Diana merasa canggung duduk berdua diatas motor dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal.
"Lu gamau jatoh kan? Peluk dong." ucap Dery sedikit berteriak takut tak terdengar karena air hujan.
"Itu sih mau lu."
Dery tertawa kecil, ia melajukan motornya lebih cepat membuat Diana memegang ujung baju Dery yang sengaja ia keluarkan dari celana khas anak lelaki.
Diana tidak tahu, ia berhasil membuat jantung Dery berdetak cepat tak karuan, membuat pipinya memanas.
"Der?" tanya Diana.
"Hm?"
"Lu ko mau sih nganterin gua."
"Gua emang suka telat pulang, jadi gabakal dicariin. Gua kasian liat lu nunggu sendirian."
"Lu emang tau rumah gua dimana?"
"Engga"
"Lah, bukannya nanya daritadi" Dery tertawa "Rumah gua di perum Purwasari."
"Kelewat dong?" Dery tertawa.
"Lu sok tau sih."
"Lah lu masa gatau jalan kerumah lu sendiri." ucap Dery.
"Gua gabisa liat jelas kalo ujan."
"Lu rabun ujan ya?" gurau Dery membuat Diana mengumpat.
Diana mendekatkan wajahnya di bahu Dery agar bisa lebih jelas melihat jalan didepan.
"Didepan belok kanan bisa kok."
Dery menoleh kesebelah kanan, mendapati wajah Diana dekat sekali dengannya.
Keduanya sama-sama canggung. Mereka mengalihkan wajah mereka masing-masing.
Motor Dery berjalan perlahan saat Diana menunjukkan rumahnya,bersamaan dengan mobil dari arah lain yang juga memelankan lajunya. Diana turun dari motor, Dery pun melepaskan helmnya.
"Diana" panggil seseorang yang baru keluar dari mobil.
"Kakak--"
"Tadi gua ke sekolah lu, ga ada siapa-siapa." ucap Andrew.
"Lu lama sih, gua nunggu lu lama. Gua telpon ga aktif, untung dia mau nganterin." ucap Diana sambil menunjuk Dery dengan dagunya.
"Gua ada janji ketemu dosen, jadi agak lama. Eh, pacarnya Diana ya?" tanya Andrew.
"Iya." jawab Dery membuat Diana menoleh sambil melotot pada Dery.
"Ko mau sih sama adik gua, dia bau bawang." ucap Andrew. "Wibu akut." bisiknya, meski ia tau Diana akan tetap mendengarnya.
Dery memajukan wajahnya pada Diana, dia mengendus.
"Iya, bau bawang."
"Ck, nyebelin--" Diana berjalan cepat kearah rumah.
"Diana--" panggil Dery, namun Diana tak menoleh.
"Gua ke dalem ya, eh nama lu siapa?" tanya Andrew.
"Dery, kak. Hmm-- kak bilangin Diana bawa jaketnya besok yaa."
"Okee.."
-----------
Andrew berjalan kearah kamar adiknya. Dia melihat Diana tengah asyik memandangi laptopnya.
"Di."
"Hm?"
"Dery bilang balikin jaketnya besok. Dia manggil lu, lu ga nengok-nengok." ucap Andrew.
"Huh?" Diana menegak, dia kira Dery memanggilnya tadi untuk minta maaf padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
As Soon As Possible
Teen FictionEvan Dominic, kalau menceritakannya mungkin aku akan kembali menitikkan air mata. Lelaki satu ini adalah lelaki ketiga yang mampu membuatku tak ingin kehilangannya setelah ayah dan kakakku Andrew. Namun, banyak rahasia yang ia tutupi dariku. Dibali...