"Di, Riana. Nanti ayah yang anter kalian sekolah yah. Ayah mau berangkat lagi nanti siang." ucap sang ayah.
"Ko cepet sih yah?" tanya Diana.
"Heem, kata anak muda sekarang mah, lama tak jumpa sekali jumpa tak lama." ucap Riana sambil mengunyah rice butter, sarapannya.
Ayahnya menepuk puncak kepala Riana.
"Iya, ayah kan habis cuti nya."
"Ke Swedia lagi yah?" tanya Diana
"Iya, ayah belum habis kontrak disana."
----------
"Dadah ayah.." Diana melambaikan lengannya saat ia berada di depan sekolah.
"Iya, hati-hati sayang. Have a nice day."
Diana sangat bersemangat hari ini, ia tak mau hari-harinya di SMA seperti saat SMP dulu.
Di persimpangan antara perpustakaan dan lorong kelas. Rere mengimbangi langkah Diana dan menyapanya.
"Lu abis dari perpus Re?"
"Ngga, habis dari toilet. Ini gara-gara si mamah, dia telat masak. Biasanya gua makan sebelum mandi biar ga sakit perut." jawab Rere karena memang posisi toilet berdekatan dengan perpustakaan.
"Pagi-pagi udah setor aja." mereka tertawa.
Bel pelajaran dimulai berbunyi, pelajaran kelas belum dimulai, hanya perkenalan khas anak baru yang membosankan.
Diana bernafas lega saat istirahat, akhirnya ia terbebas dari jeratan membosankan dari mulut-mulut orang tidak berguna memperkenalkan diri yang membuatnya ingin sekali berteriak 'gua ga nanya nama lu bangsat'
Diana melahap batagornya saat speaker pengumuman memanggil semua calon pengurus OSIS untuk berkumpul.
Diana merutuk, masih saja ada yang membuatnya kesal hari ini. Rere menarik Diana, ia berlari kecil menuju ruang OSIS dengan wajah berseri-seri.
"Lu kenapa sih Re? Bahagia amat."
Rere menoleh, "Di, ini salah lu kenapa lu ga sekolah pas hari jum'at. Gua punya cem-ceman Di. Namanya Rio, dia ganteng, tinggi, putih, anak OSIS juga, aktif." Rere antusias saat menceritakannya, membuat Diana menaikkan sebelah alis menatapnya bingung.
"Nanti lu liat sendiri, tapi awas jangan tergoda Di, punya gua itu."
"Bodo amat, gua lesbi."
Rere menatap temannya horor, lengannya yang tadi memegang lengan Diana langsung ia lepaskan.
Diana tertawa keras, "Ngga lah, masa iya gua lesbi. Amit-amit dah."
Diana duduk paling depan saat meeting, Apalagi kalau bukan ulah Rere.
Saat seseorang berjalan membawa kertas berdiri didepan, Rere mencolek-colek lengan Diana membuatnya risih.
"Kenapa?"
"Itu Di, dia gebetan gua." ucap Rere sambil berbisik.
"Selamat pagi semuanya, seperti kemarin yang sudah saya bicarakan, kalian akan langsung bertugas menjadi OSIS resmi karena kita kekurangan anggota."
Semuanya berisik saling berbisik, sepertinya mereka tidak suka. Ya memang siapa siswa yang mau langsung bertugas jadi OSIS di hari pertama sekolah, mungkin hanya Rere yang sedang dimabuk asmara yang siap melakukannya.
-----------
"Der, kita main bola lu mau ikut ga?" ucap Yoga kepada Dery yang tengah duduk di tepi lapang basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
As Soon As Possible
Teen FictionEvan Dominic, kalau menceritakannya mungkin aku akan kembali menitikkan air mata. Lelaki satu ini adalah lelaki ketiga yang mampu membuatku tak ingin kehilangannya setelah ayah dan kakakku Andrew. Namun, banyak rahasia yang ia tutupi dariku. Dibali...