#Storypenses1
Bagaimana rasanya menjadi seorang istri tapi tak pernah dianggap oleh suami mu sendiri. Kamu menjalankan semua kewajiban mu tanpa ada satupun yang terlewat, tapi semua itu tidak pernah di lihat oleh suami mu. Sampai satu rahasia terbon...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
4. Egois
~Aku dan kamu sama-sama keras kepala, yang membedakan adalah aku yang mengikuti kata hati, sedangkan kamu lebih mementingkan ego.~ •Berjalan diatas takdir•
🌻🌻🌻
"Dari mana saja kau?"
Rea semakin menunduk takut mendengar suara tajam juga dingin yang dikeluarkan suaminya, Gavlin. Rea tau kesalahannya kini memang sudah fatal, dia tau jika dia salah.
"JAWAB AKU!" sentak Gavlin.
Jantung Rea semakin berdetak kencang. Antara takut juga menahan sakit dihatinya. Rea berusaha untuk terlihat baik-baik saja.
"Ma...maafkan Aku mas, " ujar Rea terbata.
"Aku bertanya dari mana?" ucap Gavlin tajam.
"A...ku sendari tadi dirumah Anggi, " jawab Rea takut.
"Kenapa tidak minta ijin. Atau kau ingin memulai melawan suami mu?" ucap Gavlin marah.
"Buk_bukan begitu Mas.... " sanggah Rea cepat.
"Lalu apa hah! sekarang masuk dan jelaskan semuanya!" ucap Gavlin lalu menarik kasar tangan Rea, dan membawanya masuk ke dalam kamar mereka.
Sepanjang jalan Rea meringis menahan sakit ditangannya. Rea ingin menolak namun ia tak ingin semakin membuat masalah ini semakin larut dan malah berujung tak mengenakan.
Bruk!
Dengan kasar Gavlin mendorong tubuh Rea ke atas kasur. Tanpa memberi Rea waktu untuk bergerak, Gavlin langsung memegang kedua pundak sang istri. Tubuh Rea semakin bergetar hebat, dia takut, sungguh sangat takut. Gavlin tidak pernah semarah ini apalagi sampai bertindak kasar. Biasanya hanya ucapan pedas yang Gavlin keluarkan.
"Sekarang jelaskan?" perintah Gavlin dingin.
Dengan sesusah payah Rea berusaha untuk menahan ketakutannya. Kedua tangan Rea memegang sisi-sisi kasur dengan erat. Bohong jika Rea tidak takut.
"Ta...di siang Anggi tiba-tiba menelpon ku lewat telpon rumah. Dia berkata sangat penting. Aku sangat khawatir mendengarnya menangis. Tanpa berpikir panjang aku langsung pergi," jawab Rea bergetar.
"Lalu kenapa kau tak menelpon atau memberi ku sms?" tanya Gavlin lagi.
"Aku lupa membawa ponsel," jawab Rea.
"Kenapa tak memakai telpon sahabatmu?"
"Bukannya dulu mas pernah bil..."
"Owh jadi ini semua adalah salah aku begitu," potong Gavlin cepat.
"Bukan Mas, Bukan begitu" sanggah Rea takut.
"Lalu apa? Atau kau memang sengaja tak menelpon ku. Agar kau bisa bertemu dengan seseorang?" tuduh Gavlin cepat.