What's The Point of This Routine?

1.6K 188 1
                                    

[Tay's POV]

Sinar matahari yang terang-benderang dari arah jendela membuatku terbangun. Kulihat jam di ponselku. Ternyata, sudah siang. Kuraba kasur di sebelahku. Kosong. Sepertinya, New sudah pergi. Ini adalah hari Minggu, tapi, kenapa New sudah pergi?

Biasanya, kami menghabiskan weekend dengan menonton film seharian dan tidak bangkit dari kasur sama sekali. Tetapi, rutinitas ini sudah lama hilang sebulan belakang ini. New menemukan khasiat sea salt yang dicampurkan pada kopi. Jadilah, ia sibuk meracik resep kopi sea salt di kafe. Aku memutuskan untuk menelepon New.

"Halo?" sapaku sesaat teleponku diangkat oleh New.

"Iya, Sayang?"

"Di mana?"

"Kafe?"

"Dengan?"

"Sendiri. Maaf, aku nggak bilang."

Aku mendesah pelan, berusaha menahan emosiku. "Tak apa."

"Okay. Sudah dulu, ya? Aku sibuk."

"Oh, okay. Nanti—"

- Tuuut -

Tega sekali kamu, New, memutus panggilanku???!!!! Sepertinya, hari ini akan menjadi hari yang buruk.

Benar saja, tak ada makanan sama sekali di rumah. New hanya membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Yang tersisa hanya mie keras sisa kemarin. Tak ada pilihan lain. Aku hanya akan menahan lapar ini agar New tahu kalau aku menderita tanpanya.

New baru kembali ke rumah pada pukul 4 sore. Aku tak sempat menyambutnya karena aku terlalu lemah untuk bangkit. Perut kosong membuatku hilang kesadaran. New terlihat panik saat melihatku terkapar di sofa ruang tamu.

"Sayang, kamu kenapa?" tanyanya tanpa merasa bersalah.

"Aku lapar."

"Nggak makan?"

Aku sengaja mengeluarkan rajukanku, "Kamu nggak buat makanan."

"Ada mie instan."

"Nggak mau."

New mendesah pelan dan langsung pergi ke arah dapur.

"Apa pun yang kumasak, kamu harus makan." ujarnya.

Aku hanya mengangguk sekenanya karena masih merasa kesal. Dengan cepat, New menumis jamur dan kol dan dicampur dengan ayam. Tak butuh lama, New sudah menghidangkan makan malam di meja makan.

"Makanlah. Aku mandi dulu." ujar New sambil melepas celemeknya.

"Hei, makan dulu aja. Temani aku."

"Aku sudah makan tadi." jawabnya sambil berlalu masuk ke dalam kamar.

Tinggallah aku sendiri termangu di depan makanan. Selera makanku sudah hilang lagi. Makan malam adalah excuse agar aku bisa melihat wajah New. Untuk menghormati New, aku hanya makan sedikit dan menunggu New di depan TV.

20 menit berlalu dan aku masih sendirian di depan TV. Biasanya, New akan menghampiriku dengan rambutnya yang masih basah. Terkadang juga, dia memintaku untuk membantunya mengeringkan rambut.

"New?" panggilku.

Hening. Tidak ada jawaban.

"NEW????" panggilku lebih keras lagi.

Masih hening.

Aku terpaksa bangkit dan masuk ke dalam kamar.

Ia sudah terlelap tidur dengan rambutnya yang masih basah. Tak ada gunanya lagi marah. Hanya aku yang kesal sendiri. Hanya aku yang peka.

We Used to be in Love | TAYNEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang