Mellt

6.9K 451 90
                                    

Langit yang hitam pekat dengan sesekali kilat menyambar menghantar gemuruh dan gelegar nyaring. Langit menumpahkan airnya dengan deras seperti hendak menyapu apa yang ada dibawah langit.
Di gelapnya sebuah gudang tak terpakai disebuah dermaga, hanya ada cahaya dari api unggun yang menerangi tempat itu—namun tak sampai seluruhnya dapat diterangi. Suara isakan lirih dari seorang remaja manis sarat ketakutan tak membuat 43 kepala disana merasa simpati padanya. Sebagian dari mereka menatap mencemoh, dan sebagian lagi benar-benar tak peduli sama sekali.

Diantara orang-orang yang menyiksa sosok remaja manis itu, pemimpin mereka, sosok lelaki yang duduk dengan angkuh di atas sebuah peti (yang biasa di gunakan sebagai wadah buah) memainkan ponsel si remaja. Ia membuka kontak yang ternyata hanya menyimpan satu nomor.

Melihat dari poto profil yang di pasang pada kontak itu,  si lelaki yakin dialah orang yang tengah dicari. Jadi, tanpa basa-basi ia segera menghubungi nomor tersebut.

Suara dering sambungan terdengar nyaring, ditambah suasana hening yang tiba-tiba tercipta.

“Kau ada dimana sih? Ini sudah pukul 10 malam dan kau belum juga kembali?!” Nada khawatir jelas terbaca dari intonasi suaranya,  membuat sosok remaja tadi menggeleng sambil menangis.

"Dengar... Cepat datang ke dermaga X di gudang bekas dalam waktu 15 menit. Jika kau tak datang maka si manis itu akan menjadi santapan kami semua! " si lelaki angkuh menatap 1 diantara 2 lelaki yang tengah menyiksa remaja manis itu.

Melihat kode yang diberikan oleh pemimpinnya, ia segera menjambak rambut remaja itu sehingga membuatnya mengerang kesakitan, namun suaranya tak lepas karena mulut remaja itu disumpal oleh kain.

"...Kau dengar?" tanya lelaki itu sambil menyeringai.

"Sekki___" sambungan dimatikan secara sepihak. Lelaki itu berdiri dan berjalan kearah si remaja yang ketakutan. Berjongkok dihadapannya lalu menampar remaja itu dengan rambut masih dalam jambakan anak buah lelaki dihadapannya.

Plakkk
"... Kau manis.. Sayang bukan type-ku," ujar lelaki itu sambil bangkit berdiri lalu mengkode kedua anak buahnya untuk menyiksa si remaja.
"Kita lihat, apa dia akan datang dalam 15 menit?"

Hujan yang sangat lebat tak membuat sosok remaja yang masih duduk di bangku kelas 7 akhir itu memelankan laju motornya. Tak juga ia pedulikan terpaan air hujan dingin bak tombak menghantam tubuhnya.
Motornya melaju diatas kecepatan maksimum untuk seorang pengendara motor, terlebih bahwa ia belum legal sama sekali.
Hingga dengan kecepatannya itu, ia sampai dengan cepat ke dermaga yang di sebutkan oleh seseorang yang menghubunginya tadi.

Tanpa kenal takut, remaja itu menerobos pintu kayu usang gudang yang dimaksudkan dalam percakapannya tadi. Semua terkejut melihat aksi nekat si remaja. Memang benar semua dapat mendengar laju motor mendekat, tapi siapa yang tahu akan diterobos dengan lancang begitu.

Remaja itu turun, melepas helm yang ia pakai lalu berjalan mendekati orang-orang disana.
Ia berbicara dengan lantang,
"Tiga belas menit, empat puluh tiga detik. Well,  satu menit tujuh belas detik lebih cepat bukan?"

Sang pemimpin menggeram kesal dengan tingkah congkak si remaja. Dengan kesal, ia menyuruh semua anak buahnya mengelilingi remaja itu. 20 dibarisan depan, dan 20 lagi melingkari dibelakang lingkaran sebelumnya. Sementara 2 lainnya menjaga tahanan mereka, dan 1 orang (pemimpin mereka) duduk kembali diatas peti buah dan menyaksikan adegan didepannya.

Remaja itu berjinjit mengintip dari celah orang-orang yang mengelilinginya.
"Eoy Jihoon-ah, gwaenchanha?" tanya remaja itu dan hanya mendapat balasan berupa "hmmm" beberapa kali.
Remaja itu mengangguk lalu menggaruk kepalanya.

"Well, sebenarnya aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan, tapi yasudahlah!"

Hening. Bahkan korban kekerasan itu (Jihoon) hanya menatap sang 'penolong' dengan wajah datar. Tiba-tiba,

"Fftt.." salah satu yang mengelilingi remaja itu menahan tawanya dan langsung di tatap datar oleh remaja dihadapannya.

"Eoy! Kau tertawa.." ucap remaja itu datar.

"Tidak. Aku tid___" HABUAKK... BRUKK
"UKH!!! Aaaaarrggghh"

Tanpa disadari kapan pergerakan remaja itu, lelaki yang tadi menahan tawanya mendapat pukulan maut di rahangnya, membuat ia langsung terjengkang kesakitan sambil memegangi rahangnya.
Sementara itu si remaja memegang tangan kanannya yang tengah ia putarkan hingga terdengar suara seperti tulang patah yang nyaring.

"Tanganku sedang sakit saat ini. Jika kalian hanya ingin main-main, sebaiknya pikirkan lagi sebelum kubuat kalian... Mati!"

Prok prok prok
Suara tepukan tangan dari pemimpin komplotan itu mengalihkan atensi mereka.
"Waw! Kau sepertinya kuat. Habisi saja bocah tengil ini!" titahnya. Bersamaan dengan perintah 39 yang tersisa langsung menyerang si remaja.

Tampak wajah bodoh di tunjukan oleh anak itu. Jelas saja ini bukanlah pertarungan yang imbang mengingat remaja itu bahkan belum tumbuh tinggi, selain itu tubuhnya yang kecil berbanding terbalik dengan lawannya yang berbadan besar dan tinggi. Namun, remaja itu melempar senyum mengejek sebelum menghajar 39 orang dewasa. Pukul. Tendang. Banting. Dan beberapa gerakan lain ia layangkan hingga ketiga puluh sembilan itu mengerang kesakitan di lantai yang dingin. Bahkan sebagian dari mereka ada yang sudah tak sadarkan diri dan ada juga yang sampai meninggal. Terkejut bukan main tiga orang yang tersisa. Pemimpin mereka lalu menyuruh dua anak buahnya yang tengah menjaga tahanan mereka untuk segera menyerang remaja tadi.

Nampaknya lawan kali ini berbeda, terbukti dengan beberapa kali remaja itu terkena pukulan yang bahkan sudut bibirnya sudah robek, tiga kali terlempar karena tendangan dan satu kali bantingan. Namun akhirnya remaja itu kembali menang dan berakhir dengan melawan satu orang tersisa. Pemimpin komplotan itu.

Lelaki itu meregangkan otot-otot tubuhnya. Ia maju hingga berjarak dua meter dengan anak tadi. Memasang kuda-kuda dan langsung melayangkan tendangan. Remaja tadi dengan sigap melindungi wajah sampingnya dengan kedua tangan walau akhirnya ia harus tersungkur juga.

Beberapa kali si remaja terkena pukulan hingga wajahnya nyaris basah oleh darah dari luka-luka yang didapatnya. Namun ia terus melawan hingga keduanya kepayahan.

Remaja itu lalu menendang dengkul lelaki dihadapannya hingga jatuh berlutut, sementara siremaja melakukan salto dan menghantam kepala lelaki dewasa itu hingga menghantam tanah dengan keras.

Nafas memburu dengan dada naik turun, namun remaja itu masih berdiri dengan tangguh walau tubuh sudah penuh luka. Ia membungkuk menarik kasar rambut lelaki dewasa itu.
"Heh.. Dengar baik-baik, jika kau mengganggu semua milikku,  maka kau akan tamat di tanganku! Cuihhh" Bukk

Setelah memberi peringatan pada lelaki itu,  si remaja meludah tepat di wajahnya dan melayangkan satu pukulan kuat hingga lelaki itu jatuh dan tak sadarkan diri.

"Hhhmmmm" remaja itu mendekat kearah Jihoon yang terluka setelah dijadikan umpan. Pertama dibukanya tali pada kaki,  lalu tangan dan terakhir mulut.
"Jisung-a" Jihoon itu langsung menabrak sang penyelamat dan menangis didadanya.
"Uljima.. Semua sudah selesai Jihoon-a" remaja bernama Jisung segera menggendong bridal style Jihoon. Namun mata Jisung bertemu pandang dengan salah seorang yang ia hajar masih sadarkan diri.
"Heh.. Katakan pada bos mu, aku.. Mellt Park tak akan segan menghancurkan siapapun yang berani menyentuh miliknya!" setelah mengucapkan itu, Jisung atau Mellt Park segera berlalu. Mendudukan Jihoon diatas motor, lalu pergi dari tempat itu.

Next? Or NOT?
VOMENT GUYS

2 juli 2019

Update: 20 Jul 2019

Words: 1095 story / 1112

bucinya_win2

MELLT (번개) [Ongoing / Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang