Rara sakit

61 7 0
                                    

"Ck! Kamu tuh ya, udah dibilangin jangan kecapekan, boleh berambisi tapi ya jangan mengesampingkan kesehatan! Gini kan jadinya, panas nih panas kamu 39 tau!" cerocos Biru membuat kuping Rara panas.

"WAAA KAK BIRU BIKIN KUPING PANAS DEH UDAH DEH KELUAR SANA!" teriak Rara mirip orang depresi,

"Yaaah nggak akan kakak akan tetep ndek sini!" Biru tak kalah ngotot,

"Kalau kakak diem kakak boleh disini," sadis ya? Iya Rara nggak sukanya dari kakaknya tuh gini, over protective!

Seketika mulut Biru tertutup tapi sebelum tertutup, dia bilang,

"Kamu mau kuliah dimana?" sebuah pertanyaan muncul dari mulut Biru, kalau adiknya itu normal, mungkin dia akan menanyakan setahun lagi. Sayang adiknya itu upnormal so ya gitu.

"Ng—Rara masih nggak tau kak," kini gadis cantik itu menunduk, takut-takut taring kakak gantengnya itu keluar,

"Hm, gimana kamu ini dek, ya nggak boleh gitu dong. Semua itu harus dipreparein, anak IQ tinggi bakalan kalah sama anak yang prepare nya panjang. Gimana kamu maunya kemana?" diluar dugaan, Samudera Biru—Si cowok ketus nan dingin kini lembut selembut sutra. Rara ternganga mendapati respon kakaknya. Satu yang dilakukan Rara adalah mengecek suhu badan dokter spesialis jantung itu,

"Kak Biru sakit? Panas yah? Masa nggak marah sih? Biasanya ngomong gini, 'RARA KAMU ITU YA DIBILANGIN SURUH PREPARE JAUH-JAUH HARI MALAH NGACANGIN, ENTAR NGGAK SESUAI AMBISI NANGIS!' kakak sehat kan?" Rara seraya mendaratkan punggung tangannya di dahi Biru.

"Cih, apaan sih kamu ini, Ra! Kakak tuh tanya baik-baik, lagian bukannya kamu ya yang sakit?"

"Rara tuh Cuma nggak enak badan kak, nggak usah lebay deh!"

"Semua sakit itu berawal dari disepelekan dek. Termasuk sakit hati, sakit hati itu berawal dari menyepelekan permasalahan. Contoh nih ya, kamu punya rasa sama seseorang, terus otak kamu ngebantah padahal hati kamu nggak bisa memungkiri. Entar deh pastinya sakit hati,"

"Rasa apa kak?"

"Ya rasa, rasa yang bikin gila itu".

"Rasa stroberi? Coklat? Hah atau jangan-jangan bir ya kak? Astagfirullah kakak, haram tau bir itu! Ya kecuali bir pletok wkwk," pernyataan plus pertanyaan Rara yang super polos berhasil membuat Biru menahan amarah,

"Aduh, Rara adikku sayang. Kamu itu sebenernya genius, cuman kalau emang dapet hidayah, nah kalau nggak dapet ya kayak gini deh, sinyalnya 'G' salah kebagusan, E sinyalmu sekarang E!" jelas Biru dengan halus plus senyum yang diramah-ramahkan. Sedang Rara, dia mengecek benda pipih berwarna rose gold berlogo apel yang digigit,

"Hah nggak kok kak, nih sinyalku H+ malah 4G, nih liat!" Rara menyodorkan ponselnya. Kegeraman Biru yang memuncak ia salurkan dengan cara keluar dari kamar yang girly itu seraya menutup pintu keras-keras. Rara terdiam bingung apa kesalahannya.

+++

Di lain sisi dengan waktu yang sama Melky kelimpungan. Yap! Rara rival abadinya nggak masuk, dan kabarnya dia sakit.

"Aduh sepi juga nggak anak tu anak,"

"Duh nggak ada yang nyinyirin abang ganteng ini deh!"

"Rara beneran sakit? Emang iya dia bisa sakit?"

Entah berapa ribu pertanyaan juga pernyataan yang terlontar dari mulut Melky, mulut Athaya pun Yessie sudah berbusa untuk menjawab.

"Diem lo brisik banget dah!" Dion—Si ketua kelas sok serius berbicara dengan nada disadis-sadiskan(padahal malah terkesan lucu),

SayendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang