10

29 1 2
                                    

Author POV's

Setelah sampai dirumah sakit mereka bertiga bergegas memasuki ruangan retta katena memang retta itu memiliki ruangan khusus begitu pula dengan ray yang memiliki ruangan khusus di WH.

"Eh ruangan lo di samping ray ret?" tanya vanna karena ia melihat nama dr. Rayfa di pintu sebelahnya.

Retta hanya mengangguk sebagai balasannya. "Ret kita nungggu di kantin atau taman aja deh ya, lo juga takutnya ada pasien" ucap alisa ketika mereka sudah berada di ruangan retta.

"Hmm gapapa nih, sory ya gue juga gak bisa ninggalin ini. Atau kalo kalian bosen masa dari sekarang sampe siang di sini, meningan kalian jalan-jalan aja dulu di sekitaran rumah sakit tuh kan banyak taman-taman terus apalah terserah pokoknya mau kemana. Entar siang kalo udah beres entar gue telpon okeh". Ucap retta merasa bersalah tapi dia juga harus bertanggung jawab atas pekerjaannya ini.

" it's ok. Udah lah gapapa kok iya kan lis. Yaudah kita pergi dulu lo baik-baik lho ya. Entar hubungin aja okay. Yaudah yuk lis". Jawab vanna meyakinkan retta bahwa mereka baik-baik saja.

"Iya santai aja kayak dipantai. Cusss. Assalamualikum" sambung alisa dan diakhiri salam dari keduanya.

"Waalaikumsalam hati hati ya"

Retta kembali ke pekerjaan nya dia membuka berkas-berkas yang berisi data pasien yang harus ia tangani.

Tok..tok...tok

"Masuk" sahut retta. Kemuadian seseorang  dengan jas putih yang sama seperti retta membuka pintu dan memasuki ruangan itu dengan wajah terkejut.

"Ada apa ray?" seseorang itu rayfa.

"Kok lo disini sih katanya bang kevin yang mau gantiin lo" tanya ray dengan nada heran. Pantas saja jika ia heran karena tadi pagi dia mendapatkan pesan dari wanita yang ada didepannya ini bahwa retta akan cutty.

"Iya tadi bang kevin nelfon gue katanya kak aisyah istrinya lagi sakit jadi gak jadi deh" balas retta tanpa melihat wajah ray. "Oh ya deeva gimana udah pulang?" sambungnya.

Rettala POV's

" belum dia belum pulang paling bentar lagi, tapi lo udah sehat kan?" jawab ray. Aku hanya mengangguk kemudian bangkit dari kursi. "Ray gue ke lantai atas dulu yah ada yang perlu diurus" ucapku kemudian pergi setelah mengucapkan salam.

Aku memutuskan untuk menggunakan tangga saja karena lift dari tadi penuh terus.
Setelah sampai ditangga keenam aku melihat seseorang yang aku pun tidak melihat wajahnya turun dari atas kemudian dia mendorong ku dengan kuat sehingga aku tidak bisa menjaga keseimbangan ku dan berakhir aku terjatuh. Kebetulan disini sangat sepi sekali.

" ahhhhkk" teriakku. Aku lihat orang itu kembali ke atas. Apa maksudnya ini. Sungguh kakiku sangat sangat sakit bahkan aku sudah menangis sekarang ini. "Retta" ujar seseorang dari arah belakangku ku yakini itu pasti ray.

Rayfa POV's

"Retta" teriaku. Ada apa ini dia bahkan menjerit-jerit kesakitan dan datang beberapa suster. "Ray tolong sakit" ucapnya lirih dengan air mata yang mengalir. Tidak ada cara lain aku harus menggendongnya.

" maaf retta boleh saya gendong?" tanyaku karena bagaimanapun aku harus minta persetujuannya dulu. Aku juga menggunakan bahasa formal karena ada beberapa suster.

"Aaawwww" jeritnya lagi. Tanpa pikir panjang aku langsung menggendongnya. Dia terus memukuli dadaku dengan berurai air mata. "Lepasin" ucapnya dengan sangat lirih mungkin dia sudah lelah.

"Maaf ret maaf banget gue gak maksud tapi gue gak mau lihat lo kesakitan". Jawabku dengan lirih pula karena aku pun merasa bersalah telah menggendongnya seperti ini. Jujur baru pertama kali aku menggendong seorang perempuan dan aku yakini kalo retta juga untuk pertamakalinya digendong oleh seseorang yang bukan muhrimnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

why me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang