Hello, Bwx!

30 3 0
                                    

"6A, 6B, 6C, dan 6D," kata Biru pada orang tua dan juga adiknya. Setelah ketemu Rara buru-buru duduk karena takut didahului kakaknya yang juga ingin duduk dekat jendela,

"Ih, Rara apaan sih kan yang deket jendela kakak, Ra!" protes Biru,

"Ngalah yang tua ngalah," kata Rara enteng

"Dek ayolah sek—"

"Udah kamu duduk sini sama ayah, mama biar sama Rara deh," bukan tawaran, melainkan ancaman. Yup! Biru paling tak suka jika orang tuanya duduk terpisah,

"Yaudah deh iya, aku duduk sin. Biar Rara nggak ada yang nyentuh," kata Biru agak kurang ikhlas sebenernya. Ya tapi sudahlah kan perempuan always menang, kan?

+++

Malam menyapa, mentari terganti rembulan yang bergalayut manja bersama bintang. KA Gumarang masih terus melaju membelah sunyinya malam. Penumpang di dalamnya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Adanya yang memanjakan perut di gerbong kantin, ada yang senam mulut, ada yang terbang ke alam mimpi, ada pula yang tertawa terbahak-bahak seperti Keenan dan keluarganya, mereka sedang memainkan games yang konyol tapi mengasyikan.

"Ha!! Rara!" kata mereka serempak setelah botol yang berputar di meja kereta makan itu menunjuk arah Rara. Rara yang sedang makan popso pun tersedang,

"Kok aku?" tanya Rara cengoh,

"T or D?" tanya Biru dengan seringai jahatnya.

"T deh mending jujur aku mah," kata Rara enteng dengan menyantap popsonya.

"Rana Rana yang diceritain Biru itu siapa?" berondong Hanna yang terlanjur kepo. Rara tersedak(lagi),

"Uhuk! Minum-minum!" kata Rara yang langsung disodori minuman oleh Biru. Minuman teh itu langsung ditegak sampai habis oleh gadis cantik itu.

"A-anu ma, itu dia—"

"Kalau dia mau bilang suruh dateng ke rumah, lamar, terus ijab kabul deh!"

Damn! Si mama astagfirullah ngebet banget dah ya.

"Jangan dengerin mama dek, sekolah yang bener kalaupun ada yang mau dia harus udah kerja, kamu mau kuliah dimana jadinya? SBMPTN kamu di UGM terus SNMPTN kamu di UI, kamu mau yang mana?" Keenan angkat bicara.

"Rara bingung," jawaban Rara hampir membuat Biru menyemburkan teh di mulutnya.

"Adek kamu tau kan kita habis holiday kita harus ngurusin univ kamu?" Rara mengangguk membenarkan ucapan Biru, "Jadi?" tanya Biru

"UGM deh, soalnya temen-temen banyak yang di UI. Aku mau melebarkan sayap,"

"Kamu yakinkan? Kamu tau peringkat mereka?" tanya Biru yang diangguki oleh Rara.

"Yasudah kamu udah minta petunjuk sama Allah kan? Berarti kamu nanti tinggal sama budhe pakdhe aja ya?" Keenan angkat bicara,

"Eh? Iya emang rumah pakdhe budhe deket ya?"

"Lumayan, Condong Catur kan ya ma? Ya nggak nyampek sejam kok tenang aja," kata sang ayah sekaligus sebagai penutup percakapan mereka malam ini.

+++

Subuh, mereka telah tiba di Stasiun Pasar Turi Surabaya. Ya, mereka harus pindah stasiun untuk menaiki kereta selanjutnya. Mereka memilih beristirahat di stasiun ala penumpang lainnya tanpa memedulikan latar belakang mereka.

Sebelum mendudukkan diri di kursi tunggu, mereka sudah salat subuh terlebih dahulu. Mereka salat di mushola stasiun ini. Rara, dia sudah menenteng roti coklat kesukaannya beserta roti-roti lainnya di kresek putih bercapkan toko tempat membelinya tadi, tangan kirinya menenteng camilan serta minuman yang dia beli di perjalanan menuju stasiun ini tadi. Sementara Biru, ah terlihat ribet sekali dia, ada yang mau bantu? Iya ribet banget, tangan kanannya menyeret koper kecil hitam miliknya yang ditumpuk ransel biru milik Rara, sementara tangan kirinya menyeret koper sang mama. Tepat! Biru tak ingin mama atau papanya apalagi adiknya repot berat-berat membawa tas-tas travel segini ini, biar dia bawa tiga, sisa satu biar papanya tidak apa-apa dia pikir. Meski terlihat lelah, Biru tetap tampan kok.

"Dek lain kali kalau liburan gini adek bawa suami biar kakakmu nggak kerepotan gitu," kata Hanna dengan nada ngawur,

"Astagfirullah mama! Rara tuh suka kagum sama mama tau nggak sih, anak baru lulus SMA udah disuruh nikah aja. Entar kalau Rara nikah beneran nangis lagi," kata Rara seraya mendudukan dirinya di kursi tunggu.

"Enak aja! Pesan mama satu, kalau milih jangan yang aneh-aneh ya? Jangan ketinggian standartnya,"

"Eh mama, Rara mau kuliah dulu Ma!"

+++

KA Mutiara Timur sudah melaju dengan kencangnya, melewati terowongan yang memisahkan Jember-Banyuwangi. Tak lama, sampailah mereka di stasiun pertama saat menaiki kereta menuju Banyuwangi. Yap! Kalibaru, stasiun yang berada di lereng gunung itu sangat sejuk. Meski hari telah beranjak sore, tapi sama sekali tidak mengurangi hiruk-pikuk di stasiun itu.

"Gila! Rame banget!" Rara terlihat sangat antusias,

"Iya, banget. Ya pedesaan banget lah kayaknya diluar sejuk banget," Rara mengangguki ucapan kakaknya itu.

Kurang lebih setengah jam semudian, mereka sampai di Stasiun Karang Asem—stasiun tujuan mereka. Ah iya, mereka tadi hampir nyasar di Stasiun Rogojampi gara-gara mengira stasiun yang sangat ramai itu adalah stasiun pusat kota. Nyatanya tidak.

"Hah! Akhirnya!" kata Rara setelah menginjakkan kaki di peron stasiun, "Seru ya kak? Pulang gini lagi boleh kok, Rara mau," lanjutnya lagi,

"Jangan Ra, kasihan mama!" selanjutnya mereka beringsut berjalan di tengah keramaian menuju pintu keluar. Biru mengotak-atik ponselnya guna memesan taksi online.

"Beng becake beng, arep nyang ngendi?" seorang bapak-bapak tukang becak dengan logat yang sangat kental menghampiri mereka. Lalu Biru tersenyum untuk menolak secara halus.(Beng becake beng, arep nyang ngendi? = Nak becaknya nak, mau kemana?).

Setelah menunggu kurang lebih lima menit, kini keluarga itu sudah mendarat di jok mobil ber-ac itu.

"Kak, tadi bapak-bapak becak itu ngomong apa? Kok bahasanya asing gitu, setau aku bahasa jawa logatnya nggak gitu," Rara membuka suara,

"Kalau masalah artinya kakak juga nggak tau, tapi kayaknya itu bahasa daerah sini deh ya pak?" tanya Biru kepada sang supir. Kemudian dia menoleh ke belakang melihat orang tuanya yang sedang memejamkan mata,

"Eh? Iya paling Mas. Kan di sini kebanyakan masih Suku Osing jadi mungkin bapaknya tadi pakek bahasa osing mas," pak supir mengonfirmasi ucapan Biru. Sementara kedua manusia rupawan itu hanya membulatkan mulutnya saja. (Paling = mungkin).

Tak sampai setengah jam, mereka lobi hotel megah di jantung kota Banyuwangi itu. Setelah chek in mereka pun menekan tombol lift yang membawa mereka menuju lorong-lorong berpintu banyak.

"Ini kamar Ayah-Mama, kamar kita di sebelahnya dek," kata Biru yang memang memboking semua ini. Mereka hanya mengangguk dan beristirahat guna mengumpulkan tenaga untuk perjalanan mereka mengelilingi Kota Gandrung ini.

***

#KataMuthi

Assalamu'alaikum semua!!!

Maaf ya kalau up lama banget, baru selesai UNBK ehehehe, maafin banget kemarin-kemarin aku super sibuk jadi ya gitu kadang ponsel pun nggak pegang, maafin kengaretan aku ini ya :") Mohon maaf lah! Mumpung lagi cuti(azeeek libur nih yeu) dan belum PPDB insyaaAllah sering up deh ahaha nggak janji lho ya!

Ah iya, masalah sub judul nya "Hello, Bwx!" jadi Bwx itu adalah nama Banyuwangi kalau naik pesawat menuju atau pun dari Bandara Banyuwangi gitu lho, kan kalian ada bagasi tuh nah tempelan di barang bagasi kalian itu pasti ada tulisan Bwx nya ehehe, anggep nama lainnya Banyuwangi deh. Jadi gitu deh, next kapan ya? secepatnya deh doain biar nilai bagus dan lancar semuanya termasuk tidak ada keterlambatan up sampai sekian lama okay?

Sekian maaf kalau banyak typo alur nggak nyambung dsb. Saya cuma pemula :") see you on next chapter :*

Wassalamu'alaikum.

SayendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang