"Aaaaaaa!"
Diana teriak melihat pantulan dirinya di cermin.
"Rianaaaaa!"
Diana berlari mencari seseorang yang ia panggil Riana. Tak lama, kakaknya Andrew menutup mulut Diana yang tak henti berteriak.
"Apasih ka." Diana melepaskan lengan Andrew yang membekapnya.
"Kamu kenapa sih dek, masih pagi udah teriak-teriak."
"Kakak ga liat muka aku,huh? Udah kayak boneka chuky tau ga." Diana mengelus-elus wajahnya yang penuh dengan coretan spidol. "Rianaaa"
"Berisik, tinggal bersihin aja susah banget sih.. Biasanya juga kayak anabelle."
"Reseh, ini kalo dibersihin juga membekas tau." Rengek Diana.
"Pake bayclin biar nambah putih, hilang semua noda" Gadis kecil bernama Riana keluar dari kamarnya sambil menguap.
"Lu apain muka gua dek, bersihin ga-- ini MOS terakhir gua. Gua gamau keliatan konyol."
"Dasar ganjen, udah sana mandi bau kambing tau." Riana menutup hidungnya
"Kamu juga mandi dong, udah siang nanti telat. Kakak gamau telat kelas pagi gara-gara kalian yah." Ucap Andrew.
Seorang wanita keluar dari dapur membawa semangkuk besar nasi goreng dan menyimpannya di atas meja makan.
"Udah sana pada mandi, kalian berdua tuh gabisa yah sehari aja ga ribut." ucap sang mama.
"Riana tuh pake coret-coretin muka aku segala."
"Kamu juga salah,Di. Kenapa ga kunci pintu kamer? Ditutup concellar juga ga keliatan."
"Ya kan biar mudah keluar kamer kalo dia diganggu setan lagi, banyak halu sih lu." ucap Riana.
"Itu erep-erep tau, baru tahu rasa lu kalo udah ngalamin sendiri nanti, aku gamau pake itu ma, nanti aku kayak anak nakal kalo keliatan pake make up"
Diana mempunyai keluarga kecil yang bahagia. Dia tinggal bersama kedua orangtua, seorang adik yang masih duduk di kelas 2 SMP dan seorang kakak yang sekarang tengah menjalani studi S1 nya ilmu Psikologi
-----------
"Muka lu kenapa Di?" tanya Rere pada Diana.
"Masih keliatan ya? Padahal udah 3 kali gua cuci, gua udah tutupin juga pake concellar."
"Ngga sih ga terlalu keliatan, cuma agak ngebayang gitu."
Hari ini hari terakhir MOS di sekolah SMA Volcano, setelah bimbingan semua siswa pergi ke kantin untuk beriatirahat, begitu pula Diana dan Rere.
"Di, gua pesen makan dulu ya. Lu mau?"
"Samain aja gua tunggu disini."
-----------
"Der, berani ga lu deketin cewek yang itu." tanya Fandy pada temannya Dery sambil menunjuk seseorang yang tengah duduk sendirian, dia menunjuk Diana.
"Yang itu? Lumayan, jangankan cewek, cowok aja bergetar hatinya gua sapa."
Dery berjalan kearah Diana sambil sesekali menengok kearah ketiga sahabatnya.
"Hey, Dery." Dery mengulurkan tangannya hendak berkenalan.
Diana menoleh, ia menatap Dery dengan tatapan malas tanpa membalas uluran tangannya. Mereka saling pandang
KAMU SEDANG MEMBACA
As Soon As Possible
Teen FictionEvan Dominic, kalau menceritakannya mungkin aku akan kembali menitikkan air mata. Lelaki satu ini adalah lelaki ketiga yang mampu membuatku tak ingin kehilangannya setelah ayah dan kakakku Andrew. Namun, banyak rahasia yang ia tutupi dariku. Dibali...