Sekolah

3.7K 298 36
                                    

Pagi yang cerah mengawali aktifitas sebagian besar penduduk di kota Seoul. Tak terkecuali seorang remaja berusia 16 tahun yang kini tengah mematut dirinya didepan cermin full body.
Kemeja putih bersih ia masukan kedalam celananya. Dasi yang terikat dengan sempurna di leher, nampak sangat pas. Sebuah rompi dengan nametag  yang nampak masih mengkilap terpasang di dada kanannya, terakhir ia memakai almamater yang juga terdapat nametag di dada kanannya.

tatanan penampilan pakaiannya sangat rapi mencerminkan sosok teladan dan disiplin.

Ia lalu mengambil sisir. Menyisir rambut brown sugarnya hingga rapih dan menutupi keningnya.

Kembali ia memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Nerd. Itulah kesan yang tersampaikan dari sosok remaja tampan itu.

"Kau tampan" seorang remaja lain berwajah manis muncul dan menatap kagum sosok disampingnya melalui pantulan cermin. Sedangkan yang diberi pujian hanya melirikkan matanya pada sosok disampingnya melalui pantulan cermin pula. Keduanya saling bertatapan. Bedanya hanya saja remaja manis itu tersenyum kagum, sementara yang satunya melirik malas diatas wajah datarnya.

Senyum remaja manis itu semakin lebar, ia berbalik merentangkan tangannya hendak memeluk,
"Jisung-aaaaaa~~" namun belum sempat di peluk, si remaja berwajah datar itu segera berbalik dan berjalan menuju meja belajarnya untuk mengambil tas sekolah yang semua peralatannya telah ia siapkan jauh hari sebelum ajaran baru dimulai.

"Kyaaaa!" Grubak
Jatuh. Tapi sosok bernama Jisung itu sama sekali tak peduli dan malah kembali mengecek barang-barang sekolahnya—yang bahkan sebelum berpakaian anak itu sudah memeriksanya.

"Jihoon-ie, Jisung-a, ayo turun dan sarapan"

Suara panggilan seorang wanita terdengar keduanya. Cepat-cepat Jisung keluar dari kamar sambil menenteng tas sekolahnya.

"Jihoon-a, cepat turun. Jangan buat Papa dan Mama menunggu mu!" perintah mutlak itu keluar dari mulut sang adik Park Jisung,  anak yang irit bicara, berwajah datar, sedikit anti sosial dan tak mau susah, yang anehnya justru bertindak seperti seorang Kakak, yang jelas-jelas Jisung dua tahun dibawahnya dan baru memasuki jenjang SMA.

Tak mau cari masalah, Park Jihoon kakak Jisung itu segera turun mengikuti langkah tegap sang adik.

"Selamat pagi, Ma" sapa Jisung begitu masuk keruang makan. Ia mengecup pipi sang ibu yang sedikit tirus karena faktor usia.

Park Luhan, wanita yang sudah melahirkan anak-anak lelaki yang tampan dan juga manis, wanita yang sangat amat menyayangi keluarganya itu tersenyum senang melihat putra bungsunya telah tumbuh dewasa dan sangat mirip dengan suaminya itu.

"Pagi juga sayang.. Ini hari pertamamu sekolah SMA. Semangat ya" ucap Luhan memberi semangat untuk putranya. Jisung hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Sungguh sifat ayahnya sekali.

"Selamat pagi semua—oh, Jihoon belum turun?" Park Sehun, kepala keluarga Park. Suami dari Luhan dan Ayah dari Jihoon dan Jisung. Ia menatap wajah istri dan putra bungsungnya secara bergantian.

"Mungkin sebentar lagi. Tadi ia mengikutiku, tapi entah kemana sekarang. Mungkin ada yang tertinggal__"
"PAGIIIII~~~" Teriakan nyaring membuat Luhan menahan emosinya, Jisung yang menatap malas dan Sehun yang mendesah lelah karena putra sulungnya.

"Jihoon-a, ini masih pagi dan jangan teriak. Sekarang ayo duduk dan kita mulai sarapan kita!" titah Sehun dan dituruti ketiganya.

Sehun memperhatikan penampilan kedua putranya yang jelas sekali perbedaannya.
"Jisung-a, rapih sekali penampilanmu" puji Sehun. Jisung menatap lurus kearah masakan yang ada di meja—bukan karena lapar, ia hanya memandang kosong kedepannya.

MELLT (번개) [Ongoing / Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang