa segalanya. Dion tadi buktinya, sayangnya Dion harus menelan pil pahit Ra. Cantik nggak itu relatif, kalau kak Rana suka sama lo ya menurut kak Rana lo itu sangat cantik dan paling wah," jelas Athaya,

Masa iya kak Rana suka Rara? Batin Rara.

+++

Hari telah berganti. Rara siap dengan gamis serta khimar syar'inya. Pagi ini akan mengantarkan Athaya ke bandara. Dan nanti sore, dia akan holiday bersama keluarganya. Jam pink di kamarnya menunjuk pukul 6 tepat, akan tepat waktu jika ia berangkat ke bandara sekarang.

"Kak ayo," katanya seraya mengaitkan tangan mugilnya pada lengan kekar Biru,

"Lho ndak makan dulu, Ra?" kata Hanna.

"Nggak keburu, nanti aja makan di jalan sama kakak Ma," jawab Rara,

"Jangan makan di jalan nanti ketabrak. Makan di warung aja," kemudian Rara terkekeh mendengar jawaban sang mama,

"Yaudah kami berangkat dulu, ma pa. Assalamu'alaikum," pamit Rara kemudian menyalimi mama dan Ayahnya, disusul Biru dibelakang.

Di mobil BMW itu tidak ada percakapan yang tercipta. Hanya sesekali Biru ngedumel karena jam segini jalanan sudah macet. Sebenernya ini masih hari Kamis, tapi berhubung sekolah Rara sudah mengadakan perpisahan, jadi Rara nggak wajib sekolah.

"Dek," Biru mengawali pembicaraan dan dibalas deheman oleh Rara,

"Kenapa kamu dulu nggak coba daftar di Oxford atau Harvard?" tanya Biru yang kini menginjak rem karena lampu merah,

"Ha? Nyali Rara ciut kak. Nggak ah, udah keterima disitu juga lagian, kalau di Oxford atau Harvard saingannya satu dunia kak,"

"Kamu lupa kalau kamu punya piagam juara OSN biologi tingkat nasional?"

"Ah, nggak kok. Yang itu kan udah biarin aja, jangan terlalu diungkit. Cuma kebetulan,"

"Kebetulan sampai nasional? Nggak, Ra. Pada dasarnya kamu emang mampu," jawab Biru seraya menginjak pedal gas, Rara terkekeh, apa-apan ini.

"Kak, lagian ya lagian Rara nggak tertarik ke sana. Orang di Jogja aja kayak mau maju mundur kan. Untung UI masih bisa nampung," kekeh Rara diakhir kalimat,

"Iyalah, orang piagammu nilainya gede," gumam Biru yang kesal dengan sikap adiknya. Bagi Rara, Juara OSN tingkat nasional itu hanya suatu kebetulan. Kebetulan Allah memberikan kemudahan, jadi ya gitu.

Tak berselang lama, tibalah mereka di Bandara Soetta. Terlihat Athaya berdiri dengan rok tutu baby pink tiga perlapan juga kaos putih bertuliskan 'Jakarta' tak lupa sepatu sport baby blue nya, rambut digerai, juga tas hologram mungil menambah kesan cantinya.

Kalau auratmu tertutup, kamu pasti lebih cantik, Ya... batin Biru.

"Assalamu'alaikum tante, om," Rara dan Biru menyalimi orang tua Athaya,

"Wa'alaikumsalam. Wah wah calon mantu dateng nih pa," kata Mama Athaya yang kini tampil dengan gamis syar'inya.

"Hehehe, nganterin Rara kok, tan." Biru mah bisa aja ngeles kayak bajaj. Padahal hatinya berbunga-bunga melihat pujaan hatinya.

"Ya, jangan lupain gue ya. Gue bakalan rindu sama muka tembok lo itu, jangan kecantol bule, kakak gue bakalan nunggu lo," Rara memeluk Athaya, sementara Athaya kini sudah meloloskan bulir air matanya, "janji sama gue, lo bakalan susul gue kayak gini biar lo di Aussie sana terlindungi okay?" lanjut Rara seraya menunjuk penampilannya yang diangguki Athaya.

SayendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang