Reaching For the Future

1.9K 224 5
                                    

Tak terasa mereka telah menjalani kuliah selama 4 tahun. Pada bulan Juli 2017, mereka akan diwisuda dengan gelar Cum Laude. Begitu pula dengan hubungan mereka. Tak terasa, mereka sudah menjalani hubungan selama 4 tahun lamanya. Kata Tay, alasan ia bertahan 4 tahun adalah untuk mengisi waktu kosong. Namun bagi New, dia merasa mempunyai keluarga.

Keluarga baru yang benar-benar peduli dengannya.

Tay sebenarnya pintar dan berotak encer. Sayang, perilakunya menutupi kelebihannya. Sebaliknya dengan New. Dari pandangan orang luar, New terlihat sebagai mahasiswa yang jarang belajar karena kesibukannya bekerja sambil berkuliah. Diam-diam, New menghafalkan seluruh materi kuliah sambil sibuk melayani pelanggan dan menuangkan wine. Tidak ada yang tidak mungkin bagi New. Buktinya saja, ia diberi gelar Cum Laude dengan peraih nilai tertinggi.

Sayangnya, di perayaan wisuda kali ini, New seorang diri. Orang tuanya tidak mau merayakan kelulusannya karena mereka lebih mementingkan ego. Tay sendiri dengan senang merayakan kelulusannya dengan keluarga besarnya yang jauh-jauh datang dari Indonesia.

Setelah perayaan selesai, New pulang ke apartemen dalam keadaan hampa. Tidak ada Tay yang setia menyambutnya dan menghiburnya jika ia datang ke rumah dalam keadaan sedih. Dibukanya kulkas. Roti Bagel sisa kemarin menjadi penawar kesedihannya. Tak terasa, air mata menetes di pipinya.

Aku kangen orang tuaku....

New mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan Tay pesan.

New
Di mana?

Tay
Aku sedang makan malam dengan keluargaku. Membosankan.

New
Coba kamu senyum. Pasti nggak bosan lagi.

Tay
Sudah. Masih bosan karena itu bukan solusi. Kamu di mana?

New
Di apartemen. Sendiri.

Tay
Sudah makan malam?

New
Sudah.

Tay
Pakai apa?

New
Bagel.

Tay
Itu bagel sisa kemarin! Jangan dimakan lagi! Kubawakan steik nanti. Kita pesta malam ini.

New
Kamu pulang jam berapa memang? Aku lapar sekarang.

Tay
Aku akan bujuk ayahku agar aku bisa pulang duluan. Wish me luck.

New mematikan ponselnya dan menatap nanar ke sekelilingnya. Apakah memang ia semenyedihkan itu sampai membuat Tay harus kabur dari makan malam keluarganya?

Tenggelam dalam lamunan, New kembali mempertanyakan eksistensinya di dunia ini. Ia ingin menjadi pelukis yang handal dan melambungkan namanya. Sayang, ia terlalu sibuk bekerja hingga melupakan passion yang masih menggebu-gebu dalam jiwanya.

New mengambil peralatan lukis dari gudang yang sudah lama tak disentuhnya. Dituangnya berbagai campuran warna. Dalam waktu singkat, ia telah melukis pemandangannya setiap pagi.

Tay makan sarapan di dapur dengan muka bantal dan rambut berantakan.

Momen kecil seperti ini yang membuat New merasa bahagia. Tay terlihat menggemaskan.

Diambilnya lagi kanvas baru. Ia mencoba melukis kenangan terindahnya saat kecil: berkeliling pasar dengan orang tuanya. Goresan awal New untuk melukis suasana pasar. Selanjutnya adalah melukis wajah orang tuanya. Namun, kuasnya tidak bergerak. Ia terhenti karena tidak bisa membayangkan ekspresi bahagia mereka.

Yang tersimpan dalam ingatannya sekarang hanyalah ekspresi emosi dan bentakan kasar.

"New! Aku bawa steik! Dan juga kabar baik!!!!" panggil Tay dari arah pintu.

We Used to be in Love | TAYNEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang