12. eighteen (18)

252 38 5
                                    

Luke duduk seperti anak kecil baru bertamu ke rumah tetangga. "Fin," panggilnya.

Sera yang sedang asik dengan laptopnya hanya mendengakkan palanya singkat seakan bertanya 'kenapa?'.

Luke melihat sekeliling kamar Sera, seraya mencoba menebak-nebak. "Hobi lo apaan sih?"

"Nulis," jawab Sera. "nyanyi juga lumayan. Gue lagi mau latihan gitar sih tapi gue mulai dari ukulele dulu."

"Lo punya ukulele?"

Sera mengangguk. "Disamping lemari buku, tuh."

Luke berjalan mengambil ukulele Sera. "Kalau gue bilang gue bikin lagu buat lo, lo percaya ngga, Fin?"

Sera mem-pause drama yang sedang di tontonnya, lalu menatap Luke beberapa detik, mencoba memastikan. Gadis itu lalu mengangguk. "Percaya."

"Judulnya 18." Luke mulai memetik ukulele itu pelan. "Anggep aja ini versi akustiknya ya, hehe."

Sera tersenyum melihat Luke yang sedang sibuk dengan ukulelenya. Ia terlihat lucu dengan alat musik kecil tersebut.

"I wish, that i was 18, do all the things you read in magazine. I'm not saying i wanna be Charlie Sheen." Luke lalu mendongak dan tersenyum seakan verse selanjutnya memang ditujukan untuk Sera. "She's just a little bit older, but i want to get to know her, but she said it's already over."

Sera tersenyum kecil. It's already over, huh?

"Baru segitu." Luke menaruh kembali ukulele milik Sera. "Makanya ayo, Fin, kita bikin memori bareng yang banyak. Satu, dua, sepuluh lagu pun, kalau tentang lo... pasti gue bikin."

***

Luke merebahkan dirinya di kasur. Ia baru saja sampai rumah setelah seharian menemani (baca: merecoki) Sera di rumahnya. Sera sudah mengeluh ratusan kali kalau ia harusnya bisa nonton drama dengan tenang dan damai tapi Luke malah menginvasi kesejahteraannya. Dari yang Luke perhatikan, sepertinya Sera sedang nonton drama korea bergenre action (karena ada adegan tembak-tembakan dan ada walkie talkie-nya)

Ada yang menganggu pikiran Luke. Ia merasa... Sera sedang menyukai seseorang. Tapi jelas, itu bukan dirinya. Dan memikirkan siapa yang disukai Sera membuat napasnya tak teratur dan dadanya sedikit sakit. Ia tidak rela.


Dua jam yang lalu, rumah Sera...

Luke mengintip-intip meja belajar Sera, kali saja ia menemukan foto Sera saat masih kecil. Pasti lucu. Dan ia pasti bisa membuat foto itu jadi bahan ledekan untuk Sera.

Lalu Luke melihat buku spiral berwarna putih tulang dan bergambar ikan paus yang sedikit lusuh di salah satu laci buku Sera. Ia lalu membuka buku itu. Tertulis 'Serafina Brooks' dengan rapi di halaman pertama buku itu. Saat Luke membuka-bukanya, ternyata itu buku puisi milik Sera.

Luke ingat, tadi saat ia tanya Sera memang bilang bahwa ia hobi menulis.

'Ternyata maksudnya nulis puisi' pikir Luke.

Diantara puisi-puisi yang di tulis Sera, ada satu puisi milik orang lain yang Luke asumsikan adalah puisi favorit gadis itu. Milik Lukas. W, begitu yang tertulis disana. Begini isinya:

i may be
the heavy cloud on a blue sky
or
the soft, gentle dancing wind.
or
the light that resonates the moon.
i may be
the cloudless, dull sky
or
the loud roar of the ocean.
i may be
anything i want to be
but
no matter how much i try
no matter how much i want
i, definitely,
cannot be
the one you love.

—Lukas W.
Not The One You Love.

Luke berpikir. Apa alasan Sera begitu menyukai puisi ini? Apa ada yang menyakitinya. Belum terjawab rasa penasarannya, Luke kembali menemukan puisi yang membuatnya semakin yakin kalau Sera sedang menyukai seseorang. Ini puisi yang Sera tulis sendiri:

satu graf.. dua graf.
boro-boro tersampaikan, terucap juga tidak.
jangan rindu, nanti gila. nanti sembilu.
perihnya amat sangat.

satu graf.. dua graf.
lirikan mata tak mampu mengantar pesan.
aku bilang, pernyataan itu penting!
tapi kamu melengos. pergi

satu graf.. dua graf.
aku mendengar. dan mendengar. dan mendengar.
tapi tak ada suara. lalu, aku bicara.
tapi.. tak jua ada telinga.

satu graf.. dua graf.
tidak bisu.
tidak tuli.
aksara, dia hanya tak cinta. itu saja.

──serafina brooks,
kisah satu arah

"Lagi ngapain sih, lo?" Sera tiba-tiba berbalik dari laptopnya. Luke buru-buru menutup buku itu. Untung tidak ketahuan.

"Nyari foto lo pas kecil," jawab Luke lalu tersenyum lebar. Sedikit agak dipaksakan.

Sera mengangkat sebelah alisnya. "Ngga akan ketemu. Ngga usah mimpi."


Luke mengganti posisi tidurnya lalu memeluk gulingnya dengan erat.

Siapa? Siapa yang menyakiti Sera?




hiliw! maaf ya lama apdet terus chap ini ga danta hehehe. dan puisi not the one you love itu emang fav gue bgt pluuus itu puisi yg gue cantumin disana, emang tulisan gue sendiri ya hehe.

kalian disini ada yg suka puisi puisi gt ga sih? coz i wrote dozen of it, kali aja ada yg mau baca?

adik kelas//luke.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang