Seperti yang diceritakan di chapter sebelumnya bahwa aku sekarang sudah pergi dari rumahnya Onee-chan. Semoga Onee-chan baik-baik saja setelah kejadian itu. Tidak! Kuyakin dia pasti baik-baik saja. Hehehe.
Sekarang ini aku sedang berjalan kearah Guild Petualang. Aku kesana karena biasanya kalau di game-game RPG, kamu akan mendapatkan misi jika pergi ke Guild Petualang. Oh! aku sudah sampai.
*Shriiiieeeekkkk*
Aku membuka pintu masuk kedalam Guild. Saat aku masuk, guild yang tadinya ribut sampai-sampai kalau diluar suaranya masih kedengaran sekarang menjadi sepi sunyi.
*Krik Krik Krik Krik
Lah! kok ada suara jangkrik! Ngak sesepi itu juga kalek. Aku tidak tahu mengapa mereka semua diam. Dan aku juga tidak peduli kenapa. Aku berjalan kearah meja resepsionis seakan-akan tidak ada kejadian yang aneh. Saat aku berjalan orang-orang disekitar berbisik dengan satu sama lain.
"Hei! Hei! Kenapa kalian pada diam?" (Orang A)
"Apa?!? Apakah kau belum tahu?" (Orang B)
"Tahu apa?" (Orang A)
"Kamu ini kurang Update ya? Gadis kecil itu mengalahkan George si Pria Raksasa dengan satu serangan! Tidak bisa dipercaya bukan?" (Orang C)
"Ya! Itu memang tidak bisa dipercaya" (Orang A)
"Kalau kamu tidak percaya kenapa kamu tidak tantang saja dia? Kalau aku sih masih ingin hidup." (Orang D)
"Aku berani kok nantang dia!"
(Orang E)"Oh! Cepat buktikan kalau kau memang berani!" (Orang D)
"Tapi nantangin Poker!" (Orang E)
"Lu ngeledek gua ya?" (Orang D)
"Ampun Bang!" (Orang E)
"Gue ngak mau nantangin dia tapi gue mau jilatin kaki dia." (Orang M)
"....." (Semua Orang)
Karena pendapat orang yang terakhir, seisi Guild menjadi sunyi kembali. Aku tidak tahu kenapa tapi aku bisa mendengar apa yang mereka katakan dengan jelas biarpun suara mereka pelan. Mungkin karena aku memiliki status yang sangat tinggi. Kalau tidak salah tadi ada yang nantangin aku Poker? Hah! Belum tahu dia kalau aku ini Pro main Poker. Tapi sekarang ini aku tidak memiliki waktu luang. Dan juga tadi ada yang bilang mau jilatin kaki ku. Kira-kira apa ya maksudnya. Aku masih polos.
Ayo kesampingkan dulu pendapat mereka tentangku. Karena sekarang ini aku sudah berada didepan meja resepsionis. Oh! Tidak terduga! Yang melayaniku sekarang adalah cewek resepsionis yang kemarin, Serena. Dia sepertinya menganggap yang kemarin itu tidak pernah terjadi. Tapi tidak akan kubiarkan!
"Atas alasan apa anda datang kemari Nona Aiko? Apakah anda datang untuk menjalankan misi?" (Serena)
Aku mengabaikan perkataannya
"Permisi, tapi kurasa ada yang salah dengan alat pendeteksimu." (Aiko)
*Blluueeegghh
Dia tiba-tiba muntah darah"Kira-kira apa yang terjadi jika aku melaporkannya ya?" (Aiko)
*Blluueeegghhhhhh
Dia muntah darah lagi"Mungkin aku tidak akan melakukan itu. Tapi........" (Aiko)
"Tapi apa? Nona Aiko? Tidak! Aiko-sama!" (Serena)
Aku menaikkan tangan kanan ku di meja resepsionis, lalu memberikan kode dengan menggosok-gosok jari telunjuk dan jempolku. Melihat kodeku, Serena hanya mengangguk patuh.
"Tau lah kan?" (Aiko)
"Berapa banyak?" (Serena)
"Kau yang tentukan!" (Aiko)
"Bagaimana kalau 1 White Gold?" (Serena)
"Apa!!!" (Aiko)
Bukankah itu terlalu banyak, pikirku.
"Huh? be.....belum cukup? Bagaimana kalau 2 White Gold?" (Serena)
"Eeeeeehhhh!!!" (Aiko)
Kenapa dia tiba-tiba menambah uangnya? Belum cukup? Apanya?
"ba.....baiklah, baiklah, lima! 5 White Gold! Kumohon! Hanya ini yang kumiliki! Bakalan gawat jika aku ketahuan! Tolonglah!" (Serena)
"Iya, iya, aku terima!" (Aiko)
Aku tidak tahu apa yang orang ini pikirkan. Kurasa pikirannya sedang kacau, tidak! Kurasa dia gila! Ya! Memangnya apalagi selain itu. Tapi sudahlah. Aku seharusnya bersyukur karena mendapat uang yang banyak.
Serena pergi ke ruangan belakang lalu setelah beberapa saat, dia keluar membawa kantong kecil dan memberikannya padaku. Aku melihat isinya dan didalamnya memang ada
5 White Gold. Aku memasukkan kantong tersebut ke saku celanaku.
Wajahnya Serena terlihat cemberut melihat uang yang dia miliki pergi begitu saja dan tidak akan kembali lagi ke tangannya.Setelah menyimpan kantong tersebut, aku juga bertanya kepada Serena tentang berbagai macam hal. Dia menjawab semua pertanyaanku akan tetapi dengan tatapan membenci. Aku tidak peduli apa pendapatnya tentangku yang terpenting adalah aku mendapatkan informasi yang kuinginkan.
Jadi dari informasi yang kudapat, sekarang ini aku adalah petualang Rangked-F dan untuk menaikkannya aku harus mendapat Rank-Point yang didapat dari menyelesaikan berbagai macam misi. Aku boleh menyelesaikan misi yang Rank nya diatas Rank ku tapi hadiah yang didapat akan dipotong 50%. Dan juga aku boleh menjual benda yang di drop oleh monster selain monster yang ada di misi, tetapi melakukan itu tidak akan memberiku Rank-Point.
Seperti Jelly dari Slime yang kukalahkan kemarin. Aku menjual Jelly tersebut tanpa menjalankan misi. Jadi aku tidak mendapatkan Rank-Point.Rank di Guild dibedakan menjadi :
Rank G = Beban
Rank F = Warrior
Rank E = Elite
Rank D = Master
Rank C = Grand Master
Rank B = Epic
Rank A = Legend
Rank S = Mystic
Rabk SS = Glorious MysticRank G akan diberikan kepada petualang Rank F yang selalu gagal dalam menjalankan misi. Sehingga mereka biasanya disebut sebagai beban. Sedangkan para petualng Rank SS akan disebut sebagai pahlawan dan nama mereka akan tersebar ke seluruh dunia. Wow.
Dia juga memberitahuku bawah jika ingin berpetualang, aku harus memiliki sebuah Magic Bag. Magic Bag adalah sebuah tas kecil yang dapat menyimpan banyak barang. Kapasitas setiap Magic Bag itu berbeda-beda. Yang paling murah saja seharga 1 Gold dan kapasitasnya adalah 10 Kg. Dan menurut legenda, kapasitas Magic Bag tertinggi adalah 999.999 Ton. Sekalian aja ngak terbatas! Pikirku.
Sepertinya yang pertama kali harus kulakukan adalah membeli sebuah Magic Bag. Jadi aku pergi keluar dari Guild untuk mencari toko yang menjual Magic Bag. Saat aku sudah keluar dari Guild, atmostfer tegang yang ada didalamnya seakan-akan menghilang dan orang-orang yang ada didalam Guild kembali berbicara satu sama lain dengan normal.
(Note : Aku mencium bau-bau Pemain Mob*le L*gend)
KAMU SEDANG MEMBACA
Statusku Jadi Double Ketika Naik Level
FantasiDikhianati, lagi, lagi, dan lagi. Oleh teman, keluarga, bahkan pacarku sekalipun. Semua orang sama.....Mereka semua mengkhianatiku. Aku berjanji setelah aku matipun aku tak akan percaya pada siapapun lagi. Dan begitulah..... Akupun mati...... Aku...