Bulan purnama menampakkan sinar penuhnya di langit malam. Udara dingin yang berhembus kencang, menggoyangkan lentera yang tergantung di setiap sudut rumah. Suara genta di bawah jendela, membuat penghuni rumah besar tersebut terjaga. Seorang pelayan pria berjalan memasuki rumah tersebut dengan tergopoh-gopoh, wajahnya dipenuhi gurat kegelisahan yang kentara.
"Dimana putra mahkota?" tanyanya dengan suara bergetar pada pelayan wanita yang datang menghampirinya.
"Putra mahkota sudah tidur di dalam kamarnya," jelas wanita separuh baya dengan heran melihat sikap tidak biasa yang ditunjukkan oleh Mao Seng.
"Dia berada dalam bahaya! Cepat bawa pergi dia dari sini!" ujarnya dengan panik dan ketakutan. Dia masuk ke dalam rumah, setengah berlari untuk menuju kamar sang putra mahkota. Pelayan wanita dibelakangnya yang masih dikuasai oleh kebingungan, mengekor di belakang Mao Seng. Mereka terkejut sesampainya di kamar sang putra mahkota, mendapati jika kamarnya berantakan dan seseorang yang menghuninya tidak ada disana.
"Dimana putra mahkota?" tanya Mao Seng penuh kecemasan. Ketakutannya kian menjadi saat mendengar suara pedang yang saling beradu dari arah luar rumah.
"Apa yang sebenarnya terjadi kasim Mao!" tuntut pelayan itu mulai panik mendengar keributan di luar rumah.
"Ada belasan orang-orang berpakaian hitam sedang mengincar nyawa putra mahkota. Kita harus segera menemukannya!" terang Mao Seng.
Pelayan Cao terkejut setengah mati mendengar penjelasan itu. Mereka bergerak cepat menyisir semua sudut rumah, namun tak menemukan keberadaan sang putra mahkota dimanapun. Ketakutan mereka kian menjadi kenyataan saat mendengar pintu rumah di dobrak secara paksa. Terdengar belasan derap langkah kaki memasuki rumah. Mereka kian diliputi kecemasan luar biasa.
Orang-orang berpakaian hitam itu mengarahkan pedangnya pada Mao Seng dan pelayan Cao. "Dimana putra mahkota?" tanyanya dibalik penutup wajahnya.
Tubuh keduanya sudah bergetar dengan hebat merasakan bilah pedang yang dingin menyentuh kulit mereka.
"Ka-kami tidak tahu, tuan. Pu-putra ma-mahkota sudah ti-tidak ada di da-dalam kamarnya," terang pelayan Cao dengan terbata-bata. Dia jatuh berlutut sembari menangkupkan kedua tangannya, meminta mereka untuk tidak membunuhnya. Sementara kasim Mao mencoba untuk tetap tenang meskipun saat ini kedua kakinya dan tubuhnya gemetaran.
Pria itu kemudian berpaling menatap Mao Seng yang terlihat tetap berusaha tenang meskipun mata pedangnya sudah menempel di lehernya. "Dimana dia? Atau aku akan membuat kepalamu terpisah dari tubuhmu?!" tanya pria itu penuh ancaman.
Mao Seng tentu saja ketakutan merasakan mata pedang pria itu sudah menggores lehernya, namun dia juga tidak bisa menjawab pertanyaan dari pria itu. Karena dia sendiripun tidak tahu tentang keberadaan putra mahkota saat ini.
"Putra mahkota tidak ada disini," jelas Mao Seng, berusaha menutupi ketakutannya. "Dia sudah tidak ada di kamarnya saat kami sampai," ungkap Mao Seng jujur.
Pria yang menjadi pemimpin kelompok itu memberikan isyarat pada yang lain untuk mencari keberadaan putra mahkota diseluruh tempat.
"Dia tidak ada di sini, tuan." Salah seorang pria melapor padanya. Pria itu kemudian menatap kasim Mao dan pelayan Cao dengan marah. Ia mengayunkan pedangnya menyayat leher pelayan Cao hingga membuatnya tewas seketika, sementara itu dia menebas perut kasim Mao dan membuat tubuhnya tumbang seketika.
Mereka segera meninggalkan rumah dalam kondisi yang berantakan. Tak menyadari bahwa kasim Mao masih bernapas dan menjadi satu-satunya saksi dalam tragedi malam itu.
**The Crown Royal Prince**
•
•Ini adalah projects saya yang kedua untuk cerita kingdom series setelah REBIRTH series
Disini tidak mengandung unsur sejarah manapun, budaya ataupun agama manapun, hanya murni dari imajinasi author sendiriSemoga teman-teman bisa menikmati cerita ini seperti halnya REBIRTH book I 😊
Jangan lupa tekan vote jika menyukai cerita ini dan tinggalkan review yaaaBest Regard
-Indah-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Royal Prince
Fantasy18+ Sejak kecil, Han Yuan tidak menyukai status dan gelarnya sebagai putra mahkota kerajaan Yang Han. Yuan sering menyelinap keluar istana dan bermimpi untuk menikmati kehidupannya sebagai rakyat biasa. Namun disisi lain, konspirasi politik yang ter...