"Ret" panggil ray dan berhasil memegang tanganku, namun bajuku berhasil menyelamatkan ku. "Lepasin ray" ucapku risih. "Sorry ret gue gak mak.." ucapnya belum selesai namun telah ku potong.
"Gue mau pulang" ucapku segera. "Oke kita pulang" jawabnya. Kemudian aku mengikuti dia menuju mobilnya. "Lho terus deeva gimana?" aku cukup kaget bahwa ray juga ikut pulang.
"Terus lo mau pulang sama siapa kalo gue gak anterin lo" Tapi memang sih kalo gak ada ray aku pulang sama siapa. "Tapi gue gak enak sama deeva. Harusnya kan lo ada di sisinya ray" lagi dan lagi kata-kata ku bullshit, hatiku senang namun mulut ini yang gatal ingin bicara hanya untuk sekadar basa-basi.
"Udahlah gapapa, lagian gue siapanya deeva harus selalu disampingnya. Lagian gue harus tanggung jawab sama lo. Gue ga mau ya di demo sama om,tante dan kak devan gara-gara gak nganterin lo pulang" jelasnya panjang lebar di sertai ketawa ringan.
"Iya deh serah lo, but thank's and sorry. gue jadi repotin lo. Tapi entah kenapa gue gak nyaman di pesta itu. Lo tahu kan gue gak suka tempat yang rame" ucapku dengan rasa bersalah. Bukannya aku egois tapi aku benar-benar tidak nyaman berada di pesta itu. "It's ok no problem. Ini juga bukan salah lo. Wajar lo gak betah" aku hanya tersenyum menganggapi jawabannya itu. Entah angin dari mana aku malah terlelap di mobil ray.
rayfa POV
Sebenarnya aku sedikit tak rela meninggalkan deeva apalagi aku belum menyampaikan perasaan ku. Sebenarnya aku ingin langsung mengkhitbahnya namun entahlah ada keraguan yang hinggap di hatiku. Aku juga kesihan melihat rettala yang sepertinya tidak nyaman di pesta itu. Aku mengetahui kalo rettala memang tidak menyukai tempat yang ramai apalagi banyak orang asing. aku mencoba meyakinkannya untuk tidak merasa bersalah karena dia yang memaksa ingin pulang.
Sedari tadi aku hanya fokus menyetir dan tidak sadar bahwa perempuan di samping ku sudah terlelap di bawah alam sadarnya. Dia begitu tampak tenang. Lama kelamaan kepalanya menyender di bahuku. Awalnya aku ingin memindahakannya namun melihat dia yang kelelahan dan nyenyak membuat ku tak tega dan membiarkannya.
sudah beberapa kali aku hampir menyentuh kulitnya. Aku merasa menjadi laki-laki brengsek yang ingin menyentuh wanita. Aku baru ingat seorang rettala yuana reavani, dia tidak akan dengan mudahnya membiarkan lelaki yang bukan muhrimnya menyentuhnya. Walaupun emang aku jarang sekali kontak kulit dengan wanita namun entahlah aku selalu saja repleks.
terdengar nada dering dari ponselku dan itu membuat wanita di sampingku terjaga. Dia mengerjapkan matanya sangat lucu. "ada apa?" tanyanya yang belum sadar sepenuhnya bahkan dia tidak sadar kalo dari tadi dia telah tidur di bahuku. "Deeva nelpon, tolong angkat dong terus loudspeker". Ucapku dia hanya berdehem dan mengangakat telpon dari deeva.
hallo ray kamu dimana sih_deeva
"Kita di mobil deev"
Kita? Maksud kamu
"aku sama rettala"
Oh
Terdengar deev yang menghela nafas bete, mungkin dia cemburu. Dan membuat aku gemas terhadapnya."Udah gak usah ngambek, sorry aku sama rettala pulang duluan. Tadi ada kendala. Tapi aku janji nanti kita lunch bareng deh. Okeh. Dan jangan lupa di pake kadonya"
Hmm
Setelah itu sambungan terputus. Kebiasaan seorang sadeeva jika aku membuatnya bete. sebenernya walaupun kita tidak terikat status tapi kita seperti orang pacaran pada umumnya. aku lihat rettala hanya memandang kaca jendela mobil entah kenapa dia juga terlihat bete. tapi dia sepertinya tertidur kembali.
Setelah 35 menit perjalanan akhirnya kita sampai di rumah rettala. Aku mencoba membangunkannya tapi ternyata dia sudah terbangun. "Mampir dulu yuk" ajaknya. aku hanya mengangguk dan mengikutinya memasuki rumah yang sangat luas,mewah namun elegan.
"Assalamualaikum " ucapku dan retta barengan. "Waalaikumsalam, kalian udah dateng masuk dulu yuk. Eh ray mendingan kamu masukin dulu mobil kamu ke gerasi gih" tante ayra yang menyambut kami. Namun kalimat akhirnya membuatku sedikit bingung.
"Em tante tapi kan aku mau pulang lagi" jawabku. " udah kamu masukin dulu mobilnya ntar tante jelasin".
aku pun hanya menurut dan memikirkan mobilku di garasi bersama dengan mobil-mobil mewah lainya milik keluarga om alvan."Jadi gini lho ray, tadi mama kamu nelpon tante. Dia bilang semua orang rumah lagi gak ada katanya mau ke rumah sakit. Sepupu kamu ada yang lahiran. Terus dirumah gak ada siapa-siapa, satpam juga gak ada jadi kuncinya dibawa juga. Katanya kamu di telfonin gak di angkat jadi dia minta kamu buat nginep aja dulu disini untuk malam ini lagian besok kan weekend". penjelasan tante membuat aku hanya manggut-manggut. Ini pertama kali aku nginep dirumah ini.
Rettala POV
Sungguh demi apa rayfa akan nginep di sini. Bahkan hal itu tak pernah terpikir sama sekali. "Oh ya kamar tamu nya lagi di renov semua. Jadi kamu tidur di kamar rettala aja ya" what papah nyuruh ray buat tidur di kamarku, apa gak salah.
" kamu tidur di kamar bang devan aja ya ret kamu kan tahu kak devan gimana kalo lagi tidur. Mana kamarnya kayak kapal pecah lagi. Dan yang paling nyaman itu kamar kamu. Oh dan kasih baju devan buat ganti baju ray ret" ucap ayah kembali. Memang kak devan itu kalo lagi tidur bikin ilfeel dan gak nyaman, tapi biasanya kalo aku tidur sama dia. Dia akan menggelar kasur di bawah ranjang.
"oke, sekalian aku tunjukin kamarnya aja" aja ku kepada ray yang membuntutiku sampai depan kamar setelah kami berpamitan kepada buna sama papah. "Ini kamar gue, semoga nyaman deh for night" ucapku.
"It's oke kamarnya nyaman banget. Beda sama kamar gue" balasnya terlihat antusias. "Syukur deh, kalo lo laper kebawah aja atau bangunin gue. Gue dikamar sebelah. nih baju gantinya. Kalo ada apa-apa gak usah sungkan buat bangunin gue lho ya". Ucapku lagi panjang lebar.
"Iya-iya talalala. Cerewet banget dah. Thank's ya jadi repotin lo sama keluarga lo". jawabnya membuatku terkekeh. "lo ini kayak sama siapa aja, emang biasanya lo nyusahin gue kan". Ucapku dengan bergurau. "Iya deh lo mah the best jadi gue repotin mulu,hehe. Udah deh sana lo istirahat, night talalala". aku cukup senang ketika di awal kalimat ini tapi kalimat akhirnya aku cukup kesal. " gue ini rettala bukan lalala. Yaudah night too awas ileran kena bantal gue". Terdengar dia tertawa ringan setelah aku mengucapkan itu.
23.00
Aku masih saja berkutat dengan laptopku. Setelah tadi mengantar ray menuju kamar ku,aku tidak langsung tidur melainkan aku melanjutkan pekerjaan yang sempat terbengkalai. Ditemani dengan secangkir coffee latte dan beberapa makanan ringan yang sedikit menghilangkan rasa kantuk. Dan tak lupa ada kak devan disampingku yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri.
kak devan memang abang terbaek, dia selalu menemani aku jika aku lembur baik itu di rumah atau dirumah sakit. Dia selalu bilang "gue gak mau ya adek kesayangan gue nanti pingsan tiba-tiba karena kelelahan kerja nanti lo di telantarin karena gak ada yang bisa ngangkat lo,secara lo kan beratnya minta di tampol". Memang alasannya membuatku kesal tapi aku tahu kalo sebenarnya dia itu khawatir. Terdengar suara pintu di buka dari atas.
Drret
Aku lihat ke arah tangga dan disana terdapat ray yang sekarang berjalan menuju arahku, dan tentu aku masih menggunakan hijab. "Kok kalian belum tidur?" tanyanya kepada kami berdua.
"tahu tuh adek gue kerja mulu, gak pagi,siang,sore,malem kerjaannya kerja mulu". Huh kak devan emang nyebelin. "biarin dong daripada lo, seharian genitin ciwi-ciwi tapi gak ada tuh yang yantol" balasku dengan menahan tawa takut buna sama papah ikut terbangun, ray pun ikut tertawa kecil sementara kak devan cemberut.
#assalamualaikum temen-temen, gimana masih bosen? Stay terus oke di why me ini. jangan lupa follow akun aku @deratiana yaa guys. Jangan lupa juga vote n comment. Bye-bye. Wassalamualaikum #
KAMU SEDANG MEMBACA
why me?
Teen FictionAku sadar aku tidak bisa seperti dia yang kamu inginkan. tapi aku mohon tengoklah aku yang jauh di belakangmu. tunggulah aku untuk mengejarmu, agar aku bisa sejajar denganmu. 10 tahun aku menunggu kamu. Ketika aku menyerah kau memberi ku harapan, ke...