Twenty Six

1.1K 105 7
                                    

Dua hari Suga dirawat. Dua hari juga Suga belum sadarkan diri. Masih diruang yang sama dengan suara alat yang mengisi ruangan.

Wendy masih tampak setia menunggu suaminya itu. Tanpa memikirkan kesehatannya. Padahal ia tidak hidup sendiri, ada bayi yang sedang ia kandung.

Wendy yang sudah lama tidak kontrol dari awal ia hamil. Hari ini memutuskan untuk memeriksa kandungannya. Ia meninggalkan Suga diruang rawatnya sedirian.

"Sayang, aku pergi dulu."

Diam- diam ada yang memperhatikan Wendy. Dia arwahnya Suga.

"maaf kalo aku tidak bisa menemanimu."

Arwah Suga mengikuti Wendy pergi.

Tidak lama kemudian, setelah kepergian mereka. Ada seseorang misterius yang masuk kedalam ruang rawat Suga. Berpenampilan serba hitam layaknya seorang pencuri.

Orang itu terus memperhatikan sekitar. Takut rencanya gagal. Saat sudah merasa aman ia baru masuk kedalam.

Ia melihat seorang laki pucat yang sedang tidur tidak berdaya. Untuk bertahan hidup saja ia membutuhkan beberapa alat yang menyiksa tubuhnya. Dan suara berisik alat yang mengisi ruangan terlihat begitu menyedihkan.

Laki - laki misterius itu membuka topengnya. Terlihat wajah yang miri dengan laki - laki pucat yang sedang berbaring itu. Laki - laki itu ternyata Yonki, adik kandung Suga. Ia sama sekali belum melihat kondisi kakaknya itu sejak kejadian kemarin.

Yonki mentap Suga dengan tatapan kebencian, tangannya mengepal. Air matanya tiba - tiba saja jatuh. 'hyung, aku tidak tahu perasaanku saat ini. Aku membencimu karena sudah membuat ayah sepertimu. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika ayah pergi hanya karena ulahmu. Kamu kenapa begitu jahat? Aku tahu kalo kamu membenci ayah dari dulu. Tapi apa pantas anak bersikap seperti itu terhadap orang tuanya? Aku sangat membencimu hyung. Aku tudak menyangka kalo kau bisa sejahat itu.'

Tiba - tiba tangan Yonki yang dari tadi sudah mengepal kuat itu berpindah. Ia melepas alat pernapasan yang Suga pakai. 'maafkan aku. Tapi aku lebih suka kalau kau yang mati.'

Arwah Suga yang dari tadi sedang mengikuti Wendy tiba - tiba berhenti. Rasanya ada yang menariknya. Ia berhenti diruang rawatnya sendiri. Melihat apa yang sedang Yonki lakukan.

'Apa yang kau lakukan bodoh?'

Arwah Suga menghampiri Yonki. Ia tudak menyangka dengan apa yang ia lihat.

Saat ini Yonki sedang mencekik leher Suga membuat Suga yang sedang berbaring lemah itu kehabisan nafas. Suara alat diruangan itu terdengar berisik sekali dari dalem. Yonki melakukan itu sambil menangis.

'Aaaaaaaa.... Jimin tolong aku!'





"hah?" Jimin yang sedang tertidur itu tiba - tiba saja terbangun.

Ia langsung bergegas pergi menuju rumah sakit. Ia berlari menuju lift dan tiba didepan ruang rawat Suga.

Ia membuka pintu dengan kasar, melihat apa yang sedang terjadi. Jimin tidak menyangka dengan apa yang ia lihat sekarang.

Jimin menepis bahu Yonki, ia mendorong tubuh laki - laki yang lebih muda darinya. Jimin langsung memencet tombol pertolongan yang ada diruangan Suga. Lalu ia melihat Yonki yang lari keluar.

"Lu harus kuat Yoon gua yakin lu kuat."

Jimin melihat layar monitor yang memperlihatkan detak jantung Suga menurun begitu cepet. Suga masih kejang - kejang. Tidak lama kemudian dokter dan tim medis lainnya datang dan memeriksa Suga.

Jimin keluar, membiarkan dokter menangani ini semua. Pikirannya saat ini kacau, ia takut jika temannya itu tidak tertolong, jika itu sampai terjadi. Ia skan menghabisi orang itu. Dan yang masih membuatnya kesal, kenapa Yonki melakukan itu. Kenapa ia bisa sejahat itu dengan kakanya sendiri. Padahl jelas - jelas ini semua karena dia.

Jimin berjalan mencari dimana ayahnya Suga dirawat. Ia yakin jika Yonkin pasti berada disana.

To be countinue

[ON GOING] Rumah Tangga ✔ MYGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang